Oleh Audira Ainindya
BOPM WACANA | Pembantu Rektor (PR) III Raja Bongsu Hutagalung keberatan dengan dana yang diajukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) USU sebesar Rp 90 juta. Bongsu menolak proposal tersebut dan menantang KPU USU untuk mengadakan Pemilihan Raya (Pemira) USU secara elektronik.
Tantangan Pemira USU secara elektronik menurut Bongsu adalah solusi untuk meminimalkan dana yang dibutuhkan. “Udah dibicarakan sama KPU USU tapi mereka enggak mampu dan keberatan,” kata Bongsu. Selain dana yang dibutuhkan tidak banyak, Bongsu juga menilai pemira elektronik dapat menjadi gebrakan baru untuk USU. Hingga sekarang pihak rektorat belum berani memberikan dana karena dianggap terlalu besar. “Enggak mau lah, harus hati-hati kalau dana yang diminta sebesar itu,” tutup Bongsu (20/11).
Hal ini juga dibenarkan oleh Ketua KPU USU Nur Aji Wibowo bahwa KPU USU mengajukan proposal sebesar Rp 90 juta dan ditolak oleh pihak rektorat. “Itu hitungan kasar, kan enggak mungkin 15 juta untuk sekelas USU,” ujar Aji. Untuk Pemira USU secara elektronik ia juga mengaku sudah membicarakannya pada PR III. Menurutnya konsep pemira elektronik tersebut belum matang. “Nanti bisa menambah jumlah golput (golongan putih –red) dan jumlah kecurangan,” tambah Aji.
Aji memilih Pemira USU secara manual karena sudah ada gambaran sejak dulu. Pun ia khawatir jika pemira elektronik diterapkan akan banyak peluang untuk memasukkan identitas palsu. “Memang lebih mudah dan enggak capek tapi jadi satu masalah yang akan memicu konflik,” ujar Aji. Untuk proposal yang sudah ditolak, Aji menyatakan pihak KPU USU akan mengulangi isi dan mengkaji proposal lagi.