Oleh: Erista Marito Oktavia Siregar
Aku berjalan di tengah keramaian
Sendiri, melihat semua hal asing yang tek pernah kulihat sebelumnya
Aku berjalan di antara jutaan kepala yang tampak
Sendiri, menghadapai hal yang seakan mencengkramku
Kepala-kepala yang berada di antaraku diam
Seketika bergerak, terlukis mengabaikanku
Tapi aku merasa, keadaan tetap mencengkramku
Itu hanya perasaanku atau benar terjadi, entahlah..
Tapi aku merasa
Sejenak aku berhenti berjalan di antara keramaian
Sejenak aku tidak melalui jutaan kepala di antaraku
Aku berbisik dengan hati
Aku berbisik dengan pikiranku tentang bagaimana aku menghadapinya
Haruskah aku menghadang keadaan yang seolah mencengkram itu?
Haruskah aku diam, dan mundur dari keadaan itu?
Tapi entah apa, rasanya ada perasaan yang begitu kuat
Rasanya ada dorongan yang begitu kuat
Aku tersadar…
Perasaankulah yang membuat keadaan seolah mencengkram
Perasaankulah yang membuat seolah aku tidak mengenal keramaian di sekitar
Ini yang namanya perjuangan!
Ini yang dinamakan tantangan!
Berhenti berarti menyerah.Berhenti berarti kalah.
Sejenak ku berhenti, sesaat ku berjalan dan terus melanjutkan perjalanan.
Hei, badan! bergeraklah, majulah .
Tidak waktunya untuk bermuram durja
Terus maju, dan lakukan yang terbaik
Hei, badan!
Ini kewajibanmu