Oleh: Elsanti Amirah Adhana
Mencapai bulan ketiga tahun 2021, pandemi Covid-19 di Indonesia tak kunjung usai. Sudah setahun pula Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) terkena dampak dan menjalani kegiatan belajar secara daring, terhitung sejak 17 Maret 2020 lalu guna memutus rantai penyebaran virus Covid-19.
Jika sebelumnya aktivitas belajar mahasiswa harus datang ke kelas dan bertemu dosen secara langsung, maka sejak diterapkannya kuliah daring mahasiswa belajar melalui E-Learning, Zoom, Whatsapp, Google Classroom, dan berbagai media lainnya. Mahasiswa dan dosen tentu harus melakukan adaptasi.
Awal Maret tahun ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim menargetkan sekolah dan aktivitas perkuliahan dapat melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka mulai Juli 2021 atau awal semester baru. Kuliah tatap muka ini dapat dilakukan apabila vaksinasi bagi seluruh tenaga pendidik selesai pada Juni 2021 dan pihak kampus siap menjalankan protokol kesehatan yang telah ditetapkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Surat Edaran No. 6 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran Semester Genap Tahun Akademik 2020/2021.
Meskipun di Indonesia saat ini jumlah kasus Covid-19 telah menurun dari bulan sebelumnya, banyaknya jumlah mahasiswa dan pelaksanaan protokol kesehatan tentu akan menjadi pertimbangan. Terdapat pula pro dan kontra di kalangan masyarakat dan lembaga-lembaga terkait. Lalu bagaimana mahasiswa menilainya? Berikut tanggapan Mahasiswa USU terkait kuliah tatap muka.
George Aldie Tobing – Fakultas Psikologi 2018
Menurut saya pribadi setuju-setuju saja ya. Tapi tergantung masyarakat dalam kampus dengan masyarakat yang ada di sekitaran USU.
Kalo semua taat dan ketat melakukan protokol kesehatan yang telah dianjurkan oleh tenaga kesehatan dan pemerintah, saya rasa tidak masalah. Toh juga kebanyakan survei kuliah online yang saya tahu, banyak mengatakan bahwa pembelajaran online kurang efektif dari banyak aspek.
Jadi, pendapat saya tentang wacana tersebut ya setuju setuju saja, tapi di pihak kampusnya harus ada patroli ketat terhadap mahasiswanya. Apakah sudah melakukan protokol kesehatan dengan tepat atau masih belum.
Dedek Armanda Sari – Fakultas Hukum 2019
Mengenai wacana pemerintah tentang kuliah tatap muka, saya setuju. Karena mengingat jenuhnya belajar daring dan juga kurangnya pemahaman materi yang diberikan dosen kepada mahasiswa. Sedikit flashback ke belakang pada bulan pertama pembelajaran daring beberapa dosen memberikan tugas kepada mahasiswa di setiap pertemuan.
Selain itu, juga terdapat beberapa kendala yang salah satunya mengenai jaringan, masalah jaringan ini banyak ditemui di beberapa mahasiswa yang tinggal di pedalaman. Makanya saya siap untuk kuliah offline atau tatap muka, tentunya dengan tetap melakukan social distancing dan menerapkan protokol kesehatan.
Avrelya Melyana Megawati Sirait – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2019
Secara pribadi saya kurang setuju dengan keputusan ini karena seperti yang kita ketahui vaksin belum sepenuhnya tersebar sampai ke pelosok. Kemudian vaksin masih tahap pertama dan masih harus ada tahap keduanya.
Keputusan ini terkesan terburu-buru dikarenakan vaksin yang disebarkan belum menyentuh waktu sekitar 6 bulan dan kita tidak tahu kemungkinan-kemungkinan apa yang bisa terjadi. Menurut saya akan lebih baik bila pendidikan di seluruh jenjang mulai melaksanakan tatap muka di semester depan menunggu menyebarnya vaksin hingga ke pelosok secara rata.
USU mungkin sudah mempersiapkan semuanya dengan sangat baik tetapi dengan jumlah mahasiswa yang mencapai lebih dari 1000 orang per stambuk pasti akan sulit untuk mengontrol apalagi mengatasi hal-hal yang mungkin terjadi. Mungkin akan lebih baik jika dari pihak USU sendiri menunda perkuliahan tatap muka sampai semester depan.
Silvi Ramadany – Fakultas Farmasi 2020
Saya kurang setuju dengan wacana pemerintah untuk memulai perkuliahan tatap muka di bulan Juli, karena resikonya cukup besar. Meskipun sudah ada vaksin, namun pemerataan kepada rakyat terbilang sangat lambat. Apalagi bulan Ramadhan akan segera tiba, yang mungkin saja dapat menghambat proses penyaluran vaksin.
Selain itu, dalam satu perguruan tinggi saja, mahasiswanya bisa dari berbagai penjuru daerah sehingga dikhawatirkan meningkatkan penyebaran Covid-19. Untuk itu diperlukan persiapan yang benar-benar matang.
Kampus harus benar-benar mempersiapkan jika benar wacana ini dilaksanakan, karena untuk angkatan 2020 juga belum pernah memulai perkuliahan tatap mukai. Ditambah dengan akan datang lagi calon mahasiswa baru angkatan 2021, sehingga ini bukan sesuatu yang bisa dipersiapkan dengan terburu-buru, apalagi mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah.
Hidayat Sikumbang – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2017
Setuju. Mengingat beberapa instansi pemerintah yang juga tampak tak lagi menerapkan aturan bekerja dari rumah, saya setuju. Asalkan penerapan protokol kesehatan juga harus digalakkan.
Kampus juga tampaknya masih cukup serius terhadap aturan protokol kesehatan. Beberapa kali saya dapat dengan mudah menjumpai tempat cuci tangan, dan beberapa tempat yang mewajibkan masker.
Karena saya bekerja di sebuah instansi swasta yang bergerak di usaha pariwisata, untuk saat ini saya selalu menerapkan protokol kesehatan dan jika memang hendak bepergian saya juga melaksanakan tes.
Stefhanny Juliantika Putri – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2018
Saya setuju. Karena jika dilihat sekarang tempat-tempat umum itu sudah dibuka dan aktivitas masyarakat juga terlihat sudah berjalan normal walaupun tetap menggunakan masker.
Jadi rasanya tidak pas saja jika tempat-tempat seperti mall, tempat makan, atau tempat wisata diizinkan untuk dibuka dengan syarat menggunakan protokol kesehatan yang ketat tapi tempat pendidikan tidak. Seharusnya jika tempat-tempat tersebut bisa dibuka dengan syarat protokol kesehatan yang ketat harusnya institusi pendidikan juga bisa.
Saya sebagai mahasiswa siap sih soalnya udah capek juga kuliah secara online, mata sakit lihat zoom terus. Karena aktifitas semua online jadinya intensitas melihat layar lebih lama jadi kadang mata bisa sampai sakit leher pegal.
Jadi saya senang kalau misalnya semester depan bisa kuliah secara offline kembali. Namun tetap kita harus memperhatikan protokol kesehatan yang ada jangan sampai menimbulkan cluster virus baru dalam perkuliahan.