Dune dan Sinematrografinya yang Bintang Lima

Dune tidak hanya sebuah film Sci-Fi biasa, kamu akan merasakan sihirnya masuk dalam tubuh di setiap detik filmnya.

Sudah pernah nonton Dune? Yang versi tahun 1984 atau 2021? Bagi temen-temen yang belum pernah nonton, yuk baca ulas ini dulu sebelum nonton! Tapi hati-hati ada bumbu spoiler bertebaran.

Para penggemar film bergenre Sci-Fi sepertinya kenyang konten nih di tahun 2021. Pasalnya belasan hingga puluhan film bergenre Sci-Fi rilis di layar lebar dari awal tahun hingga akhir tahun 2021 ini. Mulai dari Godzilla vs Kong, The Tomorrow War, Eternals, Dune dan masih banyak lagi. Tetapi, kali ini kita akan fokus membedah film Dune.

Awalnya film Dune akan dirilis pada akhir tahun 2020, tapi lagi-lagi permasalahan pandemi membuat film ini akhirnya baru bisa dirilis pada Oktober 2021 lalu. Meskipun harus menunda perilisan, saya rasa tidak banyak berpengaruh terhadap kesuksesan Dune di pasaran. Filmnya sendiri berhasil raih keuntungan berkisar $300 juta.

Namun, di awal perilisannya di Indonesia, Dune sempat beberapa kali menjadi perbincangan netizen karena dianggap membosankan. Saya sendiri memaklumi penilaian tersebut, untuk penonton yang cenderung menyukai film yang asik, tentu Dune buka pilihan yang tepat. Karena Dune pertama—tentunya karena akan ada Dune kedua—memberikan alur yang lambat dan berat.

Di setengah durasi pertama penonton akan dibawa memahami konsep dunia masa depan tahun 10191. Di mana manusia sudah berpencar menjajaki planet-planet yang ada di tata surya. Yang disebutkan ada Caladan, planet yang dihuni oleh Bangsa Atreides. Planet Giede Prime yang merupakan asal Bangsa Harkonnen. Dan Planet Arrakis tempat bermukin Bangsa Freman yang ditindas dan dijajah oleh Bangsa Harkonnen, Arrakis adalah surga rempah-rempah yang digambarkan sebagai bahan penting untuk kelangsungan hidup manusia.

Selain kekayaan rempah-rempah, Arrakis juga tempat yang penuh bahaya. Seluruh permukaan Arrakis ditutup oleh gurun pasir berbentuk bukit-bukit yang dinamakan sebagai Dune dan cacing berukuran raksasa yang dapat menelan mesin-mesin dan manusia.

Pun, ceritanya lebih banyak digambarkan secara visual dibanding lisan. Mungkin membiarkan gambar yang bercerita dan keheningan ini yang membuat penonton beranggapan film ini membosankan.

Cerita yang cukup berat juga membuat saya sendiri harus benar-benar memperhatikan setiap detik dari filmnya. Pasalnya Dune banyak menyebutkan istilah-istilah asing yang tidak diterjemahkan secara eksplisit, penonton harus memerhatikan alurnya untuk memahami istilah tersebut seperti messiah, melange, sardaukar, stillsuit, sietch dan banyak lagi. 

Namun, saya bisa mengatakan film ini very much worth to watch. Dimana sinematografi dan visual effect yang ditampilkan sangat membuat tercengang. Setiap shot-nya seperti sihir yang membuat penonton ingin bertepuk tangan akibat terpanah. Saya tanpa ragu bisa memberikan 95/100 untuk sinematografinya, apa lagi jika sudah mode wide-shots.

“But here it was a natural tendency to do wides and close-ups,” ucap Greig Fraser, Cinematographer dari Dune.

Dengan apiknya sinematografi yang digarap, Dune berhasil masuk nominasi “Best Cinematography” dari berbagai ajang penghargaan film. Sebut saja EDA Award, Critic Choice Award, FFCC Award dan banyak lagi. Tidak hanya sebagai nominee saja, tapi juga berhasil membawa pulang piala dari nominasi yang sama, “Best Cinematography” dari ajang PFCS Award, WAFCA Award, SFC Award, dan SEFCA Award.

Penggambaran tahun 10191 dalam film tersebut memenuhi ekspektasi saya. Efek global warning adalah salah satu faktor Dune divisualisasikan penuh dengan gurun-gurun, panas, dan minim tumbuhan hidup. Tidak lupa semakin majunya teknologi diperlihatkan melalui pesawat-pesawat unik, mesin-mesin teknologi tinggi pembantu kebutuhan manusia, serta pakaian dan alat perang yang canggih.

Salah satu poin tambahan yang mengharuskan kamu untuk menonton Dune adalah penampilan para aktornya yang memuaskan. Dari Timothée, Zendaya, Isaac, hingga Rebecca merupakan aktor-aktor dengan jam terbang tinggi, sehingga tidak heran juga jika akting mereka dapat merebut hati penontonnya. Apa lagi peran Timothée sebagai Paul Atreides memiliki tempat tersendiri bagi saya. 

Kamu juga harus nonton deh dan tunggu sequel-nya di tahun 2023 mendatang!