Oleh: Rati Handayani
Ada setiap awal untuk memulai
Setidak-tidaknya demikian hingga kau di garis takdirmu malam ini
Jaraknya, antara kau bangun dan tidur lagi
Selalu demikian….
Lalu abadi
Bisa saja kelebihan diri manusiamu menjejakkan kakinya kembali di mula itu
Namun apakah itu yang akan kau tuju
Ketika malam ini kau telah ditakdirkan
Melangkahkan kaki di tempat ini
Tak menjadi semestinya, sesuai catatan kanak-kanakmu
Lantas pipi, telinga, dan matamu memerah karena berang dengan pilihan tak terencana?
Menduga-duga dengan pikiran hina?
Mencoba mempermainkan Tuhan dengan takdir-Nya?
Kala
Ia tak bisa diulang dan diputar lagi
“Maafkan aku, Bu.”
Suara dari liang kuburmu