BOPM Wacana

Warisan Tak Selalu Soal ‘Materiil’: Sebuah Refleksi dari Film “How to Make Millions Before Grandma Dies”

Dark Mode | Moda Gelap
Cover Film How to Make Millions Before Grandma Dies. | Sumber Istimewa

Oleh: Ruth Cinthia Sianturi

Judul How To Make Millions Before Grandma Dies
Sutradara Pat Boonnitipat
Pemeran Billkin Putthipong Assaratanakul, Taew Usa Semkhum, Duu Sanya Kunakorn, Phuak Pongsatorn, Tu Tontawan, Jear Sarinrat, Himawari Tajiri
Durasi 127 Menit
Rilis 1 April 2024
Genre Drama Keluarga
Tersedia di CGV, Cinepolis, XXI.

“Di balik niat awalnya yang terkesan pragmatis, yaitu mendapatkan warisan, M justru menemukan makna kehidupan yang jauh lebih berharga.

“How to Make Millions Before Grandma Dies” adalah film drama Thailand yang menyentuh hati, mengisahkan perjalanan seorang pemuda bernama M yang rela meninggalkan aktivitasnya sehari-hari untuk merawat neneknya yang sakit keras.

Warisan sering kali menjadi sumber harapan bagi keturunan, yang menginginkan hak atas peninggalan tersebut sebagai bentuk kelanjutan hubungan atau status. Orang sering menganggap warisan sebagai bagian dari identitas keluarga dan cara untuk mempertahankan kestabilan ekonomi serta sosial. Namun, muncul pertanyaan: Mengapa sering kali warisan menjadi sumber konflik dalam keluarga?

How to Make Millions Before Grandma Dies menjawab pertanyaan tersebut dengan cara yang menghibur dan menyentuh hati. Drama ini menggabungkan elemen komedi dengan pesan moral yang mendalam. Alur film ini mengalir dengan ringan namun penuh kejutan emosional. Setiap adegan dipenuhi dengan momen-momen hangat, humor yang cerdas, dan interaksi karakter yang menyentuh. Dialog-dialog dalam film ini memicu refleksi tentang nilai-nilai keluarga, ambisi pribadi, serta arti sesungguhnya dari kekayaan dan kebahagiaan.

Film ini dimulai dengan kisah M yang ingin merawat neneknya alias Amah yang telah didiagnosa mengidap penyakit kanker usus stadium akhir. M merupakan cucu pertama dari anak kedua Amah, kegiatan yang dilakukan M sehari-hari adalah sebagai streamer game. 

Perjalanannya pertama-tama tidak disambut dengan baik oleh neneknya, karena merasa curiga atas perilaku M yang tiba-tiba menunjukkan perhatian yang tidak biasanya. Tak lama kemudian M kembali datang ke rumah Amah dan memberitahu Amah bahwa ia mengidap penyakit kanker usus stadium akhir, yang pada awalnya dirahasiakan oleh anak Amah karena tidak ingin membuat Amah stres dan tambah sakit.

Singkat cerita M tinggal bersama neneknya dan merawatnya, walau niat awal M bukanlah untuk berbakti, melainkan untuk mendapatkan warisan neneknya. M melakukan ini karena terinspirasi oleh sepupunya yang memperoleh warisan penuh setelah merawat kakeknya yang meninggal dunia.

Rumah yang menjadi tempat tinggal Amah berada di kawasan gang sempit yang terkesan kuno, tetapi tempat tersebut sangat dekat dengan pusat makanan kuliner dan juga Stasiun Kereta Mass Rapid Transit (MRT).

Pengambilan gambar yang indah, terutama saat menampilkan pemandangan alam dan pemukiman di Thailand, menambah daya tarik visual film ini. Pemilihan musik latar sangat pas dengan suasana film, sehingga semakin memperkuat emosi penonton.

Selama tinggal di rumah Amah, M merawat dan membantu pekerjaan Amah dengan sepenuh hati, ini berbanding terbalik dengan M yang dulunya cuek dan keras kepala. Hal ini tentu menjadi wujud transformasi karakter M, dari seseorang yang egois menjadi lebih empati dan penuh kasih sayang.

Saat Amah perlahan membangun kepercayaan pada M, secara tak terduga Amah didatangi seorang pria yang awalnya dia kira seorang penagih hutang Soei yaitu anaknya, lantas pria itu berkata kedatangannya karena melihat unggahan penjualan rumah yang dibuat oleh M di situs online. Menanggapi itu Amah berkata bahwa rumah ini tidak jual. Setelah menyadari maksud terselubung M, Amah tetap bersikap seperti biasanya dan tidak mengurangi kasih sayangnya kepada M.

Keesokan harinya Amah dan M datang berkunjung ke rumah kakak Amah, tujuannya ingin menyampaikan penyakit yang dia idap dan berniat meminta bantuan ke kakaknya. Awalnya Amah dan M disambut dengan ramah oleh keluarganya dengan menyuguhkan makanan yang lengkap dan lezat juga diselingi dengan karaoke duet antara kakak beradik ini. Selanjutnya Amah dan kakaknya berbicara serius dengan kakaknya di sebuah ruangan, lantas Amah langsung mengatakan bahwa dia sedang mengidap penyakit kanker dan ingin meminta uang untuk membeli tanah pemakaman. Akan tetapi permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh kakaknya, lantas Amah dan M pergi meninggalkan kediaman tersebut dengan perasaan kecewa.

Hari demi hari melanjutkan kesehariannya seperti biasa menyiram bunga, memasak bubur dan pergi ke rumah sakit untuk check up. Lambat laun kondisi Amah semakin memburuk yang membuat Amah tidak bisa beraktivitas seperti sedia kala, sehingga mengharuskan Amah tinggal di rumah anaknya Sew. Hal ini makin mempererat hubungan keluarga mereka yang sempat renggang akibat kesibukan masing-masing, terutama anak Amah Kiang, Sew dan Soei. Perlahan mereka menyadari bahwa keluarga adalah hal yang paling berharga dalam hidup tidak bisa dinilai ataupun digantikan dengan harta benda.

Salah satu scene dalam Film How to Make Millions Before Grandma Dies. | Sumber Istimewa

“How to Make Millions Before Grandma Dies” adalah film yang layak untuk ditonton bersama keluarga. Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi penonton untuk lebih menghargai keluarga dan kehidupan. Melalui kisah M, kita diajak untuk merenung kembali tentang nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya penting.

Penting bagi individu untuk menyadari bahwa harta bukan segalanya. Menurut saya, film ini mampu mengingatkan kita bahwa keluarga adalah hal yang terutama dan terpenting. Melalui pengalaman M, kita diajak untuk menyadari pentingnya menghabiskan waktu dengan keluarga dan memberikan kasih sayang sepenuhnya. Waktu bersama orang yang kita cintai begitu singkat, dan penyesalan pasti datang kemudian jika kita menyia-nyiakannya.

Secara keseluruhan, meskipun dibalut dengan kisah yang sederhana, film ini berhasil membuka pemikiran bahwa manusia membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang terdekat, terutama saat menghadapi masa-masa sulit. Akhir kalimat, film ini layak ditonton dengan hati yang terbuka, menyadari bahwa kehilangan seseorang yang kita sayangi adalah hal yang menyakitkan, namun kenangan indah akan selalu ada.

Komentar Facebook Anda

Ruth Cinthia Sianturi

Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Perpustakaan FIB USU Stambuk 2023. Saat ini Ruth menjabat sebagai Staf Pustaka BOPM Wacana.

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4