BOPM Wacana

Sepeda Kampus, Sebuah Program Tergesa-gesa USU

Dark Mode | Moda Gelap
Foto Ilustrasi: Vanisof Kristin Manalu

 

Oleh: Vanisof Kristin Manalu

Dicanangkan pada 2012, resmi diluncurkan 2014, dan mulai beroperasi 2015. Namun, hingga kini sepeda kampus tak menunjukkan taringnya. Beginilah, hasil tak matang diekori perencanaan mengkal.

Siang itu sangat panas meski belum lama ini hujan sering turun. Dua mahasiswi berperawakan ayu menghampiri stasiun sepeda di Pintu I USU, tak jauh dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

Rencananya, mereka mau pulang naik sepeda yang disediakan USU. Mereka ingin menggunakan sepeda ke simpang Sumber atau Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Namun sayangnya, mereka tidak melihat sepeda laik pakai melainkan sepeda rusak. Itu pun, jumlahnya hanya dua.

Keduanya sempat bertanya pada petugas satuan pengamanan (satpam) di pos dekat stasiun. “Sepeda yang dulu sudah ditarik kembali oleh bagian aset,” jawab seorang satpam. Dengan perasaan kecewa, mereka pun pergi menuju halte Bus Lintas USU.

Kejadian di atas tak hanya dialami satu atau dua orang mahasiswa. Banyak yang merasa kecewa dengan program sepeda kampus.

Bila ditilik dari sejarah diadakannya sepeda kampus, tujuannya sangat mulia. Program Bicycle Sharing atau sepeda kampus kali pertama diusung USU Academic, Sustain, Relevence, and Intergrated (ASRI). Harapannya, sepeda kampus dapat mengurangi emisi gas buang alat transportasi dan membantu menurunkan angka kemacetan di Medan.

Devin Defriza Harisdani ketua TIM Pelaksana USU ASRI saat itu, menjelaskan salah satu cara mengurangi kemacetan adalah dengan menyediakan fasilitas nonmotorized transport (NMT), yaitu Bicycle Sharing.

Dengan cepat dan sigap lantaran kebelet untuk cepat-cepat punya sepeda kampus, program Bicycle Sharing ini dibuat dengan dana hibah dari United States Agency for International Development dan The Indonesia Clean Energy Development. Sedangkan untuk pelaksanaanya dilakukan oleh PT Djawa Baru. Lucunya, USU tak menyediakan dana untuk sepeda kampus.

Awalnya ada 150 sepeda yang akan dikeluarkan untuk dilihat dulu prosesnya. Jika sudah baik, barulah akan ditambah lagi. Proses sosialisasi dilakukan dengan kampanye kegiatan USU Bersepeda melibatkan seluruh civitas akademik.

Dilihat dari jalur yang digunakan untuk sosialisasi, saya rasa cukup ironi. Sebab kampanye tersebut dilakukan di jalan yang tidak ramai seperti Perpustakaan USU dan Fakultas Kedokteran Gigi. Padahal bila ingin maksimal dan dilihat banyak orang, harusnya dilakukan di jalan-jalan besar.

Di sisi lain, Biro Kemahasiswaan dan Kealumnian melibatkan mahasiswa untuk menjaga sepeda kampus. Hal ini disebabkan kurangnya tenaga keamanan untuk menjaga sepeda kampus.

Sejumlah unit kegiatan mahasiswa (UKM) seperti Pramuka, Resimen Mahasiswa, dan pemerintahan mahasiswa diminta menjaga sepeda kampus di beberapa titik. Seperti di Pintu I, Biro Rektor, Perpustakaan USU, FIB, Fakultas Farmasi, Simpang Susuk, Jalan Prof A Sofian,dan Pintu IV.

Dengan dibayar Rp50.000 oleh rektorat per UKM, Rajab Sihombing, salah satu penjaga sepeda kampus dari UKM Pramuka, menjaga sepeda dari pukul 12.30-15.30 WIB. Penjagaan dengan bantuan UKM ini dimulai sejak pertengahan tahun 2015 hingga pertengahan 2016. Bila dikalikan, anggaran untuk penjagaan sepeda sangat banyak.

Proses yang kerap mandek membuat mahasiswa enggan melirik sepeda kampus. Pun sistem sepeda kampus ini kelihatan asal-asalan. Awalnya peminjaman sepeda menggunakan sistem online yaitu dengan menggunakan tablet. Namun, berselang beberapa minggu sistem itu tak digunakan lagi dengan alasan tablet yang digunakan sebagai monitornya banyak yang rusak.

Alhasil mahasiswa yang ingin menggunakan sepeda hanya diminta menunjukkan kartu tanda mahasiswa untuk mempermudah sistem peminjaman sepeda. Waktu yang diberikan untuk menggunakan sepeda kampus yaitu tiga puluh menit dan kalau ketahuan melebihi waktu akan dikenakan biaya.

Belum lama digunakan mahasiswa, sepeda kampus ditarik oleh bagian aset. Pun kini bagian aset mengambil alih program sepeda kampus dari yang dulunya dibawahi oleh bagian kemahasiswaan.

Alih-alih diambil untuk memantapkan perencanaan, bagian aset malah menidurkan sepeda kampus. Program mandek, perencanaan tak matang pun kelihatan sangat lama. Tampaknya rektorat Anteng-anteng saja menangani masalah krusial ini.

Bila mau berkaca dengan universitas lain, Universitas Gajah Mada sudah menerapkan sistem online untuk pengoperasian Sepeda Kampus. Didukung pula dengan sistem peminjaman sepeda kampus yang mudah sehingga mahasiswa lebih senang menggunakannya.

Namun di USU sepertinya belum menerapkan hal ini. Sangat disayangkan sebenarnya proses pengoperasian sepeda kampus saat ini dihentikan. Banyak mahasiswa yang mengharapkan sepeda kampus dapat berjalan baik dan mendukung sistem akademik di kampus.

Bila mau dilanjutkan, rencana awal dan jangka panjang harus dimatangkan. Bila USU masih menggunakan sistem peminjaman secara manual, sesuaikah dengan zaman saat ini yang sistemnya main cepat?

Sebaiknya evaluasi program ini benar-benar dilakukan oleh bagian yang menangani agar jika ada masalah dapat segera diatasi. Mungkin nanti USU dapat membuat tim pengelola khusus untuk menangani sepeda kampus.Selain itu, Rektorat sebaiknya mendanai program sepeda kampus untuk perawatan dan pemantauan seluruh sepeda.

Mahasiswa sangat membutuhkan sepeda kampus untuk mendukung kegiatan akademik di USU karena tak semuanya memiliki kendaraan pribadi. Pun kini Bus Linus hanya beroperasi di seputar Pintu 1 dan Pintu 4, tapi tidak melewati Pintu 2 dan Pitntu 3.

Vakumnya sepeda kampus ini sudah lebih dari setahun. Pihak rektorat rencananya akan mengevaluasi sistem program sepeda kampus dan mencari referensi dari universitas lain mengenai permasalahan sepeda kampus ini.

Saya sepakat dengan rencana ini karena evaluasi akan membantu membuat langkah awal untuk perencanaan yang matang. Penanggung jawab sepeda kampus harus benar-benar fokus mengerjakan proses sepeda kampus ini.

Semoga rencana tak berhenti sebagai rencana saja, namun benar-benar diaplikasikan. Pertimbangkan kepentingan siapa yang harus diprioritaskan; mahasiswa atau yang lain?

Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat 2014. Saat ini aktif sebagai Pemimpin Umum Pers Mahasiswa SUARA USU.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4