Oleh Fredick Broven Ekayanta Ginting
Judul Buku: Stalin Muda
Penulis: Simon Sebag Montefiore
Penerbit: PT Pustaka Alvabet
Jumlah Halaman: 588 Halaman
Tahun Terbit: 2012
Harga: Rp 99.000
Ditakdirkan lahir sebagai anak seorang tukang sepatu, ditakdirkan pula menjadi sosok diktator yang pantas disandingkan dengan Adolf Hitler. Masa mudanya menentukan arah hidupnya dan arah Uni Soviet kelak.
Harapan membuncah pada 6 Desember 1878 saat seorang bayi bernama Josef Vissarionovich Djugashvili lahir di sebuah kota kecil bernama Gori di Georgia. Harapan tersebut adalah harapan pasangan Vissarion Djugashvili dan Ekaterina Geladze. Beso dan Keke, demikian nama panggilan kedua orang tua itu memanggilnya Soso- kelak akan menamai dirinya dengan Stalin. Soso adalah putra ketiga Beso dan Keke. Kedua orang tuanya cemas dan berharap Soso tidak menyusul dua saudara tuanya, Mikheil dan Giorgi yang telah meninggal karena cacar. Namun, umurnya ditakdirkan lebih panjang hingga 5 Maret 1953.
Ketika bayi, ia sebenarnya lemah, rapuh, dan kurus. “Kalau ada kuman dia pasti yang pertama kali kena,” kata Keke menggambarkan sosok bayi tersebut. Oleh sebab itu, Keke dengan gigih merawat Soso agar ia tumbuh dengan sehat. Ayahnya, Beso, adalah seorang tukang sepatu. Bisinis ayahnya berkembang pesat hingga ia mampu mempekerjakan sepuluh karyawan di tempatnya. Tapi kemudian Beso terjerumus kepada minuman keras hingga ia tenggelam menjadi seorang pecandu alkohol. Akibatnya ia sering terlibat perkelahian dengan sesama pemabuk. Bisnis sepatu kemudian pailit. Perilaku Beso berimbas pada perhatiannya kepada putra tunggalnya, Soso. Beso begitu keras dan tak segan-segan memukul Soso kecil.
Ditambah rumor yang berkembang di Gori saat itu. Soso diragukan bukanlah anak kandung dari Beso. Soso digosipkan sebagai anak haram dari Keke dengan sejumlah nama, seperti Nikolai Przhevalsky seorang penjelajah dari Asia Tengah, Alexander III calon kaisar Rusia saat itu, Yakov Egnatashvili penduduk Gori yang begitu menyayangi keluarga Soso, Cristopher Charkviani seorang pendeta, dan Damian Davrichewy kepala kepolisian Gori. Beso begitu terganggu. Pun Soso yang mengalami depresi di masa mudanya karena kecurigaan-kecurigaan itu. Tapi sepanjang penelitian tidak ditemukan fakta konkret bahwa Soso bukanlah anak dari Beso dan Keke.
Karakter masyarakat Gori pun turut memengaruhi hidupnya. Saat itu Gori adalah salah satu kota terakhir yang masih mempraktikkan kebudayaan barbar kuno, berupa perkelahian bebas. Bahkan Soso juga terlibat perkelahian kota, turnamen gulat, dan perang antar geng dengan anak-anak Gori lainnya. Kehidupan demikian kelak mengubah seorang Soso menjadi orang yang menghalalkan segala jenis kekerasan.
Ketika memasuki sekolah, Soso sebenarnya adalah siswa yang cerdas. Nilainya cukup membanggakan Keke yang saat itu menghidupinya sendiri, sebab Beso telah terusir dari Gori akibat tabiat buruknya yang tak kunjung menghilang. Soso bergabung dengan grup paduan suara dan kerap tampil dalam acara-acara di Gori. Selain itu ia berbakat dalam menulis puisi. Menginjak remaja ia pun telah dikenal sebagai penyair muda yang karyanya tidak sembarangan. Soso awalnya dikagumi di Georgia sebagai penyair sebelum terkenal sebagai seorang revolusioner.
Menginjak umur 16 tahun ia menimba ilmu di Seminari Tbilisi (ibukota Georgia). Ia diharapkan Keke kelak menjadi seorang pendeta. Tapi Soso tak memimpikan itu. Di seminari itu ia justru mulai belajar tentang Marxis, dan mulai memahami kondisi Soviet saat itu dibawah kepemimpinan Tsar Nicholas. Penindasan kelas borjuis terhadap proletar menjadi perhatiannya. Soso akhirnya keluar dari seminari belum pada waktunya dan tidak keluar menjadi seorang pendeta.
Kehidupan Soso selanjutnya banyak dihabiskannya di sejumlah tempat seperti Baku (ibukota Azerbaijan), Batumi (salah satu kota di Georgia), dan Gori tentunya. Kegiatannya mencakup menyebarkan paham Marxis yang dipelajarinya sembari menulis puisi dan bekerja. Pada 1905 ia bertemu dengan Vladimir Illich Ulyanov (tenar dengan nama Lenin). Sejak itu ia menjadi bagian dari Partai Bolshevik yang mendambakan revolusi di Soviet. Keluar masuk penjara dan keluar masuk pengasingan akibat keterlibatannya dalam perampokan mewarnai kehidupan Soso selanjutnya. Hingga akhirnya pada Oktober 1917, bersama Lenin dan Maxym Trotsky, mereka terkenal sebagai triad pembentuk Uni Soviet. Paham Marxis yang ia dalami di masa mudanya menjadi pedomannya dalam membawa Uni Soviet.
Secara gamblang setiap kisah Soso dikemas dengan detil oleh Simon Montefiore. Reputasi Montefiore yang telah memenangkan penghargaan penulis best seller lewat karyanya Jerusalem: The Biography membuat buku ini begitu laris hingga terjual jutaan kopi di berbagai negara, serta telah diterjemah kedalam lebih dari 35 bahasa. Riset dan wawancara yang digunakannya dalam menyusun tulisan sejarah ini begitu dalam, hingga keakuratannya dapat terjamin. Secara total 43 kisah hidup Stalin muda dibaginya menjadi lima bagian dalam buku ini, sejak Soso/Stalin lahir hingga menjadi Komisaris Dalam Negeri Uni Soviet pada 1917.