
WARTAWACANA – Kelompok mahasiswa proyek Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) Disabilitas 3 Universitas Sumatera Utara (USU) mengadakan gerakan pemberdayaan anak difabel lewat edukasi dan ekspresi seni di Rumah Difabel Sharaswaty, Selasa (28/10/2025).
Kegiatan melibatkan 19 mahasiswa dari berbagai program studi, yang terbagi dalam beberapa divisi yaitu BPH, Acara, PDD, dan Perlengkapan. Proyek MKWK ini juga didampingi oleh Prof. Pujiati M.Soc, PhD., selaku dosen fasilitator dan Lisa Anggi Mayka sebagai mentor.
Ketua Kelompok, Tri Yuda Saputra Rajagukguk, menyampaikan bahwa kegiatan ini memberi pelajaran penting mengenai komunikasi inklusif. “Lebih dari sekadar nilai MKWK, kami belajar memahami dunia dari perspektif anak-anak berkebutuhan khusus. Dari setiap goresan warna, setiap cap tangan, dan setiap senyum yang muncul adalah bentuk keberhasilan kecil yang bermakna besar,” tuturnya.
Yuda juga menyatakan bahwa kegiatan tersebut dapat memberi dampak langsung bagi peserta dan mahasiswa. Anak tunagrahita menunjukkan perkembangan melalui keberanian, kreativitas, dan kemandirian. Mahasiswa pun mendapat pengalaman berharga dalam pembelajaran yang kolaboratif dan inklusif.
Dalam pelaksanaan, aktivitas dipandu oleh mahasiswa dan pihak Rumah Difabel Sharaswaty, seperti story painting di totebag kanvas, hand painting di kertas poster, serta edukasi cuci tangan dengan sabun. “Metode berbasis seni dipilih karena dianggap paling mudah dipahami oleh anak tunagrahita, serta mampu meningkatkan rasa percaya diri mereka,” sampai Yuda.
Selain itu, dalam menjalin pendekatan yang interaktif sepanjang kegiatan, mahasiswa menyelingi kegiatan dengan permainan dan ice breaking, termasuk memutar lagu yang sedang tren. Hal ini bertujuan untuk membantu mencairkan suasana serta menjaga anak-anak tetap fokus dan antusias selama kegiatan berlangsung.
Mentor Kelompok MKWK Disabilitas 3, Lisa Anggi Mayka, menilai bahwa kegiatan yang dilakukan mahasiswa mampu menyesuaikan pendekatan ketika anak-anak kehilangan fokus atau mengalami perubahan suasana hati, sekaligus menciptakan ruang aman bagi mereka untuk berekspresi.
“Saya mengapresiasi anggota kelompok karena mampu ciptakan suasana yang aman, sehingga anak-anak disabilitas dapat bebas berekspresi. Dari kegiatan ini, terlihat jelas bahwa seni memang bisa menjadi media yang sederhana tapi berdampak bagi anak difabel dan menjadi pengalaman belajar sosial untuk mahasiswa,” ungkapnya.
***
Tulisan ini merupakan publikasi Kelompok Proyek MKWK Disabilitas 3 USU dalam kegiatan pemberdayaan anak difabel di Rumah Difabel Sharaswaty, yang didampingi oleh Mentor: Lisa Anggi Mayka dan Dosen Fasilitator: Prof. Pujiati M.Soc, PhD. Dokumentasi kegiatan selengkapnya dapat diakses melalui Youtube dan Instagram.



