Oleh: Dewi Annisa Putri
Judul | : Raw |
Sutradara | : Julia Ducournau |
Penulis Skenario | : Julia Ducournau |
Pemeran | : Garance Marillier, Ella Rumpf, dan Rabah Nait Oufella |
Rilis | : 15 Maret 2017 (France) |
Durasi | : 99 menit |
Sutradara perempuan ini mulai diperhitungkan namanya di dunia perfilman. Ia menggarap film kanibalisme yang membuat penonton pingsan saat premiere di Toronto International Film Festival (TIFF) tahun lalu.
Julia Decournau merupakan seorang sutradara asal Perancis yang mengepalai pengerjaan film Raw. Pemutaran film pada tengah malam itu mulanya berlangsung lancar. Namun, saat adegan Justine (Garance Marillier) menikmati jari tengah kakaknya—Alexia (Ella Rumpf)—yang tak sengaja terpotong, beberapa orang mendadak bangkit dari kursinya dan meninggalkan lokasi pemutaran film. Mulai hanya muntah-muntah kecil, hingga pingsan dan dibawa ke rumah sakit dengan ambulans.
Raw menceritakan dua orang kakak beradik kanibal. Dari kecil, mereka diajari untuk menjadi vegetarian oleh kedua orang tuanya. Namun, ketika memasuki bangku kuliah, keduanya belajar di universitas khusus kedokteran hewan. Gaya hidup mahasiswa, praktikum-praktikum yang dilakukan, hingga bujukan dari Alex—yang juga seorang kanibal—lah yang akhirnya membangkitkan hasrat Justine untuk menyukai daging hingga semakin candu.
Film ini lalu menampilkan bagaimana Alex membuat pengendara mobil di jalan yang sepi mengalami kecelakaan lalu ia memakannya. Ketika Justine berciuman dengan seorang lelaki ia malah mengoyak bibirnya. Selain itu, Justine dan Alex yang terlibat perkelahian saling menggigit satu sama lain di depan umum.
Adegan berdarah dan memakan daging—baik hewan atau manusia—sebenarnya tak terlalu banyak muncul di sepanjang film. Selain yang disebutkan di atas, hanya tersisa beberapa potong cerita lagi. Namun, ketika adegan tersebut diputar, Julia membuatnya tampak sangat nyata dan terjadi apa adanya. Kamera menyoroti setiap adegan dengan tepat sehingga penonton kaget dan langsung merasa mual menyaksikannya.
Selain berhasil membuat penonton merasa mual, hal lain yang dapat diapresiasi dari Julia adalah niatnya menggebrak berbagai stigma di masyarakat. Seperti ia sengaja membuat karakter teman sekamar Justine yaitu Adrien (Rabah Nait Oufella) seorang gay. Adrien sempat bertengkar dengan Justine karena pada malam sebelumnya ketika mereka berhubungan seks, sebagai teman ia hanya berusaha menghibur Justine yang sedang depresi. Dalam pertengkaran itu, ia dengan tegas meneriaki Justine bahwa dirinya gay dan tak akan pernah menyukai perempuan. Selain itu, dalam pesta mahasiswa juga kerap terlihat perempuan yang saling berciuman di bar.
Secara tersirat, Julia juga ingin menonjolkan sisi feminisme dalam filmnya. Oleh karena itu ia sengaja memilih perempuan sebagai dua tokoh utama kanibalnya dan menggambarkan keduanya sebagai perempuan yang kuat. Sama sekali tak ada unsur gender yang membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam film ini selama diputar.
Selain isu gender, pada intinya dan yang terpenting, Julia ingin menyampaikan bahwa kanibalisme sebenarnya adalah suatu hal yang alamiah dan ada di kehidupan sehari-hari. Kanibalisme sebagai legenda dan tradisi lama yang telah ada di beberapa negara. “Kanibalisme adalah bagian dari kemanusiaan,” ujarnya kepada The Guardian.
Sejak Raw dirilis pertama kali di TIFF 2016, nama Julia lantas sering muncul di berbagai ajang penghargaan film. Untuk upayanya menyutradarai Raw, Julia memenangkan sembilan penghargaan. Di antaranya pada 2016 penghargaan dari Austin Fantastic Fest, Cannes Film Festival, Ghent International Film Festival, London Film Festival, Monster Fest, dan tiga penghargaan sekaligus dari Sitges-Catalonian International Film Festival.
Julia Ducournau, perempuan asal Prancis yang menyutradarai film Raw. | Sumber IstimewaIa juga menduduki posisi ketiga di TIFF dan Austin Fantastic Fest tahun lalu. Sementara di tahun ini, ia memenangkan Palm Springs International Film Festival. Selain itu, sutradara kelahiran Paris, 18 November 1983 ini juga mendapatkan tiga nominasi lainnya di Cannes.
Tentu, untuk film layar lebar pertamanya, Julia layak diapresiasi karena bisa langsung membuat namanya melegit dan diperhitungkan sebagai sutradara film horror pendatang baru. Film pertamanya—meski hanya berupa film pendek, Junior—hanya berhasil mendapatkan satu penghargaan dan satu nominasi Cannes pada 2011.
Kepada BBC, Julia mengaku menyesal membuat penonton di TIFF pingsan. Namun, memang itulah tujuannya. Ia tak suka filmnya disebut film horror. Sebab, ketika film horror membuat penonton meloncat di bangkunya karena ketakutan, ia hanya ingin membuat penontonnya menggeliat di bangkunya. Pun, salah satu niatnya yang lain adalah agar penonton dapat lebih menghargai tubuhnya meski hanya sepotong jari tengah.