Oleh: Dewi Annisa Putri
BOPM WACANA | Bunkasai USU 2017 akan diselenggarakan dengan tema ‘Bima dan Karin’ yang juga dijadikan sebagai maskot. Tema ini dipilih karena mencakup tujuan dan konsep acara Bunkasai USU 2017 secara keseluruhan. “Dua-duanya sesuai sama acara kita tahun ini,” ujar Ketua Panitia Bunkasai 2017 Hidayat Hiroshi, Kamis (23/3).
Ia menjelaskan maskot Bima dan Karin ini merupakan gabungan kata dari bahasa Jepang. Bima merupakan singkatan dari bijitsu (seni) dan manabu (pendidikan). Sementara Karin adalah singkatan dari kasei (perubahan) dan rinri (etika). Dengan adanya kedua maskot ini, Bunkasai USU 2017 memiliki sub tema Isshoni Bima to Karin wo Mamoru koto yang artinya bersama melindungi Bima dan Karin.
Untuk penampilannya, Bima memiliki sayap burung garuda di belakang punggungnya sebab ia merupakan maskot yang mewakili negara Indonesia. Bima mengenakan baju putih dengan rambut kuning. Sedangkan Karin memiliki telinga rubah dan enam ekor di belakang punggungnya karena ia mewakili Jepang. Karin memakai baju kimono dengan rambut pendek berwarna cokelat kemerahan.
Hilma Mufliha, Mahasiswa Fakultas Psikologi 2015 mengatakan tertarik dengan ide dan konsep untuk maskot ini. Namun menurutnya karakter Bima belum terlalu menunjukkan aksen Indonesia. “Aksen Indo di baju Bima kalau bisa ditambahin, kalo bisa yang menggambarkan Sumatera Utara,” ujarnya. Hilma mengaku sudah tiga kali datang ke Bunkasai.
Menanggapi hal ini, Hidayat menyampaikan aksen Indonesia yang diberikan pada Bima memang karakter burung garuda karena lebih diketahui oleh masyarakat umum. Ia menambahkan, tahun lalu maskot untuk Bunkasai USU 2016 adalah kelinci dan rubah.