BOPM Wacana

Biografi Tanggung Pembaru Ibu Kota

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh Ferdiansyah

Judul: AHOK, Koboi Jakarta Baru

Penulis: Markus Gunawan

Penerbit: Visimedia Pustaka

Tahun Terbit: 2013

Jumlah Halaman: 234

Fenomena Jokowi-Ahok di ibu kota dianggap jadi kebangkitan populisme. Melalui dua belas bab di dalamnya, coba simak lagi kisah Ahok mengobrak-abrik dunia mafia Jakarta lewat buku ini.

Koboi adalah sebutan yang diberikan kepada gembala di peternakan yang ada di Amerika Utara. Secara tradisional mereka menggunakan kuda dan sering melakukan berbagai pekerjaan di peternakan. Seiring perkembangan, koboi beradaptasi dengan dunia modern. Beberapa peralatan dan teknik para koboi juga mengalami penyesuaian walau tradisi klasik tetap dipertahankan.

Dalam cerita fiksinya koboi sering digambarkan dalam pertentangannya dengan suku Indian, penduduk asli Amerika, dibandingkan pekerjaannya sebagai gembala di peternakan.

Kata koboi sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tanpa tedeng aling-aling, meledak-ledak, melakukan pekerjaan berbahaya tanpa takut risiko. Koboi juga tergambar sebagai citra ideal sosok maskulin, seperti pada Marlboro Man sampai Village People.

Sosok Ahok yang ‘garang’, temperamen, tegas, dan tidak kenal kompromi mengingatkan kita kepada sosok koboi yang populer di Benua Amerika tersebut. Dalam konteks ini, istilah koboi lebih ditekankan kepada citra ideal yang diperankan oleh Ahok dalam kapasitasnya sebagai Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta.

Istilah koboi tidak lahir dalam memberi stereotip tertentu alias pribadi Ahok, baik itu gaya bicaranya, sikapnya, maupun gaya memimpinnya yang ramai dibincangkan khalayak. Hebatnya, dengan gaya koboinya, Ahok ternyata cukup diterima oleh masyarakat. Beberapa lembaga survei seperti Cyrus Network menunjukkan masyarakat memberikan apresiasi atas apa yang telah dilakukan Ahok selama ini.

Hubungannya dengan Jakarta Baru? Jakarta Baru, ini konsep yang ditawarkan Ahok bersama Jokowi. Lantas apa yang dijanjikan keduanya tentang Jakarta Baru? Jawabannya sederhana. Jakarta Baru, kota modern yang tertata rapi, menjadi tempat hunian layak dan manusiawi, memiliki masyarakat yang berkebudayaan dan dengan pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik.

Dalam rangka mewujudkan Jakarta Baru, misi Ahok dan Jokowi adalah mewujudkan Jakarta yang tertata rapi, serta konsisten dengan tata ruang wilayah, bebas dari masalah-masalah menahun seperti macet, banjir, pemukiman kumuh, dan sampah. Sekaligus membangun kesadaran masyarakat dalam memelihara kota. Itu kutipan yang saya ambil dari Bab kedua belas buku ini. Masih ada juga program kerja Jokowi-Ahok, rincian laporan keuangan Jokowi-Ahok, dan laporan keuangan Wagub DKI Jakarta.

Kata pengantar dari Boni Hargens, pengajar Ilmu Politik Universitas Indonesia, Direktur Lembaga Pemilih Indonesia jadi pembuka cerita. Boni menyebut kebesaran duet Jokowi-Ahok sebagai kebangkitan populisme. Kemunculan mereka berdua ialah titik balik penting. Mereka muncul dari akar rumput dan menjadi bagian dari ‘elite baru’, dua pemimpin populis.

Segala cara merobohkan Ahok juga sudah pernah dilakukan. Terhadap Jokowi pun demikian. Namun, kehadiran mereka menjadi kehendak sejarah, tidak ada kekuatan apapun yang bisa melawan. Populisme adalah kekuatan terbesar dalam sejarah politik.

Buku ini berkisah tentang uraian penulis terhadap sosok Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa dipanggil Ahok. Semuanya ada dua belas bab: sebelas bab tentang rekam jejak Ahok sebelum dan selama jadi Wagub DKI Jakarta dan satu bab tentang Jakarta Baru. Walau sebenarnya konsep Jakarta Baru juga disinggung di bab-bab lainnya.

Isi buku ini menggambarkan Ahok dari luar dan dalam. Penulis mampu memberikan uraian yang mudah dicerna bagi pembaca yang memang sudah kenal Ahok ataupun tidak.

Namun, Koboi Jakarta Baru tidak jauh dari gambaran Ahok yang sudah sering kita lihat di media mainstream. Jika dibilang biografi pun masih tanggung. Belum ada kesan berlebih setelah membaca dua belas bab tentang Ahok. Dari hambatannya sebagai minoritas, isu SARA, melawan mafia Jakarta, dianggap melanggar HAM, semua yang ada di sini sudah sering ditampilkan saya rasa.

Mungkin uraian penulis bisa membuat kita lebih memahami apa yang dimaksud kebangkitan populisme lebih tepat jadi kesimpulan setelah membaca buku ini, seperti yang diutarakan Boni Hargens dalam pengantar.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4