Oleh: Mutia Aisa Rahmi
Judul Buku | : The Jokowi Secret |
Penulis | : Agus Santosa |
Jumlah Halaman | : 245 |
Penerbit | : Gradien Mediatama |
Tahun Terbit | : 2014 |
Bisa saja buku ini disebut kampanye Jokowi. Bisa juga disebut buku motivasi, bagi yang tak tertarik dengan politik. Sebab di dalamnya ada rahasia sukses sang tokoh. Sayang, penjabarannya rentan membuat bosan.
Membuka halaman pertama buku ini, sebaiknya jangan melewatkan bagian prawacana yang ditulis penulis. Bagian ini bukan cuap-cuap ucapan terima kasih penulis untuk orang terdekatnya, tetapi berisi penggambaran bagaimana seorang pemimpin yang baik dan idealnya ada.
Dengan tak melepaskan sosok pemimpin sederhana Jokowi, penulis terlebih dahulu menarik pikiran pembaca akan keraguan yang disematkan beberapa pihak kepada Jokowi. Digambarkan bagaimana Jokowi menjawab keraguan itu dengan caranya yang sederhananya namun berdampak tak sederhana pada kinerjanya.
Penulis mengibaratkan seorang pemimpin dengan sebutir garam. Dengan sebutir garam, rasa segelas air akan langsung berubah. Begitu juga dengan pengaruh seorang pemimpin.
“Jadilah garam secukupnya.”Kalimat tersebut memiliki makna yang dalam jika dipahami. Penulis menggambarkan kandungan garam yang berlebih di Laut Mati. Tak ada kehidupan apapun di sana, bahkan makhluk terkecil sekali pun tak mampu bertahan hidup olehnya.
Seorang pemimpin bisa menggunakan kekuasaannya untuk mengelabui, menguntungkan dirinya sendiri dan menindas hak-hak rakyat. Memimpin hanya untuk berkuasa, melayani hanya untuk dilayani dan memberi hanya untuk membeli kebebasan orang-orang agar dikuasai. Ia akan menjadi pemimpin yang mematikan.
Sebenarnya, jika kita lebih mendalami setiap makna yang diberikan penulis melalui tokoh politik yang tengah bertarung memperoleh kursi nomor satu di Indonesia itu, kita tak hanya mendapatkan sekadar penggambaran positif tentang sosok Jokowi. Kita juga akan dapat motivasi yang sejatinya terselip di setiap rahasia yang diungkapkan.
Rahasia pertama tersebut, the difference maker. Jokowi digambarkan sebagai tokoh politik yang tak menggunakan ‘topeng’. Sikap autentiknyalah yang dinilai jadi penggebrak tren baru, kepemimpinan lokal yang merambah nasional.
Poin autentik menjadi poin utama bab ini. Sikap inilah yang jadi pembeda terbesar sosok Jokowi dengan tokoh politik lain. Latar belakang kehidupan Jokowi di masa kecil dinilai menjadi hal utama yang membuatnya jadi sosok yang alami dan tampil apa adanya.
Sikap Jokowi ini jugalah yang memengaruhi setiap keputusan yang diambilnya untuk menyelesaikan masalah. Seperti ketika mengambil kebijakan mengenai masalah pedagang kaki lima (PKL). Ia tak melihat banyaknya PKL sebagai sesuatu yang harus dibasmi. Tetapi justru sebagai aspek yang dapat meningkatkan perekonomian daerah. Karena itulah ia kemudian merelokasi mereka setelah sebelumnya bernegoisasi dalam beberapa kali makan malam.
Rahasia kedua, antifragile. Banyak orang yang melihat sosok Jokowi sebagai sorang yang rapuh. Latar belakangnya sebagai seorang pecinta lagu rock mungkin menjadi salah satu yang membuat pandangan ini muncul selain perawakannya yang memang terlihat ringkih.
Namun nyatanya, Jokowi justru mampu menjadi sosok antifragile. Ialah sosok pemimpin yang tegas dan blak-blakan. Kegigihannya untuk lepas dari kemiskinan dan berhasil mencapai kesuksesan hingga seperti saat ini, membantah kata rapuh yang ditempelkan padanya.
Itulah dua dari tujuh rahasia yang diungkapkan penulis.
Penulis menulis di buku ini cukup baik mengingat buku ini membahas tokoh politik yang tengah mengumpulkan simpati masyarakat dalam pertarungan politik. Penulis selalu mengaitkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki Jokowi kepada pribadi para pembacanya. Sehingga buku ini bisa dikatakan sebagai buku motivasi. Terutama bagi pembaca yang sama dengan saya, yang tak begitu tertarik dengan politik.
Sedangkan bagi pembaca yang tertarik dengan politik akan melihat buku ini sebagai salah satu bentuk kampanye Jokowi. Wajar bila pendukung Jokowi mungkin saja akan mampu menyerap makna motivasi dari sosok yang memang menjadi idolanya. Sedangkan untuk mereka yang berseberangan dengan Jokowi mungkin saja melihat gambaran positif yang diberikan penulis sebagai salah satu pencitraan, hingga akan mengurangi nilai motivasi yang dapat diambil.
Banyak kata-kata bijak yang diutarakan buku ini, ini satu lagi nilai plus yang saya dapat. Contohnya kalimat ini: Apa yang membuat Anda rapuh adalah kekuatan tersembunyi yang dapat mengubah hidup Anda (hal 51).
Sayangnya, penjelasan yang terlalu panjang dalam setiap rahasia yang dijelaskan rentan membuat pembaca bosan. Juga pembahasan yang berulang, seperti kebijakan Jokowi terhadap PKL. Setelah dibahas di bab pertama, kembali dibahas di bab enam.