Oleh: Annisa Octavi Sheren
Judul | : Posesif |
Sutradara | : Edwin |
Penulis Skenario | : Gina S. Noer |
Pemeran | : Adipati Dolken, Putri Marino, Yayu Unru, Cut Mini, Gritte Agatha,Chicco Kurniawan |
Rilis | : 26 Oktober 2017 |
Genre | : Drama |
Durasi | : 102 Menit |
Aksi perdananya di kancah perfilman membuahkan titel Pemeran Utama Wanita Terbaik dari Festival Film Indonesia 2017. Putri Marino disebut-sebut samai Christine Hakim 43 tahun lalu.
Wajah baru hadir menghiasi layar lebar Indonesia tahun ini. Putri Marino masih hangat dibicarakan karena prestasinya di awal karier sebagai aktris tanah air. Gadis berusia 24 tahun ini berhasil mencuri perhatian berkat perannya dalam film Posesif.
Putri yang dulunya seorang fashion designer di Bali, tahun 2013 memutuskan merantau ke Jakarta untuk menjajal peruntungan di dunia hiburan tanah air. Kariernya diawali dengan menjadi pembawa acara My Trip My Adventure pada 2013, sesuai hobinya yang suka bertualang. Tahun 2017, Putri mengembangkan sayap di dunia seni peran. Tak tanggung, ia langsung dipercaya sebagai pemeran utama di film Posesif.
Posesif rilis 26 Oktober 2017 lalu dan diproduksi Palari Films. Hasil kolaborasi antara sutradara Edwin dengan penulis cerita Gina S Noer ini bukan hanya tentang kisah cinta ala ABG biasa. Posesif menghadirkan sisi kelam dalam hubungan remaja yaitu kekerasan. Bukan film sembarangan, film ini masuk sebagai nomine kategori Film Terbaik di Festival Film Indonesia 2017.
Dalam film ini, Putri berperan sebagai Lala, siswi SMA yang kesehariannya disibukkan dengan loncat indah. Ambisinya merupakan hasil dorongan sang ayah (Yayu Unru). Kesibukan ini membuat Lala tak sempat memikirkan cinta. Hingga ia bertemu anak baru bernama Yudhis (Adipati Dolken). Dengan Yudhis, Lala merasakan cinta pertama hingga merasa hari-harinya kian berwarna.
Demikian pula Yudhis, cintanya kepada Lala membuatnya menuntut Lala selalu ada untuknya. Lala tak luput dari pengawasan Yudhis. Saat Lala sedang tak bersamanya, ia selalu menelepon Lala sampai berpuluh kali, mengikuti Lala diam-diam, bahkan muncul tiba-tiba di hadapan Lala. Semakin lama, sikap posesif Yudhis mulai membahayakan gadis yang dicintainya itu.
Dalam film tersebut, peran Putri benar-benar mencerminkan seorang remaja korban kekarasan dalam hubungan akibat sikap posesif sang pacar. Putri juga mampu memerankan gadis yang tangguh menghadapi tekanan tetapi rapuh tentang perasaannya. Ia berhasil menyentuh emosi penonton. Contohnya saat adegan Lala harus menuruti ambisi ayahnya menjadi atlet loncat indah karena tak sepenuhnya berasal dari keinginan sendiri. Ia berlatih keras, diatur ketat, dan punya jadwal padat untuk berlatih.
Putri juga sabar menghadapi sikap posesif Yudhis dan tetap menerima kekurangannya. Separah apapun perlakuan Yudhis, Putri tak pernah berniat meninggalkan.
Totalitas Putri tak diragukan mengingat perannya sebagai seorang kekasih dari laki-laki yang posesif. Ia berhasil membangun chemistry dengan Adipati sebagai lawan mainnya. Hasilnya, duet Adipati dan Putri menuai banyak pujian karena mampu membuat penonton berbunga-bunga sekaligus cemas saat menyaksikan dinamika hubungan keduanya dalam film tersebut.
Untuk bisa memerankan Lala si atlet loncat indah, Putri sempat berlatih keras sebulan penuh bersama beberapa atlet loncat indah sungguhan, demi menampilkan Lala dengan nyata. Putri sempat mengulang adegan loncat indah sebanyak lima belas kali dalam dua jam sesi shooting.
Lewat perannya di Posesif, Putri Marino masuk sebagai nomine Pemeran Utama Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia 2017. Tak hanya masuk nominasi, Putri mampu keluar sebagai pemenang di kategori tersebut dan menggeser nama-nama yang sudah besar seperti Dian Sastrowardoyo (Kartini), Adinia Wirasti (Critical Eleven), Sheryl Sheinafia (Galih dan Ratna), serta Tatjana Shapira (Sweet 20).
Putri berhasil memenangkan Piala Citra di debut awalnya di dunia perfilman Indonesia. Sebuah prestasi yang mengejutkan karena tidak mudah dicapai oleh seorang pendatang baru. Hal ini tak lain karena totalitasnya dalam memerankan Lala. Kualitas perannya mulai diperhitungkan dan diperkirakan akan lebih bersinar di waktu yang akan datang.
Prestasi Putri kini menyamai apa yang diraih aktris senior Christine Hakim yang memenangkan Piala Citra pada kategori sama pada Festival Film Indonesia tahun 1974 melalui film pertamanya, Cinta Pertama. Kini, Putri Marino berhasil memecahkan rekor lagi setelah 43 tahun lalu.
Agaknya, Putri memang layak diapresiasi karena berhasil menghidupkan citra film Posesif sekaligus membawa Piala Citra untuknya sendiri.