Oleh: Redaksi
Bangsa Indonesia dibangun bukan dari hasil terima bersih, atau instan. Tapi bangsa ini dibangun dengan jerih payah masyarakat pribumi yang merebutnya dari tangan penjajah. Termasuk peran pelajar pribumi dengan kerja keras dan kecerdasan intelektualnya mendorong dan mengisi kemerdekaan.
Namun budaya instan kini sudah menggantikannya. Merasuk hingga tulang sumsum masyarakat Indonesia. Dari pejabat tinggi, pengajar, hingga pelajar itu sendiri. Ingin meraih sebuah keberhasilan tanpa mengucurkan keringat.
Lihat saja ketika ujian nasional berlangsung. Tiap tahun selalu ditemukan kecurangan-kecurangan pelaksanaanya. Tidak hanya pelajar, bahkan pihak guru dan dinas terkait pun terlibat dalam praktik gelap ini. Hingga kondisi ini sudah jadi pemakluman dalam masyarakat. Istilahnya ‘tahu sama tahu lah’.
Tak hanya di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pendidikan tinggi pun terjadi hal yang sama. Praktik pembuatan jasa skripsi, istilahnya mafia skripsi, berjamur di mana-mana. Mahasiswa tinggal bayar kepada orang lain untuk membuatkan skripsi mereka. SUARA USU dalam majalah edisi kedua telah mencatatnya. Dan hal ini juga dianggap lumrah.
Kondisi ini lah yang menyebabkan budaya instan menggerogoti bangsa kita. Sejak dini kita sudah membiasakan generasi bangsa ini untuk mendapatkan sesuatu tanpa kerja keras dan kejujuran. Dampaknya, korupsi di sana-sini. Tiap harinya, ada saja berita di media massa yang memberitakan kasus-kasus korupsi yang terjadi. Begitu juga ketika para pejabat di negeri ini untuk meraih suatu jabatan. Jalan haram pun ditempuh demi suatu kursi.
Juni ini, sekitar enam ratusan ribu calon mahasiswa akan mengikuti seleksi ujian masuk perguruan tinggi negeri. Tak menampik di antara ratusan ribu peserta itu terselip siswa-siswa yang lulus ujian lalu dengan bantuan tangan orang lain. Mereka itu nantinya yang akan menjadi generasi penerus bangsa ini.
Jika budaya instan ini tetap dimaklumi dalam masyarakat maka generasi-genarasi penerus bangsa ini adalah manusia-manusia yang siap melakukan berbagai cara hanya demi kepentingan pribadi.
Ingat, sejarah bangsa kita tak mengenal budaya instan. Proses dan kerja keras lah yang membuat bangsa ini menjadi bangsa yang merdeka. Kita harus ingat bagaimana Soekarno dan para pelajar lainnya menyerukan sebuah negara bernama Indonesia. Adalagi, perahu pinisi dan swasembada beras yang membuat Indonesia terkenal hingga luar. Semua ini diraih bukan dengan jalan instan. Tapi dengan kerja keras.
Sudah saatnya kita kembali menjadi bangsa bermental besar. Menghargai suatu proses, kerja keras dan kejujuran. Mulailah dibiasakan sejak dini menanamkan sikap kerja keras dan jujur. Dan kita tak perlu takut dengan kata kegagalan.