BOPM Wacana

Menghambat Laju si Pembunuh Nomor Wahid Bagi Perempuan

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh: Ika Putri Agustini Saragih

Ilustrasi: Ika Putri Agustini Saragih

Kanker payudara masih menjadi mimpi buruk bagi tiap wanita. Sekitar 40,31 dari seratus ribu perempuan Indonesia terkena kanker payudara.

Angelina Jolie disanjung atas keberaniannya melakukan operasi mastektomi ganda. Tahun 2013 wanita yang sering disebut sebagai salah satu wanita tercantik di dunia ini mengangkat kedua payudaranya karena berdasarkan pemeriksaan, ia membawa mutasi gen yang meningkatkan risiko kanker payudara. Keberanian mengangkat bagian dari tubuhnya yang menyimbolkan feminitas dan seksualitas itu menginspirasi jutaan wanita. Hingga ia tampil di sampul Majalah Time dengan judul “The Angelina Effect”.

Operasi mastektomi ganda tak sepenuhnya menghilangkan risiko terjangkit kanker, ia hanya meminimalkan kemungkinannya. Dokter spesialis bedah onkologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta Erwin Danil Yulian mengungkapkan kanker tidak akan mengakibatkan kematian jika kanker tidak menyebar. Sebanyak 90 persen penderita kanker meninggal akibat penyebaran sel kanker. Erwin mengungkapkan masalahnya penyebaran tetap terjadi meski pengobatan sudah dilakukan. Nyatanya operasi, kemoterapi, terapi hormonal, ataupun radiasi tak mampu menghentikan laju perpindahan sel kanker ke organ tubuh lain.

Erwin lantas mencari cara guna melawan penyebaran tersebut. Ia meneliti peran obat simvastatin dalam menghambat migrasi dan proliferasi sel kanker. Simvastatin merupakan salah satu obat golongan statin yang dikenal mampu menurunkan kadar kolesterol serta mencegah stroke dan jantung koroner. Studi yang dilakukan pada sel dan hewan sebelumnya menunjukkan bahwa simvastatin juga berguna menghambat migrasi sel tumor karena memiliki efek menghambat penjalaran dan pertumbuhan.

Sel kanker melakukan perpindahan dan proliferasi atau tumbuh di tempat baru. Penyebaran ini sebelumnya didahului dengan pengiriman sinyal oleh enzim Rho dan Rho-associated kimase (ROCK) yang ada di dalam sel kanker. Setelah sinyal diterima sel akan bergerak dengan menggunakan mesin penggerak dan navigator. Mesin penggerak ini disebut aktin sitoskeleton yang didapat dari perubahan dua enzim tersebut. Setelah sinyal sampai ke inti, sel akan menghasilkan protein yang akan digunakan untuk menambah pembuluh darah, menyebar dan tumbuh di tempat baru.

Menurut Erwin laju Rho dan ROCK bisa dihambat dengan simvastatin. Dalam penelitiannya, ia memberikan simvastatin pada sejumlah pasien kanker di beberapa rumah sakit Jakarta selama rentang waktu November 2014-Juli 2015. Ada 15 pasien yang diberi simvastatin dengan dosis 40 miligram dan 15 pasien yang diberikan plasebo, semacam obat palsu tanpa efek. Semua pasien tersebut punya kriteria sama, yakni berusia tak lebih dari tujuh puluh tahun, mendapat kemoterapi, terapi hormonal atau imunoterapi pada saat yang sama, tidak mengalami gangguan tiroid, tidak hamil atau menyusui, bebas diabetes mellitus, dan tak hipersensitif terhadap simvastatin.

Simvastatin diberikan pada kelompok pertama selama empat hingga enam pekan. Setelah itu mereka melakukan mastektomi. Sampel jaringan kankernya kemudian diperiksa. Hasilnya, ada penurunan aktivitas ROCK sebesar 55 persen. Ekspresi mRNA RhoC juga menurun 36,7 persen. Selain itu, migrasi sel juga menurun pada kelompok yang diberi simvastatin. Lebih lanjut ia berkesimpulan bahwa penurunan ini berhubungan dengan kolesterol yang ternyata bisa memicu kanker payudara menjadi lebih agresif.

Ada dua penyebab kanker payudara, antara lain faktor genetik yang menyumbang sekitar 20 persen penyebab dan faktor sporadis yang mempengaruhi sampai 80 persen. Faktor sporadis paling banyak mempengaruhi masalah hormonal, terutama esterogen, yang berfungsi mengendalikan kadar kolesterol.

Erwin mengatakan penelitian ini masih dalam tahap awal. Karenanya ia belum bisa memberikan simvastatin sebagai obat terapi pada pasien. Konsumsinya baru disarankan untuk mereka yang tak punya kadar kolesterol tinggi. Semoga temuan ini kelak bisa menjadi alternatif baru guna menghambat laju si pembunuh nomor wahid bagi perempuan.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4