Oleh: Nurhanifah
Ingin tampak manis justru meringis. Si merah yang didamba ternyata bisa hasilkan bencana jika tak teliti sebelum memolesnya di bibir seksi Anda.
Regina memandang cermin, mengoleskan matte lipstik ke bibirnya. Sesekali ia memonyongkan bibirnya, mencoba untuk membuat si merah padat andalannya terpoles dengan rapi dan menawan. Ia mematut wajahnya kembali dalam cermin. Tersenyum. “Manis sekali wajahku dengan lipstik ini, jadi enggak sabar jumba abang,” ujarnya menatap cermin.
Lipstik matte jadi pilihan Regina sebab bersifat pigmanted, tahan lama dan tidak berkilau saat diaplikasikan.
Berbeda dengan Regina, Ayu memilih menggunakan glossy lipstik di bibirnya sebagai andalan. Pilihan Ayu dikarenakan lipstik ini dapat memberikan tampilan luscious dan plumpy, memiliki efek kemilau yang segar, membuat bibir tampak lebih penuh, serta terlihat basah.
Ya. Lipstik menjadi andalan wanita untuk menunjang penampilannya. Berbagai jenis warna lipstik mulai dari warna merah merona hingga metalik, bisa jadi pilihan. Tekstur yang padat, lembab, creamy, dan balm juga jadi pertimbangan.
Namun, di balik keindahannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan saat menggunakan si ‘andalan’ ini. Sebaiknya sebelum memilih kita perlu memperhatikan kandungan yang terdapat di dalamnya, seperti plumbum atau biasa disebut timbal.
Secara alami, timbal terdapat pada kerak bumi. Logam ini dapat berada di lingkungan akibat proses alami, misalnya erosi ataupun kegiatan industri manusia seperti pengeboran minyak atau akibat penambangan emas. Timbal kemudian digunakan sebagai bahan pembuatan batu baterai, solder, pipa, produk perunggu, pigmen pada cat, dan peralatan militer.
Pada kosmetik, timbal sering ditemukan pada lipstik, eyeshadow, dan eyeliner. Kandungan timbal dalam kosmetik dapat diakibatkan oleh kontaminasi dari bahan baku yang digunakan atau penggunaan pigmen yang mengandung timbal.
Sebagai upaya pencegahan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberi batas aman cemaran timbal dalam kosmetik yaitu 20 ppm atau 20 bpj (20 mg/kg atau 20 mg/L). Hal ini diatur pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetik.
Jika Indonesia menetapkan 20 ppm sebagai batas aman, Amerika ternyata punya aturan yang lebih ketat yaitu 10 ppm. Tetapan ini dibuat pada Desember 2016, sebagai tinjak lanjut mengenai laporan Campaign for Safe Cosmetics (CSC) yang menemukan sejumlah lipstik bertimbal di pasaran.
Dalam laporan tersebut, CSC melampirkan 20 merek lipstik terindikasi timbal. FDA kemudian menggunakan metode ekstraksi untuk menemukan kandungan timbal tak hanya ada pada lipstik, tapi juga dalam 685 produk kosmetik di pasar AS.
Hasilnya, lebih dari 99 persen kosmetik tersebut mengandung kurang dari 10 ppm timbal. Satu persen lagi ditemukan terdapat kosemetik di atas batas minumum kadar timbal, yaitu eyeshadow Clarins Paris Mono Couleur 19 Ice Blue dan blush on L’Oreal Lancome Blush Subtil 8 Brun Roche yang mengandung 14 ppm timbal.
Walau 10 ppm atau 20 ppm merupakan batas aman cemaran timbal pada kosmetik, bukan berarti tak ada risiko atas penggunaannya. Sebab jika digunakan terus menerus, timbal dapat terakumulasi dalam tubuh dari waktu ke waktu dan memengaruhi hampir setiap organ dan sistem dalam tubuh.
Paparan timbal dari lipstik dapat terjadi ketika konsumen menjilat bibirnya dan lipstik tertelan. Selain itu, kandungannya dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, tertelan, atau kontak dengan mata kemudian masuk ke dalam peredaran darah dan terakumulasi dalam jaringan terutama tulang.
Timbal juga dapat terakumulasi di hati, ginjal, pankreas, dan paru-paru. Di dalam tubuh, timbal merupakan neurotoksin yang terbukti dapat menyebabkan tingkat IQ rendah dan menimbulkan masalah perilaku seperti meningkatnya agresivitas.
Bayi, balita, anak-anak, janin, dan ibu hamil merupakan kelompok yang paling rentan mengalami keracunan timbal akibat paparan kronis rendah. Logam ini sangat mudah menembus plasenta dan dapat ditransfer melalui air susu ibu (ASI).
Pada paparan kronis tingkat rendah, timbal dapat memengaruhi ginjal, sistem kardiovaskuler, darah, sistem kekebalan tubuh, serta sistem saraf pusat dan periferi. Pada paparan kronis tingkat tinggi, timbal dapat menyebabkan keguguran, perubahan hormon, serta mengurangi kesuburan pada pria dan wanita.
Selain itu, timbal juga dapat menyebabkan gangguan menstruasi, menurunnya daya ingat, serta gangguan pada saraf, persendian, otot, jantung, dan ginjal. Waktu paruh timbal di dalam tubuh adalah dua sampai enam minggu, namun dibutuhkan waktu 25 sampai 30 tahun untuk menghilangkan separuh kandungan timbal yang tersisa dalam tubuh.
Jadi, sebelum memilih si merah menjadi andalan perhatikan baik-baik kandungannya. Jangan sampai keindahaan saat ini, membawa efek yang kurang baik untuk Anda pada masa mendatang.