Oleh Izzah Dienillah Saragih
Riau, wacana.org/arsip — Pers kampus dalam perkembangannya tak boleh ekslusif dan harus relevan dengan perannya sebagai wadah informasi mahasiswa. Hal tersebut disampaikan oleh Pemimpin Redaksi Majalah Femina, Petty S Fatimah dalam sesi pertama Diklat Jurnalistik Tingkat Lanjut (DJTL) Tepak Sirih Lembaga Pers Mahasiswa Aklamasi Universitas Islam Riau, Selasa (27/8) lalu. “Pers kampus adalah bentuk kecil dari pers umum jadi harus bisa memenuhi kebutuhan informasi, yaitu informasi mahasiswa,” ujarnya.
Salah satu cara sederhana yang bisa dilakukan untuk mengetahui kebutuhan informasi tersebut, menurut Petty adalah dengan melakukan riset pasar. “Dari riset tersebut kita bisa mendapatkan detail pembaca, yaitu mahasiswa,” ujarnya. Detail-detail tersebut dapat berupa data demografi maupun psikografi mahasiswa yang berkaitan dengan kesukaan-kesukaan pribadi yang memengaruhi pilihan mahasiswa terhadap akses informasi. “Jadi, pers kampus bisa lebih dekat dengan mahasiswa dan tidak ekslusif,” ujarnya.
Ariyanti, peserta diklat dari Universitas Negeri Padang mengatakan ada dampak positif dan negatif jika pers kampus terlalu terbuka untuk kebutuhan informasi mahasiswa, “Keterbukaan itu mengesankan pers kampus mengikut pasar, tetapi jika bisa menyeimbangkan hal yang ringan dengan yang berat, bisa berdampak positif bagi pers kampus itu sendiri,” ujarnya.
Diklat Jurnalistik Tepak Sirih tersebut dilaksanakan dari tanggal 26-31 Agustus dengan tema Jurnalisme narasi. Pada sesi pertama, Petty S Fatimah membawakan tentang new media, yang menyoroti tentang konvergensi media antara cetak dan digital yang sekarang terjadi.