Oleh: Surya Dua Artha Simanjuntak
Judul | : Wind River |
Sutradara | : Taylor Sheridan |
Penulis Skenario | : Taylor Sheridan |
Pemeran | : Jeremy Renner, Elizabeth Olsen, Kelsey Asbille, Julia Jones, dan Gil Birmingham |
Rilis | : Agustus 2017 (Amerika), September 2017 (Indonesia) |
Genre | : Drama, Misteri, Crime, Thriller |
Durasi | : 107 menit |
Taylor Sheridan kembali sajikan gambaran pilu daerah terpencil Amerika. Istimewanya, kali ini cerita Wind River diambil berdasarkan kisah nyata.
Jika kamu pernah menonton dua karya Taylor Sheridan sebelumnya, Sicario (2015) dan Hell or High Water (2016), kamu mungkin akan menyadari gaya khas penulisan skenarionya. Ya, fokus pada kisah pilu di daerah terpencil ataupun kumuh Amerika.
Pada Sicario, Taylor mennceritakan pemberantasan narkoba di kawasan kumuh perbatasan Amerika-Meksiko. Sedangkan dalam Hell or Highr Water, Taylor menceritakan kehancuran ekonomi di daerah terpencil Barat Texas yang merupakan sumber kejahatan sebenarnya.
Tahun ini, Taylor coba kembali menggambarkan kisah pilu di kawasan terpencil Amerika lainnya, tepatnya di daerah Reservasi Indian Wind River, Wyoming. Di mana kisah berfokus pada usaha pemecahan kasus pembunuhan misterius seorang gadis Indian setempat.
Sesuai genrenya, sejak awal film Sheridan menyajikan misteri di mana tampak seorang gadis remaja berlari ketakutan dengan kaki telanjang di padang es luas. Tentu dengan pembukaan film seperti itu, banyak pertanyaan langsung berkumpul di otak para penonton. Siapa gadis itu? Mengapa dia berlari dengan ketakutan? Apa yang dia takutkan? Dan sebagainya.
Ya, dengan cerdik Sheridan mampu mencipta atmosfer ketegangan plus misterius sejak detik awal film. Tak sampai di situ, Sheridan terus menjaga atmosfer tersebut. Ketika sampai pada adegan Cory Lambert (Jeremy Renner), seorang agen pemburu dinas Amerika yang berkerja di daerah tersebut menemukan mayat seorang gadis Indian. Kondisinya sangat mengenaskan dengan telapak kaki tampak biru membeku, paru-paru pecah—akibat terus-terusan menghirup udara dingin, dan mulut mengeluarkan darah.
Jane Banner (Elizabeth Olsen), seorang agen FBI kemudian dikirim ke sana untuk menuntaskan kasus kematian misterius ini. Setelah melihat mayat gadis tersebut, Jane menetapkan kasus ini sebagai pembunuhan. Jane yang bertanya kepada Cory tentang daerah tersebut, langsung terkesima dengan kemampuan melacak si pemburu. Akhirnya, ia meminta bantuan Cory menyelesaikan kasus ini. Cory yang mengenal dekat keluarga dari gadis yang terbunuh itu, tentu tak keberatan.
Seperti film misteri pembunuhan pada umumnya, para penonton akan dirayu menebak siapa pembunuh gadis itu. Namun tentu, itu tak akan mudah. Para penonton akan terus diberi informasi namun akan sangat sulit menebaknya sampai sepertiga akhir film—baru misteri sebenarnya terungkap.
Selain unsur misteri yang sangat kuat, drama yang disajikan juga sangat kental dan kompleks. Ikatan emosi antara orang tua yang sama-sama kehilangan anak gadisnya, kasih sayang orang tua kepada anaknya, dan pengorbanan sepasang kekasih—semua tersaji di Wind River.
Namun Wind River bukanlah film misteri pembunuhan yang hanya berakhir pada siapa yang membunuh. Wind River lebih dari itu: film yang sarat akan pesan moral.
Pada sebuah interview, Sheridan mengatakan Wind River dibuat bukan untuk menghibur namun untuk mengedukasi. Sheridan yang pernah tinggal lama di daerah reservasi Indian merasa perlu membuat film ini. Dia mendengar banyak cerita tentang orang Indian yang meninggal dengan berbagai cara—salah satunya seperti yang diceritakan di Wind River. Sheridan merasa pemerintah seperti tak peduli dengan nasib para penduduk di kawasan reservasi Indian.
Hal itulah yang membuat Wind River mendapat banyak respons positif dari penonton maupun kritikus. Berdasarkan Rotten Tomatoes, film ini memiliki rating 87%, berdasarkan 199 ulasan, dengan rating rata-rata 7.6/10. Berdasarkan Metacritic, film ini mendapatkan skor 73 dari 100, serta 44 kritik. Dan berdasarkan IMDb, film ini mendapat rating 7.8/10 dari 59 ribu lebih voting.
Tak sampai di situ, hingga 19 November 2017, Wind River mendapatkan $33,782,732 di Amerika Utara dan $6,552,107 di negara lain. Total pendapatan yang dihasilkan film ini mencapai $40,334,839. Angka tersebut jauh melebihi anggaran produksi film yang hanya sebesar $11 juta.
Ya, begitulah cara Sheridan membuat sebuah misteri pembunuhan dalam mempermainkan rasa penasaran dan kaget penonton. Hasilnya, ia mampu menghibur para penonton sekaligus menyampaikan pesan moral.
Tahun depan, film lain yang juga ditulis Sheridan kembali akan rilis. Berjudul Soldado, film ini merupakan sekuel dari Sicario. Sheridan sukses dengan film-film sebelumnya. Namun, akankah Soldado berhasil menggebrak Box Office Hollywood seperti tiga film yang ditulis Sheridan sebelumnya? Kita tunggu saja jawabannya tahun depan.