BOPM Wacana

Food Waste: Masalah dalam Wujud Sisa Makanan

Dark Mode | Moda Gelap
Ilustrasi | Rachel Caroline L.Toruan
Ilustrasi | Rachel Caroline L.Toruan

Oleh: Dormaulina Sitanggang

Makanan merupakan sumber daya yang berharga dan penting bagi kelangsungan hidup manusia. Namun sayangnya, sejumlah besar makanan masih berakhir menjadi limbah setiap harinya. Fenomena ini dikenal sebagai “food waste” atau pemborosan makanan.

Food waste adalah setiap makanan dengan kualitas baik dan masih layak konsumsi tetapi kerena alasan tertentu tidak dikonsumsi dan tidak dimanfaatkan hingga akhirnya dibuang (Linpinski et al. 2013). Food waste juga mengarah pada makanan yang sudah rusak dikarenakan tidak layak konsumsi. Food waste yang dimaksud misalnya makanan yang sudah kadaluwarsa. Makanan yang terbuang tersebut kemudian menjadi limbah yang mendatangkan permasalahan serius khususnya bagi lingkungan dan juga ketahanan pangan. (Envihsa, FKM UI 2022)

Sampah makanan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu food waste dan food loss. Food waste merujuk pada sisa-sisa makanan yang dihasilkan oleh konsumen, seperti sisa makanan yang tersisa di piring, makanan yang sudah kadaluwarsa, atau makanan yang terbuang karena tidak dimakan. Sementara itu, food loss merujuk pada makanan yang terbuang sebelum sampai ke tangan konsumen. FAO dalam Global Food Losses and Food Waste pada tahun 2011 mengungkapkan hilangnya pangan pada rantai produksi baik mulai tahapan sebelum panen, setelah panen, penyimpanan, pengemasan dan distribusi disebut sebagai food loss. Food loos ini juga dapat terjadi ketika kerusakan makanan pada saat pengangkutan dari petani atau produsen ke pasar atau toko, makanan yang rusak selama proses produksi, atau bahan makanan yang ditolak oleh pasar karena alasan bentuk dan ukuran yang tidak sesuai dengan standar pasar.

Dilansir dari mediaindonesia.com Agen Ketahanan Pangan dan Nutrisi Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Dewi Fatmaningrum mengungkapkan food waste dan food loss Indonesia merupakan ke-3 terbesar di dunia setelah Arab Saudi dan Amerika Serikat.

Saat ini food waste juga telah menjadi masalah yang menuai perhatian dunia. Menurut Data United Nation Environment Programme (UNEP) pada tahun 2021, secara global jumlah susut pangan dan sampah makanan dikalkulasikan mencapai 1,3 Milyar Ton yang terdiri dari makanan layak konsumsi. Adapun perolehan limbah yang paling tinggi berasal dari rumah tangga dengan kisaran 42,23%.

Berdasarkan hasil kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) 2021, Indonesia membuang sampah makanan 23 – 48 juta ton per tahun pada periode 2000 – 2019 atau setara dengan 115-184 kilogram per tahun. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan mencapai 213 – 551 triliun per tahun atau setara dengan 4 – 5 % PDB Indonesia per tahun. Secara sosial, kehilangan ini setara dengan kandungan energi untuk porsi makan 61 – 125 juta orang per tahun.

Penyebab terjadinya food waste tidak terlepas dari kebiasaan buruk masyarakat dalam pemborosan makanan. Padahal dampak dari food waste menjadi ancaman terhadap lingkungan maupun ketahanan pangan. Berikut penjelasannya:

• Pemanasan Global

Sisa makanan yang terbuang dan menumpuk di pembuangan sampah akan mengalami pembusukan dan menghasilkan gas metana. Gas metana inilah yang dapat membentuk gas rumah kaca yang menjadi salah satu pemicu pemanasan global.

• Krisis Pangan

Dampak dari food waste juga mengancam krisis pangan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya makanan yang tidak dimanfaatkan dengan baik dan akhirnya terbuang. Dalam jangka panjang, akhirnya bisa berakibat pada kondisi kelangkaan pangan yang berdampak buruk pada kesehatan dan kesejahteraan manusia.

Selain itu ketika membuang makanan berarti juga telah membuang sumber daya yang telah digunakan selama proses produksi makanan tersebut. Sumber daya ini termasuk air, energi, lahan pertanian, pupuk, dan waktu yang dibutuhkan untuk menumbuhkan, memanen, dan memproses makanan. Jika terlalu banyak makanan yang terbuang, maka sumber daya ini terbuang sia-sia.

Sudah menjadi tugas bersama baik pemerintah, swasta dan masyarakat untuk menurunkan angka kehilangan pangan. Adapun usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak dan mengurangi angka food waste dan food loss, yaitu:

• Membeli makanan sesuai kebutuhan

Membeli jumlah makanan yang tepat dan sesuai kebutuhan dapat mengurangi pemborosan makanan dan menghindari terbuangnya makanan. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan membuat daftar belanjaan untuk menghindari pembelian yang berlebihan dan impulsif. Selain itu penting untuk melihat tanggal kadaluwarsa atau masa simpan makanan yang akan dibeli.

• Mengompos

Mengompos sisa makanan lebih efektif dari pada membuang sisa makanan menjadi sampah. Proses mengompos melibatkan pemilihan sisa makanan yang terdiri dari bahan organik yang akan diurai oleh mikroorganisme dan cacing tanah. Dengan mengompos dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari pengolahan sampah dan menghasilkan pupuk alami yang ramah lingkungan.

Penanggulangan food waste menjadi kesadaran pola pikir dan tindakan sehari-hari dalam melawan permasalahan makanan yang terbuang sia-sia. Dengan meningkatkan kesadaran ini, diharapkan kita semua dapat berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan dan berbudaya lingkungan.

 

 

 

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4