Oleh: Vanisof Kristin Manalu
Polsek Kecamatan Medan Baru sejak November 2014 hingga Mei 2015 mencatat ada tiga puluh kasus pencurian di USU. Cukup banyak kasusnya padahal kini USU punya 177 personel keamanan.
Pertengahan Desember lalu, siang itu kira-kira pukul tiga. Dua mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sedang menempel flyer kegiatan kampus mereka di majalah dinding Fakultas Kesehatan Masyarakat. Bermodal kereta pinjaman, mereka bergerak. Seorang menempel flyer sedang yang satunya diam di atas kendaraan.
Tak lama, si pengendara didatangi oleh delapan orang yang diduga personel Tentara Nasional Indonesia (TNI), empat diantaranya sedang duduk di atas motor dan sisanya menghampiri si pengendara tadi.
Selembar surat penarikan sepeda motor, bernomor polisi BM 2558 NP atas nama Masri Mahdalena, dilampirkan dari PT Mega Auto Finance, tak hanya itu Ricky Sandi, Satuan Pengamanan (Satpam) beserta bukti pendukung lainnya, meminta mereka untuk menyerahkan motor. “Sudah nunggak enam bulan.”ujar salah satu TNI.
Ricky bilang pihak keamanan sudah berusaha untuk menahan, tapi karena seluruh surat lengkap maka pihaknya tak berdaya untuk menahan, pun saat itu Ricky tak tahu mengapa kunci motor berpindah dari sipengendara hingga ke TNI. Motor dibawa pergi oleh kedelapan oknum yang diduga TNI itu Begitulah penuturan Ricky saat ditanya orang-orang yang sedang berkerumun.
Oktafira, mahasiswa FISIP 2013 siempunya sepeda motor terkejut, begitu juga dua orang temannya yang meminjam motor. Hanya satu kalimat yang keluar. “Kereta (motor—red) ku enggak bermasalah,”ujarnya dengan suara bergetar.
Kasus Oktafira mungkin adalah salah satu contoh kasus kehilangan di USU. Walau pelaku belum dapat dikonfirmasi, ini diyakini sebagai salah satu modus penipuan. Hal berbeda disampaikan Wahyudi, Kepala Bagian Ketertiban dan Keamanan USU ia bilang jika bermasalah dengan debt collector atau pun oknum pengamanan, pihak satpam tak bisa mencampuri. “Kalau ada kasus seperti ini, bisa dibawa ke Pos Satpam biar bisa tahu penjelasannya seperti apa,”ujarnya.
Lagi, kasus pencurian motor (curanmor) di berbagai fakultas kerap kali membuat satuan pengamanan (satpam) di USU menjadi perhatian. Bukan hal hanya fakultas ini. Bahkan Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Pertanian (FP).
Menurut Wahyudi, penyebabnya adalah jumlah satpam yang kurang, sehingga dalam pembagian shift jadi kurang merata. Sistem kerja satpam sendiri terdiri dari tiga regu. Masing-masing regu memiliki anggota 25 orang dan dimulai pukul 08.00 hingga 20.00 WIB. Namun bila dilakukan pembagian dan penempatan merata, jumlahnya sudah terealisasi, tapi nyatanya jumlah satpam yang bekerja tak sesuai jumlah satpam keseluruhan.
Di USU terdapat tiga pos satpam, di Pintu I, Pintu IV, dan Fakultas Kehutanan (Fahuta). Namun di Fahuta satpam tak pernah ada. “Sebab jumlah satpam yang ada saat ini tak cukup,” terang Wahyudi.
Solusi coba dibuat, beberapa bulan yang lalu pemasangan portal di Sumber dilakukan, namun belum digunakan karena belum ada peresmian dari rektorat.
Selain jumlah satpam yang kurang, kinerja satpam juga dipertanyakan. Karena sistem pelaksanaan pengamanan di berbagai fakultas memang berbeda-beda. Misal Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) hingga saat ini belum pernah menerima laporan kehilangan dan parkirannya tergolong aman.
Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan Surat Tanda Naik Kendaraan (STNK) digunakan sebagai cara untuk mengantisipasi curanmor di FKM, sementara bagi pegawai dan tamu disediakan parkiran tersendiri.
Dekan Fakultas Hukum (FH) Runtung Sitepu katakan penyebab maraknya curanmor ialah mudahnya orang keluar masuk USU. Ini turut menggambarkan lemahnya sistem keamanan.
Runtung katakan, di FH kehilangan sepeda motor pernah terjadi, namun tak di laporkan ke fakultas karena murni kesalahan pemiliknya yang lupa mengambil kunci kendaraan. Namun, setelahnya tak pernah ada laporan kehilangan kendaraan di Fakultas Hukum karena di jaga dua puluh empat jam, “Sekarang enggak ada lagi curanmor di sini,” tegas Runtung.
Ia tambahkan, jadwal kerja satpam di FH dibagi dalam bentuk shiff. “Misalnya ada lima satpam tiga orang jaga pagi sampai sore sedangkan dua lainnya jaga malam,” jelasnya..
Lain halnya dengan FH, Fakultas Teknik (FT) justru tergolong fakultas yang tingkat keamanannya rendah. Sebab hampir tiap minggu terjadi kehilangan sepeda motor di fakultas tersebut. Menurut Bustami Syam, Dekan FT meskipun ada satpam tetap saja masih banyak kasus kehilangan kendaraan terjadi hingga saat ini.
Jumlah satpam di teknik yang hanya tiga orang jadi penyebab. Ia bilang jumlah satpam seharusnya jadi perhatian, sebab teknik salah satu fakultas terbesar di USU. Letak bangunan yang terpisah membuat tiga satpam bekerja kurang efektif. Walaupun kinerja satpam dioptimalkan dengan membuat semua satpam berjaga saat pagi sampai sore. Sedangkan malam tidak ada satpam.
Bustami ungkapkan keamanan di teknik benar-benar berantakan. Ia terangkan saat ini idealnya teknik butuh enam personel satpam. Meskipun begitu, teknik tidak berniat merekrut satpam sendiri. Alasannya tidak ada anggaran untuk pengadaan satpam di fakultas. Ditambahlagi seharusnya yang bertanggungjawab atas pengadaan keamanan adalah universitas. “Fakultas tak ada anggaran untuk hal itu,” tegasnya.
Ia juga berharap universitas harusnya lebih jeli menempatkan satpam tiap fakutas. Sebaiknya fakultas yang lumayan besar, seharusnya jumlah satpamnya ditambahkan.
Menanggapi hal ini Wahyudi katakan, di USU sendiri kerja satpam yang seharusnya menjaga aset USU merangkap sebagai jaga parkir. Jadi sistem pembagian kerja dari satpam bertambah dan tak fokus. Sehingga parkir di berbagai fakultas sering kebobolan maling karena kurang ketatnya penjagaan dari satpam. “Seharusnya di bedakan yang jaga aset dan jaga parkir,” tegasnya.
Wahyudi membenarkan, bahwa fakultas yang memiliki wilayah luas harusnya tak disamakan dengan jumlah satpam yang memiliki wilayah sempit.Pun mengenai hal itu ia pernah mengajukan penambahan satpam pada rektorat. Pada April lalu ia ajukan penambahan sebanyak 49 personil. Namun penambahan ini belum terealisasi hingga sekarang.
“Kalau saya singgung lagi (pada pihak rektorat) , saya hanya di suruh untuk bersabar,” terangnya.
Wahyudi katakan untuk jumlah satpam memang tak terlalu kurang bila dilihat dari kuantitas satpam saat ini, namun kembali lagi pada mental satpam yang berjaga. Misal, mereka hanya mengisi absen tapi tidak melaksanakan tugasnya.
Wahyudi terangkan ia perlu lakukan pengawasan khusus untuk pastikan kinerja satpam di USU. Ia lakukan pengawasan dengan keliling USU, pun jadwalnya tak bisa ia sebutkan karena ingin tahu kinerja satpam tersebut. “Bila datang bekerja hanya untuk mengisi absen agar tak dipotong gaji, sementara kerja tak diterapkan kan tak ada gunanya,” jelasnya.
Gaji satpam dimasukkan dalam Rancangan Kegiatan Anggaran (RKA). Sistem gaji satpam sendiri di bedakan antara honor dengan PNS. Bila PNS, sistem gaji selalu diberi setiap bulannya. Beda dengan satpam honor yang kadang telat gajian karena RKA USU yang sering ngandat.
Ada beberapa usaha untuk meningkatkan sisterm keamanan di USU, seperti pemasangan CCTV diBiro Rektorat (Birek), Pintu II.
Wahyudi katakan pemasangan dilakukan di tempat itu karena, alat seperti layar belum cukup untuk membuat CCTV di setiap fakultas. Sampai saat ini usaha untuk mengupayakan solusi dari masalah ini masih tak terlihat. beberapa waktu lalu pemasangan portal di Sumber dilakukan, namun tak tahu sebenanya apa fungsi dari portal tersebut karena sampai saat ini belum pernah digunakan. Jam operasional kendaraan keluar masuk USU juga tak ditentukan dengan tegas.
Koordinator Liputan : Vanisof Kristin Manalu
Reporter : Mutia Aisa Rahmi, Tantry Ika Adriati, Deli Listiani, dan Vanisof Kristin Manalu