Oleh Maya Anggraini S
Judul Film: Miracle in Cell No. 7
Sutradara: Lee Hwan-Kyung
Pemain: Ryoo Seung-Ryong, Park Shin-Hye, Kal So-Won, Jung Jin-Young, dan Oh Dal-Su
Tahun Rilis: 2013
Durasi: 127 menit
Kisah ayah dan anak yang dipadukan dengan konflik hukum, dikemas dalam drama komedi. Hasilnya, berikan nilai-nilai kemanusiaan yang berguna dalam kehidupan.
Film bermula pada konflik tas kuning bergambar tokoh kartun Sailor Moon. Sesuatu yang dijanjikan Lee Yong-go (Ryoo Seung-Ryong), ayah yang memiliki keterbelakangan mental, kepada putrinya Ye Seung (Kal So-Won).
Suatu hari ayah dan anak ini melihat tas bergambar tersebut di toko. Merasa putrinya sangat menyukai tas itu, sang ayah berjanji akan membelikannya esok, saat gajinya keluar. Tak disangka, saat itu juga tas yang hanya satu itu dibeli seorang putri jenderal. Sang ayah mencoba memberitahu putri jenderal itu bahwa esok dirinya akan membelikan tas tersebut untuk anaknya. Tanpa pikir panjang, jenderal langsung memukul Lee Yong-Go karena merasa putrinya diganggu Lee Yong-Go.
Tak sampai disitu. Esoknya putri jenderal menemui Lee Yong-Go memberitahu toko yang menjual tas tersebut. Ia pun mengikutinya menuju toko yang melewati pasar. Setibanya di pasar, putri itu jatuh dan mengalami luka di kepala bagian belakang. Seketika, seorang wanita melihat pria paruh baya itu mencium bibir serta membuka celana putri itu. Kemudian si wanita melaporkan hal tersebut pada polisi dengan dalih penculikan, kekerasan seksual serta pembunuhan terhadap putri jenderal.
Pada kenyataannya, yang dilakukan Lee Yong-Go adalah salah satu cara Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) yaitu pertolongan pertama pada korban tidak sadarkan diri.
Sejak itu ayah dan anak ini pun terpisah. Ye Seung dikirim ke lembaga pengasuhan. Sedang Lee Yong-Go dipenjarakan di sel nomor tujuh yang tingkat keamanannya tinggi.
Narapidana di dalamnya sadar Lee Yong-Go adalah seorang yang berketerbelakangan mental. Dan di sel itulah keajaiban muncul. Salah satunya adalah Ye Seung.
Ye Seung masuk diam-diam ke penjara dengan mengendap dalam kotak roti yang dibagikan pada narapidana. Karenanya, Kepala Sipir Jang Min-Hwan (Jung Jin-Yong) marah kepada Lee Yong-Go. Namun akhirnya kepala sipir pun setuju putri kesayangan Lee Yong-Go itu masuk sel karena mengerti rindu Ye Seung pada ayahnya.
Pada film ini, Jang Min-Hwan dapat memerankan karakter polisi yang mengemban tugas sehingga memberi sudut pandang lain pada cerita. Yaitu dengan menolong Lee Yong-Go yang tidak bersalah dengan menemui pengacara publik. Namun hal itu sia-sia. Tapi ia tidak menyerah. Sampai akhir cerita ia tetap bertanggung jawab dengan membantu Ye Seung di pengadilan sebagai saksi.
Dalam sel nomor tujuh, Ye Seung mengajari banyak hal pada narapidana. Salah satunya membaca. So Yang-Ho (Oh DaI-Su), si gangster, yang tak bisa membaca diajari Ye Seung. Akibatnya banyak keceriaan yang timbul dalam sel ini.
Lee Hwan Kyung, sang sutradara, dapat merubah penjara yang biasanya dikelilingi oleh suasana gelap menjadi suasana ceria. Suasana ceria yang sesungguhnya tidak begitu spesial. Namun penempatan karakter yang didorong akting yang apik berhasil mengubah banyak adegan menjadi menyenangkan.
Tak disangka, kasih sayang jenderal terhadap putrinya membuatnya buta hukum. Lee Yong-Go tidak bersalah. Namun jenderal tersebut memanfaatkan gangguan mentalnya untuk balas dendam. Dendam karena Lee Yong-Go dituduh sebagai penculik dan melakukan pelecehan seksual terhadap putri jenderal.
Haru biru drama korea ini membuat penonton meneteskan air mata. Misalnya ketika Ye Seung bertemu Lee Yong-Go pada saat konsultasi orang tua. Selain itu saat persidangan, Lee Yong-Go berteriak “Selamatkan Ye Seung, selamatkan Ye Seung, selamatkan Ye Seung.” Sebelumnya Lee Yong-Go diancam jenderal. Jika ia mengatakan yang sebenarnya maka Ye Seung tidak akan selamat. Akhirnya Lee Yong-Go menurut dan mendapat hukuman mati.
Cerita terus bergerak. Ye Seung (Park Shin-Hye) menjadi sarjana hukum. Ia berhasil membuat pernyataan dan mencabut tudingan terhadap ayahnya sehingga menjadi tidak bersalah.
Hukum yang awalnya benar akan selalu menjadi benar walau ia petinggi pemerintahan yang mempunyai jabatan tinggi sekalipun.
Film ini kental dengan permainan emosional serta dapat menggambarkan hubungan kasih sayang antara ayah dengan putrinya. Film berbiaya 3,5 miliar Won ini dikendalikan dengan baik oleh Lee Hwan-Kyung. Dengan alur campuran serta eksekusi tokoh yang dapat membuat performa film ini berkualitas.
Terbukti ia telah menjaring sepuluh juta penonton lebih sejak sebulan penayangannya setelah dirilis. Film Korea kedelapan yang sukses memperoleh laba tertinggi ini berhasil mendapat sepuluh kali lipat biaya produksi.
Film ini wajib ditonton. Selain dapat memuaskan penonton, walau punya premis standar. Karena tumbuh bertahap dengan memberikan sisi emosional sebagai objek utama. Walau ceritanya sederhana, Lee Hwan Kyung dapat mengundang penonton menikmati setiap screen play yang tidak sesederhana ceritanya.