BOPM Wacana

Stalin, Ini Komedi Hanya Komedi

Dark Mode | Moda Gelap
Sumber Istimewa.

 

Oleh: Adinda Zahra Noviyanti

Judul : The Death of Stalin
Sutradara : Armando Iannucci
Penulis Skenario : David Schneider, ian Martin, Peter Follows
Pemeran Adrian McLoughlin, Simon Russell Beale, Steve Buscemi, Jeffrey Tombar, Olga Kurylenko, Michael Palin
Rilis : 20 Oktober 2017
Durasi : 107 menit
Genre : Komedi

 

Mungkin sedikit dari kita yang menikmati film dengan genre sejarah, terbukti film-film yang laku di Indonesia biasa bergenre horor, action, ataupun roman. Namun,  bagaimana jika dengan film yang berlatar sejarah ini dikemas dalam bentuk komedi?

Setelah dinyatakan tidak bisa sembuh oleh dokter karena pendarahan otak, tiba-tiba Sekretaris Jendral Komite Pusat Partai Komunis Uni Soviet Josep Vissarionovich Stalin (Adrian McLoughlin) siuman sehingga membuat semua orang terkejut terlebih Kepala Pasukan Keamanan Narodnyy Komissariat Vnutrennikh Del (NKVD) Lavrenti Beria (Simon Russell Beale). Ketika siuman ia hanya menunjuk sesuatu tanpa berbicara. Tunjukannya mengarah tak beraturan.

Salah satu menteri mangangap Stalin sedang menunjuk penggantinya. Dengan wajah menyakinkan, Sekretaris Satu Komite Moskow Nikita Khrushcev (Steve Buscemi) menganggap dirinya ditunjuk sebagai pengganti. Hingga tunjukan Stalin terhenti di sebuah lukisan wanita memberi minum domba. Tindakan Stalin tersebut akhirnya ditafsifkan berbeda-beda dari setiap menteri.

“Atau domba adalah orang, dan susu adalah sosialisme, atau dia adalah susu, dan kau adalah payudara” tafsir seorang menteri. Dari banyak tafsir akhirnya mereka memutuskan Stain hanya ingin minum. Dan semua sibuk dengan tafsirnya tanpa memerhatikan kondisi Stalin.

Para menteri terus menafsirkan hingga Beria yang kesal karena Stalin yang mulai sadar, keluar. Tidak sampai tiga puluh detik Stalin dikabarkan meninggal. Hingga kematiannya, hanya Beria yang tahu penyebabnya.

Untuk film berlatar sejarah, bagian seperti; harus rapat Politicheskoye Buro—sebutan badan eksekutif Uni Soviet—untuk tentukan dokter; masih sempat bercanda di ujung kematian Stalin; ini menjadi hal yang cukup menggelitik perut. Bahkan, tingkah dan gelagat menteri bisa mengocok perut. Salah satunya,  Wakil Stalin Georgy Malenkov (Jeffrey Tambor) yang kerap bertingkah tak karuan seperti mengejek dengan bokong hingga tingkah tak konsistennya. Mereka dikemas secara ciamik agar lucu meski tidak banyak bagain mampu membuatku tertawa terbahak-bahak seperti penonton Inggris.

Terlepas dari jalan cerita yang tak sesuai dengan sejarah sebenaranya—karena memang ini film komedi—terjadi, film ini bisa mengenalkan sedikit tentang Stalin meski porsinya hanya seujung kuku. Memang film ini tidaklah menekankan pada kematian Stalin namun fokus kepada para menteri yang sibuk berebut kekuasaan setelah kematiannya.

Sumber Istimewa.

 

Komedi yang disajikan hanya berhasil jika dipahami oleh penonton. Bahkan kalau tak memahami satire film ini akan lebih terkesan bergenre sejarah murni yang menakutkan dengan penggambaran kekejaman rezin Stalin yang dianggap diktator.Terlihat dari banyaknya adegan pembunuhan dan ketakutan banyak orang terhadap sosok Stalin.

Namun, saya yakin film ini sangat sulit menjarah kalangan muda di Indonesia. Film horor merupakan film laku yang mendominasi di Indonesia bukan film berlatar sejarah. Padahal, film seperti ini akan menjadi berguna terutama pemuda Indonesia jika penonton menjadi inisiatif untuk mencari tahu sejarah-sejarah dibalik garapan sutradara asal inggris ini. Armando Iannucci menyuguhkan karya komedi gelap berlatar sejarah.

Walaupun, Rusia akhirnya mengecam dan melarang film ini ditayangkan di negaranya.  Pavel Pozhigailo, penasihat Kementerian Kebudayaan Rusia bahkan menganggap film ini sebagai hinaan terhadap sejarah Rusia yang saat ini masih mengagungkan Stalin. Empire Awards malah menganugrahi film ini sebagai film komedi terbaik 2018.

Kecaman Rusia tak menutup gerbang film yang diadaptasi dari novel bergambar berjudul La mort de Stalin produksi Perancis ini menuju kesuksesannya. Penghargaan tetap menghampiri karya yang lucu bagi sebagian orang ini. 16 nominasi mendatanginya bahkan 11 penghargaan dibawa pulang hanya dalam waktu kurang dari delapan bulan.

Salah satunya, pemeran Simon dan Stave yang memang ciamik berperan memeroleh penghargaan sebagai actor pendukung terbaik. Meskipun kemenangan mereka sama sekali tidak memperlihatkan bahwa mereka lucu. Simon Dari British Independent Film Awards 2017, Evening Standard British Film Awards 2018 dan Film Club’s The Lost Weekend 2018.

Kawan-kawan yang tertarik saya sarankan untuk mengenal terlebih dahulu sedikit tentang uni Soviet, Rusia, dan Stalin. Sehingga bisa menikmati karya ini tanpa mengerutkan kening karena bingung dengan satire-satire ala Inggris feat Perancis ini.

Meski tak banyak bagian yang membuat saya tertawa karena sulit dipahami. Dan, akhirnya harus mencari beberapa nama dan kejadian yang tidak dikenal dan dipahami.  Saya lumayan cengar-cengir dibuat film ini.  Bagaimana dengan kalian?

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4