Oleh: Erista Marito Oktavia Siregar
KPU dua kali bentuk kepengurusan. Dana pemira belum ada. Tanggal pemira masih belum pasti. Masih satu KAM yang punya nama calon presiden mahasiswa (capresma). Akankah pemira segera terlaksana?
Desember 2013 lalu, Muhammad Sajali mengikuti pleno pemilihan struktural Komisi Pemilihan Umum (KPU). Selain delegasi tiap fakultas, pleno juga dihadiri perwakilan Pema Sekawasan. Pleno berjalan hingga akhirnya Sajali-lah yang terpilih sebagai Ketua KPU USU. Padahal, jabatan itu tak pernah sedikit pun terpikir olehnya. Sayangnya, Surat Keputusan (SK) baru diberikan pertengahan Januari karena Pemerintahan Mahasiswa (Pema) USU tak sepakat bahwa SK KPU dikeluarkan oleh Pema USU dan Pema Sekawasan.
Menurut Presiden Mahasiswa (Presma) USU Muhammad Mitra Nasution harusnya SK KPU dikeluarkan oleh Pema USU. “Tak mungkin SK dikeluarkan oleh dua lembaga,” ujarnya. Setelah melakukan mediasi antara Pema USU dan Pema Sekawasan, maka disepakatilah bahwa SK tersebut dikeluarkan oleh Pema USU. Lagipula, pembentukan struktur dan pemilihan ketua kali ini bukan yang pertama dilakukan di periode ini.
Sebulan sebelumnya, November 2013 sempat dibentuk kepengurusan KPU. Semuanya jelas, strukturnya pun lengkap. Anggotanya delegasi delapan fakultas. Ketuanya delegasi Fakultas Ilmu Budaya (FIB).
Namun, jalan KPU ini tidak semulus pembentukannya. Pertengahan November lalu, Pema Sekawasan mengatakan tak mengakui keberadaan KPU, begitu juga Mitra. Menurutnya, anggota KPU harus berasal dari empat belas fakultas.
Setelah selesai masalah KPU pertama, dilanjutkanlah pembentukan kepengurusan baru dengan Sajali sebagai ketua. Kata Sajali, KPU pertama sempat mengadakan pleno walau semua hasilnya ditiadakan karena struktur baru telah terbentuk.
Seharusnya, pemira sudah dilaksanakan 2012 lalu bertepatan dengan habisnya periode pemerintahan Presma Mitra. Namun masalah internal Pema USU hingga desakan dari Pema Sekawasan, serta masalah kepengurusan KPU menyebabkan tanggal pemira belum ditentukan.
Dilansir dari wacana.org/arsip, penentuan tanggal pemira ditunda dua kali pleno hingga akhirnya terpilih di pleno kedua. Kata Sajali, KPU telah mengantongi tanggal pemira. Sebuah tanggal di akhir-akhir bulan ini. Tapi, tanggal pemira belum boleh dipublikasi karena menunggu penyusunan jadwal kerja pemira. Ini dilakukan agar proposal ke rektorat bisa terealisasi.
Sebelumnya, tepat 25 Februari lalu, KPU mengajukan proposal dana pemira ke rektorat. Lalu, 1 Maret Sajali kembali mendatangi rektorat menanyakan kepastian proposal. Sajali berharap KPU sudah mendapat kejelasan, sehingga 3 Maret nanti dana sudah cair dan mereka dapat segera sosialisasi tanggal pemira.
Jadwal pemira sudah disusun dan proposal pun sudah diajukan ke rektorat. Tapi, tanggal pemira tetap tak kunjung disosialisasikan. Kendalanya tak ada dana.
Bongsu membenarkan hal tersebut. Katanya, Total dana yang diminta KPU sebesar Rp 63 juta. Tapi, ia tak bisa pastikan dana tersebut akan cair sepenuhnya. Karena ia bilang itu bukan otoritasnya. Ia harus pelajari dulu pemakaian anggaran mahasiswa.
Apabila dirincikan, dana sebesar Rp 63 juta diperlukan untuk peralatan termasuk kotak surat suara sebesar Rp 45 juta, untuk publikasi dan dokumentasi sebesar Rp 13 juta dan sisanya untuk biaya pendukung lain.
Akhirnya, sosialisai KPU terpaksa ditunda karena dana untuk pengadaan publikasi belum ada. Bukan hanya berimbas pada batalnya sosialisasi. Sajali bilang kemungkinan besar tanggal pemira juga akan tertunda karena dana yang diharapkan dari rektorat belum cair.
Saat rapat harian 1 Maret lalu, KPU menyepakati pemira akan ditunda bila sampai 3 Maret nanti dana dari rektorat tak kunjung cair. Ini karena jadwal pemira yang sudah disusun terganggu. Di tanggal yang sama pula harusnya dilakukan sosialisasi, diikuti pendaftaran KAM dan capresma, uji kelayakan hingga pemira di akhir Maret.
Dana yang ditunggu pun masih belum cair. Menurut Sajali, rektorat terkesan lambat menanggapi permintaan dana KPU. “Saya juga enggak ngerti masalahnya di mana, kok dana untuk pemira sulit cairnya padahal kan jelas alirannya ke mana aja,” kata Sajali.
Anggota KPU USU bertemu dengan Kepala Biro Kemahasiswaan untuk mempertanyakan kejelasan proposal. Sajali bilang Kabiro Kemahasiswaan Hindun Pasaribu tidak dapat mencairkan dana sepenuhnya.
“Kami diminta ganti proposal dengan mengajukan empat belas proposal yang berasal dari empat belas fakultas,” kata Sajali. Proposal itu berisi permintaan dana pemira tiap fakultas.
Sajali menyayangkan kebijakan rektorat menanggapi proposal ini. Pasalnya, menurut rektorat dana pencairan untuk satu proposal adalah Rp 5 juta. Jadi, kalau proposal KPU hanya bisa cair maksimal Rp 5 juta, sedangkan proposal fakultas kemungkinan bisa dicairkan Rp 2 juta per proposal. Padahal menurutnya itu semua hanyalah sia-sia. “Untuk apa buat proposal sampai empat belas, toh KPU berisi delegasi tiap fakultas,” lanjut Sajali.
Saat ditanya perihal pencairan dana, Hindun bilang, “Kita (mahasisawa dan rektorat —red) harus tetap ikuti prosedur, karena wewenang bukan di saya.”
Terlepas masalah dana, penetapan tanggal pemira bukan tidak dengan pertimbangan. Sajali mengaku pemira yang harus segera dilaksanakan menjadi alasan terbesar. Pemira harus diadakan sebelum pemilihan legislatif karena USU akan meminjam kotak suara KPU Provinsi Sumatera Utara. KPU telah berkomunikasi dengan PR III untuk peminjamannya.
Sebagian Besar KAM Belum Punya Capresma
Kelompok Aspirasi Mahasiswa (KAM) adalah komponen yang tidak bisa lepas dari pemira. Jika pema ibarat miniatur negara, maka KAM adalah partai politiknya. Sampai saat ini terdapat sekitar enam KAM di USU yaitu KAM Perubahan, KAM Rabbani, KAM Madani, KAM Independen KAM Bhineka, dan KAM Kelompok Anak Belakang. Meskipun tanggal pemira sudah dekat, konvensi KAM belum jelas. Bahkan, masih KAM Perubahan yang sudah punya nama capresma.
Terkait Konvensi, Ketua KAM Bhineka Leonard Varera Tampubolon mengatakan KAM Bhineka tidak akan melakukan konvensi karena fokus persiapan untuk lulus verifikasi. “Sayang kan udah lakukan konvensi enggak lulus verifikasi, capek-capekin,” tuturnya.
Karena tak ada konvensi, capresma yang diusung KAM Bhineka diseleksi oleh Dewan Pembina KAM KAM Bhineka juga membuka peluang untuk capresma dari luar KAM.
Persiapan KAM Bhineka pun masih sebatas persiapan administrasi, seperti mempunyai dua sepertiga atau separuh komisariat serta membentuk kepengurusan hampir di semua fakultas. Hal itu terjadi sebab KPU tak jelas mensosialisaikan persyaratan untuk KAM dalam pemira nanti. Apakah sama atau ada tambahan syarat formal.
Sebenarnya Leo mengaku tak begitu tahu kabar terbaru perihal pemira. Ia sempat mendengar KPU akan mengadakan pleno. Terdengar juga tentang pemira, namun tak ada selebaran maupun pemberitahuan. “Jangan-jangan selentingan,” tambahnya.
Kata Leo, Siapa yang menjadi capresma dari KAM Bhineka akan mengeluarkan dana kampanye lebih banyak dan sisanya dari sumbangan anggota KAM, hal itu karena KAM Bhineka menggunakan sistem kolektif, dipungut dari anggota KAM. Lagi pula, menurutnya kampanye tak harus menghabiskan uang banyak, “Mana tahu ada anggota yang mau sumbang kertas dan bantu print,” katanya. Ia tak mau menerima dana dari rektorat ataupun dekanat, karena masih ada swadaya sendiri. “Kalau ada swadaya sendiri, ngapain minta rektorat yang ngasih PR (tugas –red) kalau terpilih,” ungkapnya.
Ketua DPP KAM Rabbani Taufik Nuariansyah punya alasan beda. Pasalnya, KAM Madani belum punya nama untuk menjadi calon disebabkan pengurus Dewan Pengurus Pusat (DPP) KAM Madani yang belum terbentuk. Taufik mengatakan ada kemungkinan mereka akan mengadakan konvensi─walaupun namanya tidak konvensi─tapi dengan sistem yang sama.
Sejauh ini KAM Madani terus melakukan konsolidasi dan rapat untuk menghadapi Pemira USU. KAM Madani akan menyiapkan tim-tim di setiap fakultas untuk memenangkan Pemira USU kali ini.
Hal berbeda datang dari KAM Perubahan yang sedang melakukan persiapan menjelang pemira. Menguatkan konsolidasi di tiap fakultas dan pematangan sosok yang diusung. Indra Lesmana Julianto Mungkur, Ketua KAM Perubahan optimis mereka memenangkan pemira nanti, pasalnya mereka sudah memiliki suara di beberapa fakultas.
Strategi KAM Perubahan kali ini adalah mengutus anggota KAM di tiap fakultas untuk pemberdayaan mahasiswa yang tak mau tahu tentang pemira, caranya dengan pendekatan. Menurutnya, konvensi ini dilakukan melihat banyak mahasiswa apatis sehingga KAM Perubahan berusaha untuk mempromosikan calonnya.
Setelah mengadakan konvensi 16 Februari lalu, KAM Perubahan akhirnya memilih Valentino Panjaitan sebagai wakil KAM Perubahan sebagai capresma pada Pemira USU nanti. Capresma ini dilakukan secara internal berdasarkan hasil musyawarah. Untuk wakil presiden sendiri rencananya Valentino berusaha mencari dari luar KAM Perubahan karena ia ingin menambah koneksi.
Perihal pendaftaran ke KPU, Valentino masih belum tahu pasti karena belum ada kejelasan mengenai pemira. Namun, ia optimis untuk pemira nanti. Bagaimana dengan capresma lainnya? Adakah yang semangat meneruskan roda Pema USU?
Koordinator Liputan : Erista Marito Oktavia Siregar
Reporter : Apriani Novitasari, Andika Syahputra, Tantry Ika Adriati, dan Erista Marito Oktavia Siregar
Laporan ini pernah dimuat dalam Tabloid SUARA USU Edisi 96 dengan judul Menanti Lahir Pemira USU, Ibarat Pungguk Merindukan Bulan yang terbit Maret 2014.