Oleh: Arman Maulana Manurung
Bisa jadi ini yang disebut solusi pelesiran ke tempat baru dengan ongkos cuma-cuma. Mulai dari transportasi, penginapan, sampai biaya masuk, semuanya gratis untuk anda. Mustahil? Tidak dengan Astral Projection.
Tentu saja, Astral Projection atau dalam istilah bahasa Indonesia disebut Meraga Sukma bukan sebuah travel agency. Ini tentang otak dan yang bisa dilakukannya.
Bagi yang sudah menonton film besutan sutradara James Wan berjudul Insidious, mungkin tak asing dengan istilah ini. Meraga Sukma merupakan sebuah interpretasi pengalaman dari luar tubuh atau Out of Body Experience (OBE) yang mengasumsikan adanya sebuah “tubuh astral” terpisah dan mampu melakukan perjalanan di luar tubuh fisik.
Proyeksi atau perjalanan astral menunjukkan tubuh astral meninggalkan tubuh fisik untuk melakukan perjalanan di pesawat astral. Kondisi ini menstimulasi otak merasakan tubuh berpindah atau berada di tempat yang terpisah meski tubuh fisik tidak mengalami perpindahan tempat sama sekali. Dalam arti lain adalah sebuah akses mutlak menuju tempat manapun yang kita mau dengan cuma-cuma.
Berdasarkan pengalaman beberapa orang, saat melakukan Meraga Sukma seseorang akan memiliki tubuh kedua (berupa tubuh halus) yang keluar dari tubuhnya. Tubuh kedua inilah yang menjadi kendaraan untuk perjalanan. Tubuh kedua digambarkan sebagai semitransparan dari tubuh fisik (biasanya telanjang, mengenakan pakaian dalam, atau berpakaian lain). Bagi orang lain, tubuh kedua tak dapat dilihat meski menurut beberapa klaim tubuh ini dapat dilihat atau setidaknya dapat dirasakan.
Dalam bentuk astral, mereka bergerak di luar tubuh fisiknya melewati dinding dan benda-benda padat. Mereka mengatakan dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan pikiran baik di bumi maupun di dimensi berbeda yang tak dapat digambarkan (semesta paralel). Peristiwa ini umumnya terjadi spontan saat seseorang tidur. Selain itu, Meraga Sukma dapat dilakukan melalui media lain seperti hipnosis atau meditasi.
Beberapa penelitian berusaha mengetahui frekuensi dan sifat dari OBE. Pada tahun 1954, sebuah survei oleh Hornell Hart menghasilkan 27,1% dari 155 mahasiswa sosiologi Duke University mengatakan mereka telah mengalami OBE.
Survei lain dilakukan oleh John Palmer dan M Dennis pada tahun 1975. Dari seribu orang siswa dan penduduk yang dipilih secara acak di Charlottesville, Virginia, Amerika Serikat, 25% siswa dan 14% penduduk pernah mengalami OBE. Meski begitu, hasil dari survei-survei tersebut sulit untuk dinilai. Hal itu disebabkan persepsi mengenai OBE masih bervariasi dari masing-masing orang.
Seorang Psikiater bernama Carl G Jung mengamati OBE yang dialami oleh pasiennya. Beberapa di antaranya melaporkan melihat dua dunia berbeda atau dua hal bersamaan. Hipotesis Jung mengatakan kedua kasus tersebut adalah proyeksi dari arketipe, yakni mewakili isi hipotesis bawah sadar dan mengungkapkan makna kolektif psikologis yang tersembunyi.
Percobaan laboratorium cenderung menghasilkan fakta mengecewakan. Biasanya, seseorang diminta untuk melakukan perjalanan ke lokasi yang jauh dan melaporkan kembali apa yang diamati. Hasilnya hanya berkisar 60% kebenaran dari yang dilihat Si Penjelajah Astral.
Meski kurang bukti ilmiah, pekerjaan dan klaim OBE yang dilakukan Robert A Monroe, seorang eksekutif televisi Westchester County, New York, Amerika Serikat telah menarik khalayak luas, termasuk para ilmuwan. Monroe mengatakan telah mengalami ribuan OBE. Awalnya ia mengira dirinya sakit mental saat mengalami OBE secara spontan ketika tidur pada tahun 1958. Lalu ia memutuskan untuk bereksperimen dan menyelidiki peristiwa itu.
Pada tahun 1962, Monroe mendirikan operasi penelitian dan pengembangan untuk mengejar eksperimennya. Tahun 1971 Monroe menerbitkan buku berjudul Journey Out of The Body yang menggambarkan seluruh pengalaman dan hasil penyelidikannya tentang OBE. Salah satunya bertemu dengan kecerdasan lain, bertemu bentuk astral manusia lainya, pengalaman seksual pada tingkat astral, bahkan pertemuan dengan sesuatu yang disebutnya energi luar biasa (seperti pertemuan dengan ‘Tuhan’ yang kerap diakui seseorang yang mati suri).
Monroe mengidentifikasi tingkat realitas yang dihadapi saat OBE, yaitu Lokal I adalah bumi, Lokal II adalah dunia astral, dan Lokal III adalah dunia yang melampaui konsep ruang dan waktu (semesta paralel). Meskipun menurut Monroe tidak menutup kemungkinan ada tingkatan lebih lanjut yang belum teridentifikasi.
Terlepas dari kurangnya bukti ilmiah dan cerita-cerita menakjubkan dari Si Penjelajah Astral. Dalam kajian psikologis, para psikiater mengatakan fenomena ini adalah bagian dari cara kerja otak manusia seperti kasus kesurupan dan mati suri.
Banyak klaim yang mengatakan manfaat dari Meraga Sukma, salah satunya dapat memahami lebih dalam tentang pikiran serta mengontrolnya. Tak heran beberapa orang tertarik mempelajarinya. Bahkan forum komunitas online KASKUS kerap ramai membicarakan metode melakukan Meraga Sukma. Jadi, gimana? Agan tertarik?