Oleh: Fredick BE Ginting
BOPM WACANA — Indonesia masih perlu mematangkan pemanfaatan teknologi yang lebih baik untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar. Terutama teknologi untuk memenuhi kebutuhan pangan, energi, dan obat-obatan. Karena ketiga hal tersebut merupakan kebutuhan dasar. Ini disebut Prof Hiras ML Tobing dalam seminar bertema Kemandirian Bangsa Indonesia & Perlindungan Hak Cipta, Penghargaan Kepada Kreator di Aula Soeratman Fakultas Pertanian (FP), Jumat (3/10).
Ketua Dewan Perhimpunan Ahli Teknik Indonesia (PATI) tersebut mengungkapkan ada beberapa alasan mengapa penerapan teknologi di Indonesia masih kurang. Ia mencontohkan masih seringnya peneliti-peneliti Indonesia yang hanya menjual sertifikat temuannya tanpa mengembangkan lebih lanjut. Ini disebabkan karena peneliti tidak memahami Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999.
Alasan lain adalah belum terbentuknya pola pikir di masyarakat Indonesia mengenai pentingnya teknologi dalam menunjang keberlangsungan hidup sehari-hari. “Sebenarnya perlu dibentuk revolusi teknologi dalam aspek kehidupan bangsa dan negara,” ujar Prof Hiras. Contoh kecil adalah tidak adanya pabrik kancing dan peniti di Indonesia. “Semua diimpor dari Tiongkok, padahal itu sederhana,” lanjutnya.
Timbul Sinaga yang juga pembicara seminar tersebut pun setuju dengan Prof Hiras. “Hasil Kongres PATI sebulan lalu sepakati teknologi menjadi hal utama membangun bangsa ini,” ujarnya. Menurutnya Indonesia punya kekayaan alam yang begitu melimpah sebagai modal untuk mematangkan penggunaan teknologi. “Tinggal memanfaatkannya dan mencari solusi masalah-masalahnya.”
Pelaksanaan seminar ini digagas oleh PATI yang berkedudukan di Jakarta. Seminar ini dihadiri oleh dosen-dosen dari FP, Fakultas Teknik, Fakultas Farmasi, dosen Universitas Katolik Medan, pengusaha, kontraktor, hingga mahasiswa dari berbagai fakultas.