BOPM Wacana

Di mana Jaket Almamater Kami?

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh: Gio Ovanny Pratama

“Jas hijau dengan logo Universitas Sumatera Utara (USU) di dada kiri. Terpampang identitas fakultas di bagian kanannya. Itulah lambang supremasi kebanggaan mahasiswa USU. Setiap mahasiswa USU pasti mempunyai jaket yang satu ini.”

Tiidak begitu dengan kami. Sejak awal diterimanya kami di USU ini, tak pernah sekalipun kami menikmati bangganya memakai lambang supremasi tersebut. Ketika hendak menunaikan tugas suci guna mempromosikan USU di mata adik-adik kami tak ada kebanggaan tersendiri yang bisa kami bawa dengan jas pinjaman dari senior.

Setidaknya begitulah realita yang sedang terjadi di kalangan mahasiswa 2011. Bagaimana tidak, di saat status mahasiswa telah didapat dan berharap segera memamerkan jaket almamater hijau khas USU harus ditunda entah sampai kapan. Hingga detik ini pun almamater 2011 tak kunjung mendapat penjelasan dari rektorat.

Pengadaan almamater di USU sendiri sempat di urus oleh pihak dekanat. Di pihak dekanat pengadaan jas almamater cukup lancar. Mahasiswa baru di kala itu memang segera mendapatkan almamater idaman mereka. Namun mereka harus membayar ekstra. Disamping harus membayar dana kelengkapan akademik (DKA) mereka harus menambah sekitar Rp 100 ribu – Rp 200 ribu lagi untuk mendapatkan jaket almamater.

Masalah lain yang ditimbulkan adalah ketidakseragaman jaket almamater antarfakultas. Padahal almamater itu adalah lambang persatuan universitas bukan fakultas, sehingga kebakuan harus berasal dari rektorat. Tetapi entah kenapa tiap fakultas di USU ini memiliki kebakuan tersendiri. Untuk masalah ini tampak jelas dari segi warna dan jenis kain. Ada yang memakai hijau gelap, hijau lumut, hijau tua bahkan ada yang hijau muda. Memang sih masih warna “hijau” namun tetap saja tak enak dipandang.

Bayangkan saja ketika hendak melakukan aksi demo atau bakti sosial se USU pasti akan nampak ketimpangan dan perbedaan antar fakultas yang ditampakkan oleh almamater ini. Nah maka dari itu sejak tahun 2011 lalu pengadaan jaket almamater bagi mahasiswa baru ditangani oleh pihak rektorat supaya ada kebakuan dan keseragaman warna antar fakultas.

Secara simbolis Rektor USU Prof Syahril Pasaribu telah memakaikan jas almamater kepada 13 mahasiswa 2011 perwakilan dari tiap fakultas sewaktu pembukaan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) di Stadion mini, September lalu. Tampak dengan jelas warna jas almamater dikembalikan kepada warna semulanya, hijau tosca, warna ketika tahun 1970-an. Untuk biaya tak usah khawatir, sebesar Rp 150 ribu sudah dimasukan kedalam pembayaran DKA, saat itu juga dikatakan bahwa almamater akan siap dibagikan dibulan Januari 2012. Disitu sudah mulai Nampak awal yang cerah untuk pengadaan almamater.

Namun tak ada terdengar lagi janji manis itu, hingga bulan yang dijanjikan jas almamater tak kunjung datang. Rektorat tak bersuara mahasiswa pun hanya bisa terdiam. Hingga bulan April masalah ini tak juga terselesaikan, entah apa yang terjadi disana.

Rektorat melalui Unit Layanan Pengadaan (ULP), menyatakan terlupa dengan pengadaan jas ini. Mereka lebih sibuk memikirkan proyek Rumah Sakit Pendidikan yang akan segera diresmikan, padahal mereka mengaku telah mendapat dana dari pihak rektorat untuk pengadaan jas almamater ini. Bagaimanapun almamater adalah hak mahasiswa. Kita juga sama-sama tahu bahwa hak itu harus dipenuhi dan tak boleh diabaikan.

Ada baiknya juga jikalau pengadaan almamater ini dikembalikan saja ke pihak fakultas. Dekanat pasti sudah berpengalaman dalam hal ini. Terbukti ketika tahun 2008 sampai 2010 lalu pengadaan almamater tidak serumit ini. Namun pihak rektorat harus bertindak tegas, jangan sampai terjadi lagi masalah ketidakseragaman warna dan jenis kain antar fakultas. Rektorat harus mampu membuat sebuah acuan atau kebakuan yang akan digunakan oleh semua fakultas dalam pengadaan almamater ini. Sehingga diharapkan warna almamater USU kembali seragam dengan hijau tosca-nya.

Kami berharap agar lambang supremasi kebanggaan itu segera kami dapatkan. Kami iri dengan teman kami di universitas lain. Mereka dengan bangga menjadikan fotonya yang mengenakan almamater sebagai foto profil di akun facebook dan twitternya. Kami pun juga ingin seperti itu, pak rektor yang terhormat!.

Penulis adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011 dan aktif sebagai anggota Pers Mahasiswa SUARA USU.

 

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4

AYO DUKUNG BOPM WACANA!

 

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan media yang dikelola secara mandiri oleh mahasiswa USU.
Mari dukung independensi Pers Mahasiswa dengan berdonasi melalui cara pindai/tekan kode QR di atas!

*Mulai dengan minimal Rp10 ribu, Kamu telah berkontribusi pada gerakan kemandirian Pers Mahasiswa.

*Sekilas tentang BOPM Wacana dapat Kamu lihat pada laman "Tentang Kami" di situs ini.

*Seluruh donasi akan dimanfaatkan guna menunjang kerja-kerja jurnalisme publik BOPM Wacana.

#PersMahasiswaBukanHumasKampus