BOPM Wacana

Judul Kucing dalam Karung

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh: Lazuardi Pratama

Pada media-media yang lazim dibaca, sering ditemukan judul-judul berita bombastis, mengejutkan pula. Namun ketika dibaca isinya, bukan seperti yang kita harapkan. Namun ‘kecerdikan’ ini jadi lazim dan tak disadari.

Ilustrasi: Yulien Lovenny Ester G
Ilustrasi: Yulien Lovenny Ester G

2014 - LazuSaya mendapati teman saya di jejaring sosial Facebook telah membagikan tautan berita dari situs portal berita kenamaan Tempo.co. Judulnya: Alasan Kelud Dijuluki ‘Deadliest Volcano’ Jumat, 14 Februari lalu.

Teman saya yang satu lagi ternyata sudah berikan komentar kalau dia terkejut dan menemukan ternyata Kelud tidak gunung api mematikan seperti judul berita sebutkan. Melainkan salah satu dari gunung api paling mematikan menurut Greg Breining dalam bukunya Super Volcano: The Ticking Time Bomb Beneath Yellowstone National Park.

“Itu bukan ‘paling mematikan’, tapi sekadar masuk ‘kelompok paling mematikan’ kali. Lha, judul buku yang jadi sumbernya aja Yellowstone, kalau memang Kelud yang paling mematikan, ya judul bukunya harusnya Gunung Kelud,” ujarnya. Dan saya sepakat.

Kreatif. Saya mengatakan hal tersebut kreatif. Karena pada dasarnya seorang penulis atau jurnalis mestinya kreatif dalam mengemas judul supaya jadi perhatian pembaca.

Membuatnya jadi menarik (juga relevan) adalah bagian dari sepuluh elemen jurnalisme karya sepuh dalam dunia kuli tinta Bill Kovach dan Tom Rosentiel. Bukankah judul berita tersebut menarik sehingga menarik perhatian teman saya tadi dan saya sendiri membuka berita tadi?

Banyak jalan membuat judul menjadi menarik, yang dibutuhkan: kreativitas. Salah satunya, dan yang paling umum adalah penggunaan majas sinekdoke berupa totem pro parte. Istilah pasarannya adalah menggeneralisasi. Totem pro parte adalah majas di mana penggunaanya untuk mengungkap keseluruhan objek, padahal yang dimaksud hanya sebagian.

Saya kaitkan dengan berita Tempo.co tadi. Maksud berita tadi adalah untuk informasikan kalau ternyata Gunung Kelud adalah bagian dari gunung-gunung api yang paling mematikan. Sedangkan pada judul dikatakan ‘Deadliest Volcano’ atau gunung api paling mematikan.

Pahami perbedaan antara bagian dari gunung-gunung api yang paling mematikan dan gunung api paling mematikan. Judul tersebut menggeneralisasi status Gunung Kelud menjadi paling mematikan daripada di antara yang paling mematikan.

Tempo.co juga menerbitkan berita soal sepak bola Indonesia. Dalam judul Lawan Persib, Persija Belum Pasang Striker Inggris Jumat, 21 Februari. Tribunnews,com juga merilis berita serupa, judulnya: Persija Akan Datangkan Mantan Penyerang Liga Primer Inggris. Dikatakan dalam berita, striker Inggris yang dimaksud adalah Nathan Levi Fontaine Ellington, penyerang anyar Persija Jakarta.

Bila memperhatikan judul, yang langsung terpikirkan adalah: saya kenal beberapa penyerang asal atau bermain di Liga Primer Inggris, Peter Crouch dan Jermain Defoe, atau yang sudah mantan seperti Alan Shearer sekalian. Sungguh prestasi yang mengagumkan bila pikiran saya betul Persija Jakarta akan datangkan Alan Shearer.

Saya tidak mengatakan Tempo.co dan Tribunnews.com telah menipu pembaca. Saya mengatakan mereka cukup kreatif dalam membuat hal-hal penting menjadi menarik sehingga pembaca mau membuka tautan dan membaca berita mereka.

Toh, terlepas dari pembaca yang merasa tertipu atau mendapati kucing dalam karung, pembaca akan mengerti begitu mereka membuka dan membaca beritanya. Jadi seperti keuntungan bersama; pembaca dapat informasi dari isi berita dan penulis patut bangga karena tulisannya banyak dibaca orang.

Tapi bukan itu poinnya. Poinnya adalah penulis, dalam hal ini jurnalis mestinya wajib memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada pembaca. Bukan hanya isi berita saja, tapi dari penulisan judul. Jurnalis bolehlah berpikir seperti itu karena ditekan prinsip ekonomi kata yang dituntut singkat, padat, dan tegas.

Bukan hanya soal tekanan prinsip ekonomi kata, tapi tekanan membuat judul yang bombastis agar ramai jumlah pembaca. Belum lagi soal judul yang memang tak boleh panjang-panjang.

Jurnalis dapat membuat dengan terus terang judul berita seperti Gunung Kelud tadi dengan Kelud, Salah Satu Gunung Paling Mematikan atauGreg Breining: Kelud, Salah Satu Gunung Paling Mematikan.

Sementara itu, untuk soal penyerang asal Inggris, dapat dibuatkan judulLawan Persib, Persija Belum Pasang Nathan Ellington atau PersijaAkan Datangkan Nathan Ellington. Memang tak lebih menarik, namun lebih baik daripada menjual karung berisi kucing.

Sayang memang, media sepatutnya menjadi panutan dalam penggunaan bahasa yang sederhana, memikat dan tak main-main. Hal-hal kecil seperti penggunaan judul ini juga menciptakan ketidaknyamanan pada beberapa pembaca. Seperti saya bilang di atas, jurnalis itu dituntut kreatif, namun harus paham dampaknya kepada siapa ia bertanggungjawab: masyarakat.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4