Oleh: Amanda Hidayat
Judul | : Concussion |
Sutradara | : Peter Landesmen |
Penulis skenario | : Peter Landesmen |
Pemain | : Will Smith, Alec Baldwin, Gugu Mbatha-Raw, Arliss Howard, dan Paul Reiser. |
Tahun | : 2015 |
Durasi | : 122 menit |
Film ini berangkat dari kisah nyata seorang patolog yang pekerjaannya mengautopsi. Ia mengungkap bahaya American Football bagi otak pemainnya. Dr. Bennet Omalu namanya, diperankan Will Smith dengan begitu memukau.
Inilah kisah David melawan Goliath dalam film drama biografi medis olahraga Amerika, Concussion yang disutradarai Peter Landesmen.
Cerita dimulai saat Bennet harus mengautopsi mayat Mike Webster, seorang mantan pemain American Football. Usai membedah tubuh Mike, Bennet tak menemukan tanda apa pun bahwa Mike meninggal karena penyakit. Bennet yang penasaran memerintahkan asistennya menyiapkan pembedahan pada otak Mike. Sempat terjadi perdebatan sengit dengan penaggung jawab labaratorim (lab) sebelum pembedahan dilakukan. Alasannya, si penaggung jawab lab tidak ada dana untuk itu, namun Bennet meyakinkan kalau dia yang menanggung semua biaya. Bedah berlanjut.
Dengan mikroskop, Bennet menemukan protein keluar dari otak Mike. Protein ini menyerang dan mencekik pikiran dari dalam, seperti menumpahkan beton basah ke dalam paralon, lalu mengeras dan mencekik otaknya. Hal ini meninggalkan bekas pada otak, tapi tak bisa dikenali, bahkan bagi dirinya sendiri. Mesin CT Scan sekalipun tidak bisa mendeteksinya. Penemuan ini Bennet namai Chronic Traumatic Encephalopathy (CTE).
Manusia akan geger otak pada getaran 60 G-Force (satuan ukuran getaran) di kepala, sementara getaran yang diterima pemain American Footbal sama dengan palu yang dipukul pada helm mereka, 100 G-Force. Begitu penjelasan Bennet yang membuat seorang profesor serta penggila American Footbal harus membenarkannya. Sebagai ilmuwan, profesor jelas tak akan mengingkari sains.
Namun, seperti yang dilakukan organisasi-organisasi besar yang tidak mau nama organisasinya tercemar, National Footbal League (NFL) membantah penemuan Bennet dengan berbagai dalih. Salah satunya penelitian yang telah dilakukan NLF, hasilnya berupa pembuktikan tak ada geger otak pada pemain, karena kepala pemain dilindungi helm.
Bennet menjelaskan bahwa helm melindungi kepala, bukan otak. Yang menyebabkan CTE adalah getaran pada kepala, bukan benturan kepala langsung. Tapi Bennet tak diberi kesempatan untuk menjelaskannya di depan publik saat konferensi kesehatan pemain NFL. Bennet diboikot dan terpaksa digantikan temannya Dr. Julian Bailes, diperankan Alec Baldwin.
Bennet mendapat teror dari NFL, bahkan atasan Bennet di lab, yang membantu Bennet melakukan penelitian, dikriminalisasi dengan tuduhan-tuduhan yang tidak masuk akal. Ia lalu pindah ke California karena dia dan Gugu Mbatha-Raw yang berperan sebagai istrinya sudah tidak nyaman di Pittsburgh sebab teror demi teror yang mereka alami.
Tiga tahun mereka di California, akhirnya perlawanan benar-benar dimenangi Sang David. Ketika salah satu petinggi NFL yang pernah menjadi pemain American Football bunuh diri dan menyumbangkan otaknya untuk diteliti Bennet. Hasilnya, petinggi itu juga positif idap CTE.
Yang sulit dari sebuah film biografi adalah banyak orang yang sudah tahu isi cerita. Tugas seorang sutradara tentu membuat biografi itu menarik. Seperti sudut pandang yang tak biasa, atau alur serta pemain yang memukau.
Agaknya Hollywood mulai serius dengan film biografi. Peter Landesmen membuat Concussion sangat mudah disamakan dengan film biografi yang baru-baru ini rilis dan jadi salah satu nominasi film Academy Award, Spotlight. Keduanya sama-sama mengambil sudut pandang Sang David. Bedanya hanya pada penekanan emosi. Jika Concussion banyak ditemukan ledakan emosi. Bahkan sesama pemeran pembantu sering meluapkan emosinya. Maka, pada Spotlight hanya ada satu ledakan emosi saat Mark Ruffalo tak tahan melihat atasannya yang tak kunjung memberi sinyal akan segera menerbitkan hasil liputan skandal pastor di Boston.
Spotlight sedikit diunggulkan dari segi skenario film, namun Concussion menang banyak pada akting pemainnya. Terlihat dari beberapa pemain Cocussion yang masuk nominasi dan menang. Dua penghargaan dimenangkan Will Smith sebagai Aktor Terbaik dari African-American Film Critics Association dan Actor of the Year dari Hollywood Film Awards. Will Smith juga menjadi nomine di dua ajang penghargaan lainnya. Sementara tiga pemain pembantu menjadi nomine dengan status pending, sama halnya dua nomine lainnya lagi bagi Will. Namun, ajang penghargaan Oscar tak memasukkan satu kategori pun pada Will.
Tentu saja menarik mengetahui Will Smith tidak masuk nominasi Piala Oscar dengan aktingnya yang memukau di Concussion. Hal ini membuat orang ramai-ramai mengecam ajang penghargaan itu di media sosial dengan #OscarStillSoWhite. Bahkan Chris Rock yang akan menjadi pembawa acara Oscar ke 88 mengatakan penghargaan itu sebagai “White BET Award” karena sedikitnya nomine kulit hitam. Banyak pihak yang menyebut penghargaan ini tidak ramah pada perbedaan.
Terlepas dari itu, Concussion boleh jadi tontonan menarik dengan pesan moral mengajarkan kita untuk bertahan pada keyakinan.