Oleh: Deli Listiani

BOPM WACANA | Pemanfaatan biodiesel sebagai pengganti solar oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dapat mengurangi ketergantungan impor bahan bakar dan menjaga ketahanan cadangan energi nasional. Hal ini disampaikan Kepala Sub Direktorat Keteknikan dan Pengembangan Bioteknologi ESDM Dothor Panjaitan dalam Sosialisasi Pemanfaatan Biodiesel Uji Jalan (ROADSHOW) B20 ke Sumatera di Aula Fakultas Teknik (FT), Jumat (30/10).
Dothor katakan, biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati atau hewani untuk mesin atau motor diesel, berupa ester metal asam lemak atau fatty acid methyl ester (FAME). Biodiesel ini alternatif untuk gantikan solar dan mengurangi ketergantungan bahan bakar impor. Seperti tahun 2014, solar sebesar 1.694 kilo liter berhasil dikurangi berkat pemakaian biodiesel.
Dothor bilang bahannya mudah didapat karena terbuat dari sawit, jarak, kedelai, rapseed, jagung, kelapa, nyamplung, dan kemiri sunan.
Selain itu, biodiesel juga dapat menciptakan lapangan kerja dan pengembangan usaha. Pada 2014, sebanyak 375 ribu pekerja on-farm dan pekerja 8.560 off-farm berhasil dipekerjakan, devisa negara dihemat sampai Rp 10 triliun. Di bidang lingkungan, biodiesel dapat kurangi emisi gas rumah kaca yaitu emisi karbondioksida sampai 2.532.699 ton dan biodiesel ini mudah terurai. Namun hal ini akan tercapai jika semua orang konsisten menggunakan biodiesel.
Gubernur FT M Yani Alan Nuary mendukung pemanfaatan biodiesel sebagai pengganti solar karena mampu menghemat devisa negara dan mengurangi efek gas kaca. Selain itu menurutnya bahannya juga mudah didapat apalagi di Sumatera Utara contohnya kelapa sawit. Sebagian besar wilayahnya perkebunan sawit sehingga tidak akan sulit. “Baguslah, bisa hemat anggaran negara,” tutupnya.