BOPM Wacana

Street Feeding pada Kucing Bukan Solusi Selamanya  

Dark Mode | Moda Gelap
Ilustrasi. | Firda Elisa
Ilustrasi. | Firda Elisa  

Oleh: Firda Elisa 

Kucing merupakan salah satu hewan yang paling banyak dipelihara. Hewan dengan nama latin Felis catus ini memiliki beragam jenis ras, mulai dari campuran, persia, maine coon, siam, anggora, dan yang lainnya. Dilansir dari International Fund for Animal Welfare, populasi kucing di dunia kurang lebih sebanyak 600 juta dengan 400 juta populasinya dapat ditemukan di Asia.

Di Australia, kucing liar bahkan dianggap sebagai hama karena merupakan predator bagi spesies asli Australia. Dikutip dari dokumen resmi Department of Agriculture, Fisheries and Forestry Australia, kucing liar telah berkontribusi dalam kepunahan lebih dari 20 mamalia di Australia, seperti numbat, bandicoot, potoroo wajah lebar, hingga walabi.

Karena alasan tersebut, pada tahun 2015, pemerintah Australia mencanangkan program perburuan jutaan kucing liar yang menargetkan dua juta populasi. Hal ini dilakukan untuk menekan populasi kucing liar di Australia yang diperkirakan mencapai enam juta. Perburuan tersebut dilakukan dengan berbagai cara, seperti menjebak, menembak, hingga meracuni kucing.

Banyaknya populasi kucing di dunia membuat hewan satu ini sering menjadi sasaran dari street feeding. Perilaku street feeding atau memberi makan hewan liar menjadi fenomena yang terus bermunculan hingga sekarang. Tujuan dari kegiatan ini cukup baik, yakni sebagai bentuk kepedulian terhadap hewan-hewan jalanan yang sulit mendapat makanan yang layak, terutama kucing yang sering dianggap pengganggu.

Street feeding hanya solusi sesaat 

Kucing memiliki sistem reproduksi yang cepat. Dalam satu kali periode kehamilan, yakni selama sembilan minggu, kucing dapat melahirkan satu hingga enam ekor anak kucing. Masa menyusuinya hanya sekitar dua minggu, setelahnya kucing dapat merasa berahi kembali.

Singkatnya masa reproduksi kucing dapat menyebabkan overpopulasi kucing liar. Bayangkan saja, jika seekor kucing liar betina melahirkan hingga lima ekor anak kucing, maka jumlah kucing yang kelaparan dan terlantar akan meningkat. Lima ekor anak kucing tersebut tidak semuanya dapat bertahan hidup di jalanan, terlebih dengan umur yang sangat dini dan rentan terpapar penyakit.

Dengan demikian, banyak orang-orang yang tergerak untuk mulai melakukan street feeding berbekal harapan dapat membantu menyediakan makanan yang layak untuk kucing-kucing jalanan.

Namun, apakah street feeding ini memang benar-benar membantu? Faktanya, street feeding hanyalah solusi sesaat.

Kucing liar seharusnya dapat berburu makanannya sendiri. Namun, apabila kucing kemudian mendapatkan sumber makanan secara teratur, ia akan terus bergantung pada manusia.

Dampak positifnya, kondisi tubuh kucing akan menjadi lebih baik. Tetapi, di sisi lain, kucing tidak lagi pergi berburu dan akan lebih sering bereproduksi. Hal inilah yang nantinya akan meningkatkan populasi kucing liar dan menambah jumlah kucing yang akan terlantar.

Street feeding akan menyebabkan kucing berkumpul di suatu tempat, menularkan penyakit dari satu kucing ke kucing lainnya, bahkan ke manusia. Kucing liar, karena tidak diberi vaksin seperti kucing peliharaan, akan lebih rentan terpapar penyakit dan virus. Salah satunya rabies.

Tidak hanya itu, street feeding juga memberi dampak buruk kepada lingkungan. Sisa makanan kucing yang tidak habis di tempat umum akan meninggalkan bau yang tidak sedap. Sampah kemasan makanan kucing yang dibuang sembarangan akan berserakan karena kucing terkadang menjilati bungkus makanan tersebut.

Ada langkah yang lebih efektif

Adakah solusi yang lebih efektif untuk menekan populasi kucing? Tentu. Kalau mau, kita dapat mengadopsi kucing-kucing liar dan memberinya tempat tinggal yang aman. Namun, muncul kembali pertanyaan, apakah kita bisa mengadopsi seluruh kucing liar di luar sana?

Maka cara lainnya adalah sterilisasi. Sterilisasi adalah pembedahan untuk mencegah kucing betina dan jantan bereproduksi. Dilansir dari Halodoc, sterilisasi memiliki berbagai manfaat untuk kucing, yakni untuk mencegah penyakit, menghilangkan risiko infeksi rahim, dan menghentikan kehamilan pada kucing betina.

Cara ini mungkin dinilai kejam, tapi lebih efektif untuk menekan populasi kucing liar. Sekarang ini, sudah banyak orang yang melakukan metode Tangkap-Steril-Lepas pada kucing-kucing liar. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa kita juga tidak mungkin bisa membawa semua kucing liar untuk disterilisasi. Biaya steril kucing juga cenderung mahal bagi beberapa orang.

Alternatif lainnya, kita dapat membantu melalui berdonasi kepada shelter kucing yang rutin melakukan steril pada kucing-kucing liar. Atau, jika ingin berpartisipasi secara langsung, kita bisa menjadi relawan untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi mereka.

Tujuan dari street feeding memang baik, menunjukkan kepedulian kepada sesama makhluk hidup, mengatasi kelaparan bagi kucing-kucing yang kesulitan mencari makan. Tetapi, dengan sterilisasi, kita akan mencegah lahirnya kucing-kucing liar baru yang akan bernasib sama dengan mereka.

Komentar Facebook Anda

Firda Elisa

Penulis adalah Mahasiswa Sastra Indonesia FIB USU Stambuk 2023. Saat ini Firda menjabat sebagai Staf Riset BOPM Wacana.

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4

AYO DUKUNG BOPM WACANA!

 

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan media yang dikelola secara mandiri oleh mahasiswa USU.
Mari dukung independensi Pers Mahasiswa dengan berdonasi melalui cara pindai/tekan kode QR di atas!

*Mulai dengan minimal Rp10 ribu, Kamu telah berkontribusi pada gerakan kemandirian Pers Mahasiswa.

*Sekilas tentang BOPM Wacana dapat Kamu lihat pada laman "Tentang Kami" di situs ini.

*Seluruh donasi akan dimanfaatkan guna menunjang kerja-kerja jurnalisme publik BOPM Wacana.

#PersMahasiswaBukanHumasKampus