BOPM Wacana

Carut-marut Medan Zoo: Harimau Mati hingga Karyawan Tak Digaji

Dark Mode | Moda Gelap
Kondisi halaman depan dari Medan Zoo, Minggu (14/01) | Reza Anggi Riziqo

 

Oleh: Rachel Caroline L.Toruan 

“Semoga ada perhatian dari pemerintah kota Medan untuk lebih merawat dan fokus dalam permasalahan ini”

Dengan penuh harap kalimat tersebut, yang terucap dari mulut seorang Kepala Seksi Tata Usaha Medan Zoo, Ahmad Juliansyah saat melihat kondisi yang kian memprihatinkan dari salah satu kebun binatang di Kota Medan, Medan Zoo. Belakangan ini, Medan Zoo menjadi sorotan publik mengingat terulang kembali, seekor harimau Sumatera bernama Nurhaliza yang berumur 9 tahun harus mati pada 31 Desember 2023 disebabkan oleh penyakit pneumonia dan renal disease.

Kejadian kematian harimau ini merupakan ketiga kalinya dalam kurun waktu 2 bulan, setelah seekor harimau Benggala bernama Avatar yang mati pada awal Desember 2023 lalu dan kemudian Erha, seekor harimau Sumatera yang mati pada 6 November 2023.

Menjelang kematiannya, Nurhaliza mulai tidak nafsu makan dan sering sesak nafas. Kondisi ini makin buruk dengan adanya penumpukan plak pada giginya. Menanggapi hal ini, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), Rudianto Saragih telah menyatakan bahwa keadaan kandang satwa buas yang kurang baik, banyak kandang yang rusak, lembap sehingga menjadi salah satu penyebab dari penurunan kesehatan pada hewan di kebun binatang tersebut.

Kian Tak Terurus dalam Waktu yang Lama

Sebagian dinding bangunan dekat pintu masuk terlihat usang dan berlumut. Plafon yang berlubang yang terletak saat memasuki kebun turut menghadirkan suasana tak terurus pada Medan Zoo.

Kondisi di pintu masuk Medan Zoo, Kamis (11/01) | Rachel Caroline L.Toruan
Kondisi di pintu masuk Medan Zoo, Kamis (11/01) | Rachel Caroline L.Toruan

Semak belukar, sunyi, diiringi dengan hembusan angin, sesekali disertai kicauan burung dan auman harimau. Terlihat jelas kondisi kandang yang tak terurus, ditumbuhi rumput liar, lembap, hingga pagar yang ringkih lagi berkarat. Segelintir pengunjung hadir, ada yang sekadar bervakansi hingga bernostalgia untuk melihat kondisi terkini Medan Zoo.

Kondisi salah satu kandang di Medan Zoo, Kamis (11/01) | Rachel Caroline L.Toruan
Kondisi salah satu kandang di Medan Zoo, Kamis (11/01) | Rachel Caroline L.Toruan

Lambaian dedaunan dan hembusan angin menyertai kedatangan saat masuk. Banyak pohon yang terlihat semrawut seperti tak terawat, sesekali tercium bau kurang sedap yang berasal dari kandang-kandang lembap dan tanah basah.

Jalanan yang terdiri dari paving block sangat berlumut, tak sedikit diantara paving block yang terpasang mulai bercopotan dan jalan menjadi berlubang. Jalan yang berlubang pun menjadi tempat tinggal bagi tanah yang basah dan lumpur. Butuh kehati-hatian saat berjalan, agar tidak tersandung ataupun terpleset.

Banyak kandang tak bernama dengan kondisi yang memprihatinkan. Adapun hewannya, hanya mampu mondar-mandir seakan berpikir berapa lama lagi mereka bertahan dengan situasi terbatas seperti ini.

Kandang rusa di Medan Zoo, Kamis (11/01) | Rachel Caroline L.Toruan
Kandang rusa di Medan Zoo, Kamis (11/01) | Rachel Caroline L.Toruan

Contohnya rusa-rusa yang berada di sana. Hampir seluruhnya kurus, beberapa dari rusa memiliki koreng pada badannya. Tepat di seberang kandang rusa, terdapat seorang ibu yang menjual berbagai makanan ringan, minuman, hingga daun kangkung dengan harapan pengunjung membeli untuk memberi makan kepada rusa-rusa.

“Kangkungnya dek, seikat seribu. Kasian itu rusanya belum makan-makan dari kemarin. Udah 3 hari kayaknya,” ungkap ibu penjual di sana yang tak ingin disebut namanya.

Kondisi kandang orang utan di Medan Zoo, Kamis (11/01) | Rachel Caroline L.Toruan
Kondisi kandang orang utan di Medan Zoo, Kamis (11/01) | Rachel Caroline L.Toruan

Contoh lain ialah seekor orang utan di sana. Terpampang jelas rambut dari sebagian badannya yang mulai menggumpal dan hampir gimbal. Terlihat lesu dan terbaring lunglai. Banyak hewan yang turut merasakan hal yang sama, seperti burung-burung, harimau, elang, dan hewan lainnya. Beberapa harimau tampak kehausan dengan nafas yang terengah-engah. Namun, menurut keterangan penjaga, masing-masing hewan di Medan zoo diberi makanan sebanyak 2 kali sehari, pagi menjelang siang, hingga sore di jam 15.30 WIB.

Seorang pengunjung, Novayanti turut membagikan kesedihannya terkait buruknya kondisi Medan Zoo saat ini. Dia mengaku kaget akan perubahan kualitas dari fasilitas kebun binatang dibandingkan 3 tahun lalu. “Dulu masih bagus kali bentuknya, sekarang dah terbengkalai, yang jualan dulu pun ramai, sekarang sepi. Semoga ada langkah berikutnya untuk diperbaiki,” harapnya.

Kondisi kandang harimau Sumatera di Medan Zoo, Kamis (11/01) | Rachel Caroline L.Toruan
Kondisi kandang harimau Sumatera di Medan Zoo, Kamis (11/01) | Rachel Caroline L.Toruan

Perizinan Lahan dan Layak Guna

Medan Zoo yang berada di Desa Simalingkar, Medan Tuntungan, memakan waktu tempuh sekitar 30 menit dari pusat Kota Medan. Kebun binatang yang berdiri sejak tahun 1952 ini menjadi lembaga konservasi sebagai Taman Satwa sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.124/Menhut-II/2010 pada 18 Maret 2010.

Merujuk pada Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.31/ Menhut-II/2012, Taman satwa adalah tempat pemeliharan jenis satwa tertentu atau kelas taksa satwa tertentu pada areal sekurang-kurangnya 2 (dua) hektar. Dalam hal ini, Medan Zoo telah memenuhi kelayakan sebagai Taman Satwa, dikarenakan luasnya mencapai 30 hektar.

Salah satu wahana rekreasi di Medan Zoo, Kamis (11/01) | Rachel Caroline L.Toruan
Salah satu wahana rekreasi di Medan Zoo, Kamis (11/01) | Rachel Caroline L.Toruan

Termaktub dalam peraturan yang sama, Medan Zoo sebagai lembaga konservasi juga memiliki fungsi sebagai tempat pendidikan, peragaan, penitipan sementara, sumber indukan, dan cadangan genetik untuk mendukung populasi in-situ, sarana rekreasi yang sehat serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Kenyataannya, kondisi semrawut dari rumput liar dan pepohonan yang tak terawat diperparah dengan adanya bekas lapak-lapak lapuk yang dahulu menjadi tempat berjualan di area kebun. Wahana-wahana permainan yang dulu digemari pengunjung pun kini telah usang dan rusak.

Sementara itu, Organisasi Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sumatera Utara mendesak adanya evaluasi total terhadap pengelolaan kebun binatang ini. Diperlukan penutupan sementara untuk pembenahan fasilitas, serta pemindahan sementara satwa-satwa untuk dirawat di lembaga konservasi lain yang mendukung.

Menurut Direktur WALHI, Rianda Purba menambahkan bahwa selain dibutuhkan manajemen yang profesional, keterbukaan dari Pemerintah Kota Medan kepada publik juga harus ada tentang alasan bermatiannya satwa-satwa beberapa waktu lalu.

“Seharusnya Medan Zoo diharapkan menjadi pusat pengetahuan terhadap satwa, bukan pemakaman satwa,” pungkas Rian

Berkaca dari kondisi kandang yang jauh dari kata layak, Medan Zoo juga telah ditegur 2 kali oleh BBKSDA agar pengelolan di Medan Zoo dapat memenuhi aturan dan kesejahteraan hewan (animal welfare). Hal ini juga menuai perhatian dari pihak lain pada Mei 2022 lalu, seorang selebritis Indonesia, Raffi Ahmad pernah menjanjikan untuk berinvestasi demi peremajaan Medan Zoo. Namun, belum ada informasi lanjut akan hal ini selain permintaan maaf Raffi kepada Bobby melalui media atas keterlambatan dan penundaan karena sedang fokus membangun kebun binatang di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Kondisi kandang di Medan Zoo, Kamis (11/01) | Rachel Caroline L.Toruan
Kondisi kandang di Medan Zoo, Kamis (11/01) | Rachel Caroline L.Toruan

Memprihatinkan. Selain satwa yang kini mati bergantian, fasilitas kebun binatang yang berada di bawah naungan Pemerintah Kota Medan pun patut dipertanyakan keberlangsungannya. Dengan keadaan tidak sesuai dengan standar pengelolaan Lembaga Konservasi karena banyak kandang yang rusak sehingga berakibat buruk pada kesehatan dan kesejahteraan satwa.

Hidup segan mati tak mau, Ahmad menerangkan bahwa untuk memberi pakan hewan pun beberapa waktu lalu masih berhutang ke vendor sebesar 300 juta rupiah. Empat bulan menunggak, hingga kini belum terbayarkan. Kemerosotan ini diakibatkan minimnya dana yang tersalurkan dalam mempertahankan keberlangsungan satwa dan Medan Zoo.

Selama ini, pemasukan hanya bisa mengharapkan dari karcis pengunjung yang merogoh kocek Rp15.000,00 pada hari kerja dan Rp20.000,00 tiap akhir pekan.

Mengingat menurunnya minat pengunjung sejak adanya pandemi Covid-19, ternyata berdampak pada penurunan pemasukan dana. Pengunjung yang awalnya mencapai angka 400 di hari biasa dan 2.000 di akhir pekan mampu menghasilkan 200 juta rupiah perbulan. Penurunan yang dialami sejak pandemi hanya mampu menghasilkan paling besar 30 juta perbulan.

“Minat pengunjung yang menurun dan semakin berkurang membuat pemasukan semakin merosot,” tambah Ahmad.

Saat ini Medan Zoo masih menoreh harapan pada BKSDA yang membantu dalam pemberian makanan bagi satwa di sana selama 3 bulan, terhitung sejak awal Desember 2023 hingga Februari 2024.

Bagaimanapun, permasalahan pangan satwa di kebun binatang milik Pemerintah Kota Medan masih menjadi tanda tanya sebab tidak adanya kejelasan tentang siapa yang menanggung dana untuk pakan satwa.

Dalam hal ini, bukan hanya masa depan hewan yang patut dipikirkan. Karyawan-karyawan di Medan Zoo pun hanya bisa menghela nafas saat ditanya tentang gaji mereka yang kini tengah mandek.

“Dari bulan Agustus kami belum gajian karena gak ada duit, hutang kemarin aja belum bisa terbayarkan, apalagi perbaikan ini,” terangnya.

Sementara itu, dalam menanggapi hal ini Wali kota Medan, Bobby Nasution dalam wawancaranya dengan KOMPAS TV pada 13 Januari 2024, ia mengaku masih mencari solusi terkait masalah-masalah di atas. Bobby juga menjelaskan bahwa saat ini yang diutamakan adalah penyelamatan satwa dengan kecukupan makanan dan kesehatan satwa.

Kendati demikian, menantu Presiden Jokowi ini membuka beberapa opsi, diantaranya meminta Perusahaan Umum Daerah (PUD) melakukan subsidi silang terhadap salah satu unit usaha.

“Kita lihat dari unit usahanya, saat ini hanya satu unit usaha profitnya yang bisa menutupi kegiatan usaha lain. Dari profit itu ditambahkan untuk satwa dan para pegawai Medan Zoo,” jelasnya.

Sedangkan dua opsi lainnya adalah suntikan modal dari APBD kepada Medan Zoo melalui persetujuan DPRD, serta adanya relokasi.

Setidaknya kini Medan Zoo masih bisa sedikit bernafas lega dengan terjaminnya pakan satwa oleh BBKSDA hingga Februari nanti. Namun, untuk perencanaan Pemkot Medan dan kesejahteraan karyawan Medan Zoo akan hal ini, tetap dibutuhkan doa dan perhatian dari beberapa pihak.

 

 

Komentar Facebook Anda

Redaksi

Badan Otonom Pers Mahasiswa (BOPM) Wacana merupakan pers mahasiswa yang berdiri di luar kampus dan dikelola secara mandiri oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pentingnya Mempersiapkan CV Bagi Mahasiswa | Podcast Wacana #Eps4