Oleh: Tantry Ika Adriati

BOPM WACANA | Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hanya menguntungkan pengusaha, sementara daya beli rakyat Indonesia yang berpenghasilan rendah akan turun. Hal ini disampaikan Janter Ronaldo Purba, Ketua Front Mahasiswa Nasional (FMN) Ranting USU pada aksi tolak kenaikan harga BBM, Selasa (18/11) kemarin di Pintu 1 USU.
Menurut Janter, dengan naiknya harga BBM, harga bahan pokok dan transportasi akan naik. Sehingga akan berpengaruh pada daya beli rakyat bawah seperti buruh. “Sementara pendapatan rakyat tidak bertambah,” ujarnya.
Pun menurut Janter dana yang dialokasikan untuk konstruksi di Indonesia hanya bertujuan untuk memudahkan akses jalan masuk bagi pengusaha luar dan dalam negeri. Misalnya pembangunan jalan tol, bandara dan pelabuhan. “Dimana pembangunan untuk rakyat di desa?” imbuhnya.
Janter bilang meskipun rakyat dimudahkan dengan adanya Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Keluarga Sejahtera, namun hal itu hanya akan menambah pengeluaran rakyat Indonesia. Sebab rakyat akan membayar ke pemerintah setiap bulannya. Janter bilang kebijakan kartu ini hanya melanjutkan kebijakan mantan presiden SBY. “Kan sudah ada kebijakan wajib belajar sembilan tahun, buat apa ada Kartu Indonesia Pintar?” pungkasnya.
Badarudin, anggota FMN dari Universitas Mataram juga punya pendapat yang sama. Daripada menaikkan harga BBM, ia bilang lebih baik tingkatkan dulu pendapatan rakyat bawah di Indonesia. Sebab, pendapatan rakyat tidak sebanding dengan kenaikan harga yang dibuat pemerintah. “Jangan hanya BBM naik, tapi pendapatan buruh tidak meningkat,” katanya.
Badarudin menambahkan dengan naiknya harga BBM ini, hanya pendapatan pengusaha yang akan meningkati. Maka dari itu ia harap pemerintah kembali pikirkan kebijakan ini. “Apa memang untungkan semua rakyat?” tutupnya.
Aksi ini dimulai sekitar pukul 17.30 WIB hingga pukul 18.30 WIB.