BOPM Wacana

Namira Purba, Aktivis Lingkungan Bangun Desa Daur Ulang di Timbang Langkat

Dark Mode | Moda Gelap

 

Namira Purba
Namira Purba

Oleh: Ruth Chaniska Simanjuntak

Kalau masalah lingkungan itu, bukan tanggung jawab aktivis aja ya. Dan ga harus jadi aktivis untuk peduli sama lingkungan

Namanya Namira Sinarta Purba, lulusan dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah menyelesaikan gelar sarjana pada tahun 2017. Gadis asal Langkat ini sudah aktif terjun ke dunia aktivis sejak 2019.

Dengan semangat muda, Namira terlibat dalam berbagai upaya untuk mempromosikan kesadaran dan perlindungan lingkungan. Pada tahun 2019, ia membentuk Yayasan Sayap Proyek Indonesia atau yang lebih di kenal dengan istilah Project Wings bersama dengan para relawan dan simpatisan dari Jerman. Yayasan ini merupakan sebuah yayasan non pemerintah yang bertujuan untuk melindungi program-program dari organisasi dan memperjuangkan isu-isu lingkungan di Indonesia.

Project Wings memiliki tujuan untuk membangun desa daur ulang terbesar di dunia. Yang saat ini mereka telah menyelesaikan beberapa bangunan publik yang terbuat dari batu bata ramah lingkungan atau ecobrick. Seperti Green Education Center dan Working Office serta Auditorium dan Sport Area yang hampir selesai dibangun. Ecobrick sendiri merupakan botol plastik yang diisi dengan sampah plastik padat dan digunakan sebagai bahan bangunan alternatif. Sudah lebih dari 60 ton sampah plastik telah dikumpulkan, dibersihkan, diproses, dan digunakan kembali untuk membuat ecobrick.

Memilih desa asalnya untuk mengembangkan desa daur ulang terbesar di dunia. Namira berangkat dari minimnya kesadaran masyarakat sekitar terhadap kepedulian lingkungan dan seringnya insiden banjir bandang yang terjadi di Bukit Lawang.

Sebagai aktivis lingkungan, Namira terlibat dalam berbagai kegiatan, seperti aksi bersih dan penanaman pohon. Ia sadar bahwa permasalahan lingkungan yang tengah terjadi saat ini bukan hanya tanggung jawab dari para aktivis melainkan setiap manusia yang hidup di Bumi.

Permasalahan-permasalahan lingkungan yang sering terjadi nyata dalam kehidupan masyarakat. Mirisnya banyak masyarakat mungkin tak sadar atau malah tak peduli hal-hal yang mereka anggap sepele dan sekedar untuk ‘membersihkan’ lingkungan ternyata membunuh Bumi tempat mereka bernaung secara perlahan-lahan.

Contohnya adalah dengan membakar sampah, walau kelihatan efektif untuk memusnahkan sampah namun ternyata hal ini hanya akan menambah emisi karbon serta membuang sampah ke sungai. Meskipun sudah banyak wawasan tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar tetap saja tak semua masyarakat berhasil mendapatkan pengetahuan itu. Di era digitalisasi saat ini masih ada orang-orang yang tak bisa mengakses hal itu dikarenakan keterbatasan.

Maka itu hadirlah Project Wings, bergerak door-to-door memberikan edukasi dan sosialisasi kepada tiap keluarga, mulai kepala keluarga hingga anak-anak sekali pun. Semuanya diberitahu bagaimana cara mengelola dan memilah sampah dengan baik.

Menyadari bahwa masalah ekonomi dapat menjadi tantangan dalam menjalankan tujuan ini. Project Wings melalukan pendekatan melalui menghubungkan kegiatan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Dalam hal ini, Project Wings memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar dengan memberikan insentif dalam pembuatan ecobrick. Dengan membayar seharga Rp5.500/ecobrick (minimal 500 gram), Project Wings memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menghasilkan produk yang berakhir ekonomis.

Selain itu, terdapat pula kegiatan trash bank. Jika menjadi anggota trash bank dan menyumbangkan plastik bersih, mereka akan mendapatkan Rp1.000/kg sedangkan untuk plastik kotor dihargai sebesar Rp500/kg. Dengan cara ini, Project Wings mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam pengumpulan dan pemilahan sampah.

Perlahan-lahan kerja keras Namira mulai membuahkan hasil. Warga-warga sekitar mulai aktif dan memperhatikan lingkungan tempat mereka tinggal. Tidak lagi membuang sampah ke aliran sungai dan ikut bergabung dalam Project Wings.

Sekiranya hal ini terus berlanjut lebih baik lagi ke depannya. Jadi sudah semestinya setiap orang bersiaga meningkatkan kesadaran mengenai betapa pentingnya bagi generasi sekarang dan yang akan datang untuk menjaga kelestarian alam. Tidak perlu malu ataupun jijik untuk mengikuti aksi bersih-bersih dan pengutipan sampah yang dilakukan di jalan atau selokan. Dan supaya setiap individu sadar akan tanggung jawabnya untuk keberlangsungan kehidupan di Bumi.

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4