BOPM Wacana

Alan Turing dan Upaya Menegakkan Hak LGBTQ

Dark Mode | Moda Gelap

Oleh: Lazuardi Pratama

Judul : The Imitation Game
Sutradara : Morten Tyldum
Naskah : Graham Moore
Pemain : Benedict Cumberbatch, Jack Bannon, dan Charles Dance
Tahun : 2014
Durasi : 114 menit

Alan Turing adalah Nikola Tesla pada penemuan bola lampupenemu dibalik layar. Dibalik terbukanya sandi penting Paman Fuhrer, film ini ingin menegakkan hakhak kaum Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, dan Queer alias LGBTQ.

The Imitation Game-2
Alan Turing, Joan Clarke, dan koleganya yang lain setelah berhasil memecahkan sandi Enigma. | Sumber Istimewa

Sherlockian, nama untuk fans Sherlock Holmes —detektif fiksi rekaan Sir Arthur Conan Doyle— yang menonton seri televisi Sherlock mungkin akan mengalami de javu. Pada awal film, Benedict Cumberbatch sebagai Alan Turing, yang berperan juga sebagai Sherlock dalam Sherlock, bermonolog, “Apakah Anda memperhatikan? Bagus…. Anda akan mendengarkan ini baik-baik dan jangan menghakimiku hingga aku selesai.” Ia misterius, berusaha mendominasi. Umpan menyenangkan untuk Sherlockian.

Alan Turing sangat eksentrik, antisosial, angkuh, dan penuh logika. Saat wawancara untuk bekerja di Bletchley Park, ia ‘menikam’ balik pewawancara Alastair Denniston dengan jawaban cerdas. Denniston yang diperankan Charles Dance adalah laksamana yang memimpin Bletchley Park, pabrik radio yang akan menjadi markas para kriptoanalis memecahkan sandi Enigma, sandi yang digunakan Jerman pada Perang Dunia II untuk mengenkripsikan pesan militer. Sulit sekali melepas gambaran Sherlock pada Cumberbatch.

Dengan alur maju-mundur, film ini menceritakan kisah seorang detektif yang menyelidiki pencurian di rumah Turing pada 1951. Tiada yang dicuri. Turing santai-santai saja di rumahnya. Detektif itu curiga dan melanjutkan investigasi.

Kembali ke tahun 1927, Turing muda tertarik pada kriptografi setelah dikenalkan teman lelakinya Christoper Morcom (Jack Bannon). Turing juga ternyata tertarik dengan Christoper.

Dua belas tahun kemudian, tepatnya1939, setelah Turing lulus wawancara. Ia bekerja dengan kolega satu timnya memecahkan sandi Enigma. Ada ahli komunikasi, kriptoanalis, linguis—Turing sendiri adalah matematikawan. Saban hari mereka berusaha memecahkan sandi Enigma. Turing sendiri, alih-alih ikut koleganya yang lain, justru membuat rancangan mesin. Rancangan mesin ini nantinya yang akan menjadi ‘otak manusia’ yang secara mekanis memecahkan sandi Enigma.

The Imitation Game-1
Alan Turing dan mesin buatannya bernama Christopher. Christopher diambil dari nama teman lelaki Turing di masa sekolah yang ia taksir. | Sumber Istimewa

Turing menamai mesin buatannya Christopher, mengenang teman lelakinya dulu, yang meninggal akibat tuberkulosis sebelum Turing sempat menyatakan perasaannya. Turing menjaganya dengan cara apapun. Ia dicela koleganya karena mesin buatannya hanya membuang-buang anggaran. Juga menghabiskan waktu Turing yang bisa dimanfaatkan untuk membantu yang lain memecahkan sandi Enigma dengan cara manual.

Namun Turing tegar. Ia memasang jarak dengan teman-temannya, asik sendiri. Bahkan ketika Denniston berniat memecat Turing karena risetnya mandek, Turing gentar. Turing lalu merepresentasikan mesin Christopher sebagai Christopher yang telah tiada.

Film ini mengangkat tokoh penting dalam sejarah umat ke permukaan dengan pesan bermakna. Mirip A Beautiful Mind (2001) dengan tokoh John Nash yang menyerukan kesadaran terhadap penderita skizofrenia. Lewat ini, sutradara Tyldum dan penulis naskah Moore ‘memprovokasi’ pemerintahan Inggris atas tindak tanduknya di masa lalu terhadap kaum homoseksual.

Di tahun 1952, Turing dijebak oleh pasal tentang homoseksual yang dahulu dicekal di Inggris. Ia dipaksa memilih antara terapi hormon atau masuk penjara. Turing akhirnya memilih terapi hormon dan bunuh diri pada 1954.

Tyldum dan Moore dikritik karena kisah yang difilmkan tak sesuai dengan kenyataan sejarah. Contohnya Bletchley Park yang ternyata mempekerjakan sembilan ribu orang untuk memecahkan Enigma alih-alih segelintir kolega Turing, dan mesin bernama Christopher yang ternyata bernama Bombe. Alex von Tunzelmann, sejarawan Inggris dalam artikelnya The Imitation Game: Inventing a new slander to insult Alan Turing menyebut adaptasi sejarah film ini: kegagalan.

Tyldum dan Moore boleh gagal dalam sejarah, namun film ini menyulut gelombang pembelaan terhadap hak-hak kaum LGBTQ. Cumberbatch seperti dikutip dari BBC News dan sebuah petisi mendesak pemerintah Inggris ‘mengampuni’ 49 ribu korban undang-undang homoseksual. Sebab Turing dkk (dankawan-kawan—red) telah melakukan ‘kesalahan’ dengan menjadi homo.

Turing sendiri telah ‘diampuni’ oleh Ratu Elizabeth II tahun 2013 lalu. Cumberbatch dilansir dari The Hollywood Reporter mengatakan Turing dan yang lainnyalah yang mestinya ‘mengampuni’ karena diperlakukan diskriminatif.

Lewat Cumberbatch dalam monolog di awal cerita, film ini telah menghujamkan pesan nan tak kalah penting. Bahwa setiap orang tak berhak terburu-buru menghakimi. Pada kenyataannya, orang yang lebih banyak menghentikan kematian dan mempercepat Perang Dunia II dua tahun lebih cepat ternyata adalah homoseksual. Turing tak berbeda dengan pahlawan ‘normal’ lain.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4