Oleh: Lazuardi Pratama
BOPM WACANA | Indonesia perlu mengembangkan sepak bola untuk anak usia dini. Ini disebabkan pengembangan tersebut akan menentukan masa depan sepak bola Indonesia. “Ibarat batu akik, talenta anak usia dini Indonesia itu bagus-bagus, tapi tidak kelihatan kalau tidak diasah,” kata Kurniawan Dwi Yulianto, mantan pesepakbola tim nasional (timnas) Indonesia yang menjadi pembicara dalam Seminar Nasional Menyelamatkan Sepakbola Nasional, Selasa (1/12) di Peradilan Semu Fakultas Hukum.
Kurniawan melanjutkan pengembangan usia dini tersebut untuk anak di bawah umur 14 tahun. “Mereka itu dinamakan grassroot,” ujarnya. Menurutnya, seorang pesepakbola sudah dapat ditentukan apakah bisa bermain atau tidak sejak umur 14 tahun. Sementara seorang pelatih dapat mengukur potensi pesepakbola sejak berumur 16 tahun. Jadi, Kurniawan menyimpulkan pengembangan grassroot itu akan menentukan kualitas timnas saat berlaga di level senior.
Kurniawan mengapresiasi upaya pengembangan usia dini yang dilakukan sekolah sepak bola atau non-sekolah yang dilakukan di seluruh Indonesia. Menurutnya pengembangan usia dini yang dilakukan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) itu omong kosong. Sebab sudah ada program dan dana, namun tidak disosialisasikan dengan baik. “Saya sudah jadi duta, tapi enggak dipakai,” ujarnya.
Sementara itu, Ponaryo Astaman, Presiden Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia yang juga menjadi pembicara dalam seminar ini sepakat dengan Kurniawan. Pesepakbola timnas Indonesia ini mengatakan PSSI jelas harus berkomitmen dengan programnya sebelum para grassroot itu malah hengkang ke luar negeri untuk mencari kesempatan.