RedaksiOleh: Vanisof Kristin Manalu
BOPM WACANA — Anry Sianturi, Mahasiswa Fakultas Pertanian (FP) 2010, merasa tak terima dirinya di-drop out (DO) atau dikeluarkan dari fakultas. Sebab menurutnya ia telah melakukan yang sebenarnya dan mengikuti proses yang disarankan oleh program studi. Demikian disampaikan Anry atau yang biasa dipanggil Tulus, Selasa (11/7).
Tulus mengatakan tidak mengisi kartu rencana studi (KRS) selama dua semester yaitu semester 12 dan 13 karena ada kendala keterlambatan membayar. Namun, ia telah melapor kepada program studi saat akan membayar uang kuliah di semester 13.
“Saya minta izin keterlambatan bayar SPP sama WD I dan ditandatanganinya ketika mau bayar uang kuliah semester 13. Maka dari itu portal saya diaktifkan kembali setelah bayar uang kuliah. Artinya saya resmi dan mengikuti sistem,” katanya. Ia menyayangkan perbedaan data di fakultas, prodi, dan rektorat ini.
Pun menurutnya dalam peraturan akademik ada diatur mengenai sistem keterlambatan pembayaran SPP. “Berarti ada wadah dan keringanan yang diberikan oleh kemahasiswaan melalui kebijakan tadi,” ungkapnya.
Ia mengaku saat ini telah menyelesaikan mata kuliah 138 SKS dan telah lulus. Pun telah melakukan seminar proposal dan sedang melakukan penelitian untuk skripsi. Namun pihak dekanat menyatakan hal tersebut tidak sah karena masalah ini.
Pun Tulus tak menyangka tanggal pembuatan SK penetapan DO pada 30 Desember 2016. “Sedang libur tahun baru,” ujarnya. Sementara Bisru Hafi, Hubungan Masyarakat USU, mengatakan apabila SK telah dikeluarkan rektorat hal itu telah diverifikasi oleh bagian akademik ke pihak fakultas.
Saat dimintai keterangan oleh SUARA USU, Wakil Dekan I menolak untuk memberikan keterangan lebih lanjut mengenai hal ini.
