BOPM Wacana

Kata Mahasiswa USU Tentang Boikot Produk Terafiliasi Israel

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh: Ruth Cinthia br Sianturi

Seiring gejolak invasi Israel ke Palestina yang mengorbankan banyak masyarakat sipil tak berdosa, masyarakat internasional menyuarakan gerakan boikot produk yang diduga terafiliasi Israel.

Boikot sendiri adalah tindakan penghentian pembelian atau penggunaan produk dan jasa dari individu, perusahaan, atau negara tertentu sebagai bentuk protes atau tekanan ekonomi untuk mencapai tujuan politik, sosial, atau etis.

Gerakan internasional yang terkenal untuk boikot produk yang diduga terafiliasi dengan negara Israel ini adalah BDS (Boycott, Divestment, Sanctions). BDS adalah gerakan global yang bertujuan untuk menekan Israel agar mematuhi hukum internasional dan hak asasi manusia terhadap Palestina. BDS menggunakan berbagai platform dan media sosial untuk menyebarkan informasi dan daftar produk yang diboikot.

Di Indonesia, gerakan boikot ini juga mendapat dukungan dari berbagai organisasi, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang mendorong umat Islam untuk tidak membeli produk yang diduga mendanai invasi Israel ke Palestina.

Mengenai boikot produk Israel, banyak mahasiswa berpendapat bahwa langkah ini merupakan bentuk solidaritas dengan rakyat Palestina dan sebagai cara untuk menekan pemerintah Israel agar menghentikan tindakan yang dianggap melanggar hak asasi manusia. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa boikot dapat berdampak negatif terhadap hubungan ekonomi dan sosial antar negara.

BOPM Wacana telah menghimpun tanggapan dari mahasiswa di Universitas Sumatera Utara (USU) tentang aksi boikot ini. Berikut tanggapannya:

Rio Yandika – Program Studi Ilmu Hukum 2023

Aku sendiri bersikap netral terhadap aksi boikot, menurutku aksi boikot tidak menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah yang ada karena justru dapat merugikan hak individu lain, alternatif yang dapat diambil mungkin melakukan kampanye putih guna mengumpulkan dukungan tanpa merugikan individu lain dan membuka diskusi terbuka dengan pihak yang pro, kontra serta netral.

Nazwa Salmitha – Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem 2022

Tindakan boikot terhadap produk Israel telah memicu berbagai reaksi, baik dukungan maupun penolakan. Beberapa pihak berpendapat bahwa boikot dapat merugikan ekonomi dan menciptakan ketegangan lebih lanjut antara masyarakat.

Saya menyayangkan tindakan yang terjadi di Palestina, tapi saya rasa tindakan boikot di Indonesia kurang tepat karena dapat berdampak buruk bagi pekerja tempat yang diboikot tersebut. Alternatif lebih tepat menurut saya daripada alih-alih boikot lebih baik memberikan dukungan organisasi yang memberikan bantuan terhadap Palestina, mendukung produk lokal, ataupun meningkatkan dialog dan kolaborasi berbagai kelompok di Indonesia mengenai isu-isu Palestina untuk membangun pemahaman dan solidaritas.

Bambang Sugiarto — Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi 2022

Saya lebih baik pro untuk tidak menerima hasil produksi atau distribusi seperti makanan, minuman, sampo, sabun, atau bahan-bahan lain yang di produksi di Indonesia ataupun di negara lain. Biar bisa mematahkan ekonomi mereka. Apalagi Amerika yang dulunya sepakat mendukung Israel, sekarang berbanding terbalik, malah mereka ingin menghancurkan Israel karena tidak mempunyai satupun empati terhadap saudara-saudara yang sudah mereka renggut nyawanya, hal ini bisa di lihat pada artikel berita yang pernah disampaikan oleh Presiden atau PM.

Alternatif yang tepat untuk menanggapi gerakan boikot tersebut adalah untuk tidak usah memakai dan menerima kerja sama dari negara Israel, karena mereka adalah negara yang melanggar larangan dari Perserikatan bangsa-bangsa (PBB). Banyak juga negara lain yang ingin menghapuskan negara Israel ke peta dunia.

Tindakan boikot adalah tindakan yang tepat di Indonesia, sampai Presiden Jokowi sudah menyarankan kepada pedagang kecil ataupun besar tidak usah menerima produksi atau distribusi dari negara Israel kalau kedapatan akan dikenakan sanksi tegas, ucapan dari ibu Retno menteri luar negeri dan pak Presiden Jokowi juga presiden terpilih Prabowo Subianto mendukung tindakan boikot produk Israel.

Adinda Siti Mardiah — Program Studi Psikologi 2021

Menurut saya, di luar identitas beragama saya sebagai muslimah, saya setuju mengenai tindakan boikot. Meskipun saya belum 100% bisa menghindari memakai produk pro Israel, tetapi sebisa mungkin saya hindari.

Keluarga saya juga pedagang yang menjual keperluan rumah tangga, di antaranya ada produk Unilever, Aqua, dan sebagainya. Meskipun masih ada beberapa produk pro Israel yang dijual, tetapi kami hanya membeli terbatas dan lebih banyak memasok produk saingannya yang tidak terindikasi Israel dan melihat antusias dari orang Indonesia yang cukup serius, sehingga beberapa saham produk yang pro Israel turun, membuat saya amaze dan menjadi tamparan semangat buat saya lebih giat memboikot.

Saya memilih pro, hal yang sudah saya lakukan yaitu meminta orang tua saya jangan membeli produk pro Israel lagi. Namun, jika produk yang tidak diboikot langka di pasaran, tetap membeli produk yang pro Israel dengan jumlah yang sedikit saja karena untuk kebutuhan jualan agar pelanggan tidak pergi.

Muhammad Rasyid Situmorang – Program Studi Ilmu Politik 2021

Pertanyaan yang harus kita tanyakan di awal adalah, apakah gerakan boikot berdampak terhadap ekonomi Israel? Menurut saya justru pemboikotan ini lebih berdampak kepada ekonomi Indonesia di mana tenaga kerja yang bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut adalah tenaga kerja lokal atau masyarakat Indonesia.

Tetapi pertanyaan lain muncul apakah kita membiarkan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di Palestina? Jelas tidak, tetapi sepertinya kita perlu memikirkan cara alternatif menyelesaikan konflik tersebut. Belum lagi kita tahu bahwa Indonesia merupakan anggota dewan HAM Perserikatan bangsa-bangsa (PBB). Saran saya adalah pemerintah harus melakukan alternatif lain.

Roy Efrandi Sipayung – Program Studi Agroteknologi 2021

Saya menyayangkan tindakan yang terjadi di Palestina, tapi saya rasa tindakan boikot di Indonesia kurang tepat karena dapat berdampak buruk bagi pekerja di tempat yang diboikot. Dan, akan menjadi pengangguran, karena perusahaan yang diboikot akan bangkrut.

Alternatif yang lebih tepat menurut saya, penting sekali memang untuk menyoroti isu Hak Asasi Manusia. Kita harus mendukung upaya perdamaian melalui jalur diplomasi dan bantuan kemanusiaan seperti donasi serta doa yang terbaik agar perang segera usai.

Kita juga bisa mendukung organisasi non-pemerintah yang bekerja untuk menyelesaikan konflik secara damai dan membantu mereka yang terkena dampak. Kita sebagai mahasiswa kalau boleh mengedukasi masyarakat tentang situasi sebenarnya dan mendorong perubahan kebijakan melalui tekanan politik juga bisa menjadi alternatif yang lebih baik.

Gerry Lubis – Program Studi Ilmu Administrasi Publik 2023

Menurut saya itu hal yang benar jadi saya juga setuju dengan boikot. Kalau tindakan yang dilakukan dari saya lebih ke menjauhi barang-barang Israel seperti yang kita tahu barang-barangnya misalnya makanan atau pemanfaatan barang dan jasanya, jadi saya lebih menjauhkan barang dan jasanya.

Komentar Facebook Anda

Ruth Cinthia Sianturi

Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Perpustakaan FIB USU Stambuk 2023. Saat ini Ruth menjabat sebagai Staf Pustaka BOPM Wacana.

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4