Judul | Shingeki no Kyojin (Jepang), Attack on Titan (Inggris) |
Pengarang | Hajime Isayama |
Pemeran/dubber | Yûki Kaji, Marina Inoue, Yui Ishikawa, Hiroshi Kamiya |
Musim | 4 |
Episode | 75 |
Rilis | 2013-sekarang |
Durasi | 24 menit/episode |
Genre | Animasi, Aksi, Petualangan, Drama |
Spoiler Alert: ulasan di bawah menggunakan beberapa contoh kejadian penting dalam anime.
Sejarah ditulis oleh para pemenang. Besar kemungkinan kamu sudah pernah mendengar frasa klasik tersebut. Entah itu dari buku yang pernah kamu baca atau mungkin dari mulut temanmu saat berdebat tentang G30S/PKI. Yang pasti, kutipan itu memang banyak benarnya, dan Hajime Isayama, kreator manga Shingeki no Kyojin alias Attack on Titan (AoT), tahu benar tentang itu.
Dalam mengarang AoT, Isayama memang secara khusus menekankan hubungan beracun antara penguasa dengan sejarah. AoT sendiri bercerita tentang bangsa Eldia, sebuah masyarakat yang harus hidup di dalam tembok kerajaan setinggi 50 meter. Tembok itu ada untuk melindungi mereka dari ratusan titan, raksasa misterius pemakan manusia yang hidup di luar tembok. Masyarakat Eldia percaya, mereka adalah umat manusia terakhir yang berhasil selamat dari kepunahan akibat serangan titan.
Namun, suatu ketika muncul dua titan aneh yang berhasil menghancurkan tembok luar. Walaupun sudah aman berlindung hampir 100 tahun, kini masyarakat Eldia harus hidup dalam ketakutan: titan sudah berhasil menerobos tembok!
Kejadian itu memaksa mereka mengerahkan segala kekuatan militer. Keinginan mengungkap asal-usul titan juga makin tinggi. Mereka juga sadar: hampir tak satupun masyarakat Eldia yang tahu sejarah sebelum tembok dibangun.
Belakangan, diketahui bahwa keluarga kerajaanlah yang sengaja menutup-nutupi sejarah kelam masa lalu bangsa Eldia. Inilah yang jadi plot penting dalam AoT: bagaimana manipulasi sejarah digunakan para penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Sebuah kenyataan yang sudah banyak terjadi di dunia nyata, termasuk Indonesia.
Jika diperhatikan, memang banyak plot cerita dalam AoT yang bisa dianalogikan sebagai historiografi Indonesia.
Sebagai contoh: dalam AoT, Karl Fritz, raja ke-145 Kerajaan Eldia, sengaja menghapus segala ingatan masyarakat Eldia dari masa sebelum tembok dibangun. Tujuannya: agar mereka dapat memulai semua dari nol. Padahal, dapat dikatakan Karl Fritz sebagai dalang utama runtuhnya Kerajaan Eldia pada masa Perang Besar Titan. Namun, berkat kekuatan manipulasi ingatannya, ia dan keturunannya tetap dapat memerintah bangsa Eldia—walau harus dengan pindah ke Pulau Paradis.
Pola serupa mengingatkan kita pada masa Orde Baru (Orba): ketika Soeharto dan pemerintahannya sengaja menerapkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Bagi Ahli Politik Dunia Ben Anderson, kebijakan itu tak lain adalah upaya penghapusan sejarah oleh rezim Orba. Lewat EYD, generasi muda jadi kesulitan membaca tulisan ejaan lama (tulisan sebelum masa Orba). Akhirnya, mereka hanya bisa membaca sejarah versi Orba. Tak hanya itu—lewat kekuatan birokrasinya, rezim Orba juga memakai dunia pendidikan dan media sebagai corong penyalur narasi pemerintah.
Akhirnya: jika Raja Fritz menghapus sejarah lewat kekuatan manipulasi ingatan, maka rezim Orba menghapus sejarah lewat manipulasi bacaan dan tontonan. Keduanya juga melanggengkan kekuasaan lewat situasi genting: Raja Fritz lewat Perang Besar Titan, Soeharto lewat peristiwa G30S/PKI.
Selanjutnya, masing-masing juga punya kambing hitam untuk memapankan kekuasaan: Keluarga Kerajaan memanfaatkan keberadaan titan untuk memanipulasi ketakutan masyarakat Eldia terhadap dunia luar, sedangkan rezim Orba menggunakan isu PKI untuk melumpuhkan gerakan rakyat penentang kekuasaan.
Persamaan terus muncul: walau para pemegang kekuasaan yang korup sudah berhasil ‘dikalahkan’, namun ternyata yang mengalahkan mereka juga tak jauh beda sifatnya. Contohnya, Eren Yeager—sosok utama atas keberhasilan masyarakat Eldia menelusuri dunia luar, pada akhirnya malah mengkhianati teman-temannya sendiri di militer (musim 4). Di Indonesia, pola serupa mengingatkan kita kepada para aktivis gerakan ‘98 yang kini malah banyak masuk lingkaran elite politik yang oligarkis—kontradiktif dengan tujuan reformasi yang dulu mereka pimpin.
Selain itu, kita juga melihat bagaimana usaha manipulasi sejarah pada akhirnya hanya akan menciptakan lingkaran kekerasan. Dalam AoT, asal-usul titan yang tak jelas membuat bangsa Eldia dan Marley termakan propaganda masing-masing pihak yang menyebabkan peperangan antarkeduanya. Di Indonesia, usaha Orba dalam menulis ulang sejarah komunisme di Indonesia juga mengakibatkan pembantian simpatisan PKI pada 1965-1966.
Rasanya, semua kesamaan itu tak lepas dari kecerdikan Isayama dalam memahami determinisme sejarah: bagaimana akhir proses sejarah akan dapat diprediksi jika memahami faktor fundamental yang melatarbelakanginya. Dalam kasus AoT dan sejarah Indonesia, terdapat kesamaan faktor fundamental: kekuasaan mutlak para penguasa.
Kekuasaan mutlak itu lah yang mereka pakai untuk memanipulasi sejarah, sebagai usaha melanggengkan kekuasaannya. Manipulasi sejarah akhirnya menimbulkan ketidakpastian, yang menyebabkan saling kecurigaan antarpihak. Akibatnya, kecurigaan memicu kekerasan. Setelahnya: jika hasil kekerasan menciptakan pemimpin yang punya kekuasaan mutlak, maka sejarah berulang lagi.
“Kekuasaan cenderung korup. Kekuasaan mutlak, korup secara mutlak,” begitulah wejangan terkenal Lord Acton, sejarawan Universitas Cambridge, pada abad ke-19. Dan itulah yang kita saksikan dalam AoT dan sejarah Indonesia.
Tentu, sejarah Indonesia di sini hanya sebagai contoh. Tak heran jika ternyata banyak ditemukan kesamaan pola cerita dalam AoT dengan sejarah di negara-negara lain. Karena kehebatan Isayama dalam memahami pengulangan pola sejarahlah yang jadikan cerita AoT terasa dekat.
Namun, cerita belum selesai. Setelah musim 4 bagian 1 berakhir pada akhir Maret lalu, timbul pertanyaan: akankah Eren tetap bertindak seperti seorang tiran, yang tidak mau mendengarkan teman-temannya dan hanya bertindak sesuai keyakinan politisnya? Layaknya para politisi Indonesia saat ini.
Atau malah sebaliknya: teman-temannya dapat meyakinkan Eren agar mendengarkan mereka? Jika ya, saya harap rakyat Indonesia juga bisa seperti itu.
Namun sayang, jawaban pastinya belum dapat kita temukan dalam waktu dekat—setidaknya di anime. Pasalnya, AoT musim 4 bagian 2 baru akan dijadwalkan rilis pada Winter 2022 atau sekitar Desember tahun depan.
Jadi, akankah nasib Eren dan kawan-kawannya seburuk nasib Indonesia? Layak kita tunggu!