
Oleh: Dinar Fazira Fitri
USU, wacana.org – Mahasiswa baru (maba) Fakultas Hukum (FH) Universitas Sumatera Utara (USU) diduga mengalami perpeloncoan yang dilakukan oleh kakak tingkat (kating) dan alumni. Hal ini terjadi saat Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) berlangsung di tataran fakultas, Jumat (15/8/2025).
Salah satu mahasiwa FH USU stambuk 2025, yang mengalami hal ini (tidak disebutkan namanya), mengungkapkan awalnya panitia menegur pasal rambut yang belum dipangkas. Namun, teguran tersebut berubah menjadi ajakan perkelahian. “Hari pertama itu, memang aku PKKMB dengan keadaan rambut yang agak panjang. Alasannya karena sehari sebelum pelaksanaan hujan, sehingga tidak sempat untuk pangkas,” jelasnya.
Ketika ia ditegur bersama maba lain, ada lima kating di hadapan mereka dan salah satu kating melontarkan ajakan berkelahi. “‘Berduel dulu kita, kalau tahan kau berduel sama aku dua menit, kukasih kau uang’, katanya gitu,” ungkapnya. Ajakan itu tak ditanggapinya, ia pun dikembalikan ke barisan maba yang tengah makan siang.
Dirinya juga menceritakan bahwa terdapat grup maba untuk jasa titip makanan. Adanya teka-teki dari panitia, membuat beberapa maba mengeluh tentang persyaratan tersebut. “Aku ada bercanda sama kawan di grup itu. Besoknya pas pembuatan video Paper Mob, aku dicari oleh kating,” katanya.
Lalu pada hari ketiga, sekitar pukul lima sore, di luar rundown yang diketahui maba, muncul para alumni yang disebut ‘Mahadewa’ dan ‘Mahadewi’. Ia menjelaskan, ketika mereka tiba, maba dipaksa tunduk dan menaikkan satu kaki. “Kami dibentak, disuruh tunduk dan memberi hormat sekitar 5–7 menit. Saat itu, sudah banyak yang keram, hilang keseimbangan, sampai ada kawan kami yang sesak napas,” keluhnya.
Setelah sesi itu selesai, dirinya digiring ke dekat mading dan disuruh berbaring di atas paving block, oleh salah satu alumni yang diketahui sebagai stambuk 2019. “Di situ aku ditanyai tentang chat di grup itu, aku dipiting dari belakang dan dipaksa untuk berbaring. Ada juga alumni perempuan yang memvideokan sambil ketawa-ketawa,” lanjutnya.
“Setelah aku didirikan, aku disuruh minta maaf sama semua panitia. Dan di situ aku memang bersedia untuk meminta maaf,” tandasnya.
Saat kemunculan ‘Mahadewa’ dan ‘Mahadewi’ tersebut, kakak regu tidak diizinkan terlihat atau mendekati area maba. Mereka juga tidak diperkenankan membuka handphone. Hal ini disebutkan oleh salah satu kakak regu (tidak disebutkan namanya), yang masih sempat lewat saat kejadian berlangsung.
Ia tengah menemani para maba di pendopo, sampai MC meminta pihak panitia dan kakak regu pergi ke arah parkiran atau gedung Peradilan Semu. “Kami nggak mau meninggalkan pendopo, karena kami masih ingin melihat apa sebenarnya yang terjadi. Tapi dari arah Garden Class (GC), mulai nampak rombongan alumni stambuk 2019,” jelasnya.
Kemudian, salah satu alumni pun mengambil alih mikrofon dan mengusir kakak regu dari pendopo. “Kami tetap duduk di sekitar bagian ruang pendidikan, tapi dari pihak panitia langsung mengusir kami. Akhirnya, kami beralih ke depan ruang 10,” ucapnya.
Setiba di ruang 10 pun, mereka juga dipaksa pindah, sehingga tidak bisa menyaksikan perihal ada maba yang pingsan maupun kejadian di pendopo. “Ketika kakak regu sudah diperbolehkan masuk ke area pendopo, aku melewati GC dan memang melihat stambuk 2019 sedang menidurkan dan mengerumuni satu adik regu di tanah. Alasan yang kami dapat pun simpang-siur, karena adik-adik regu lain juga tidak mengetahuinya,” sesalnya.
Terkait adanya kejadian ini, BOPM Wacana sudah berupaya meminta konfirmasi kepada Ketua Panitia PKKMB FH USU 2025, Tampaty Simbara Galilea, melalui pesan pribadi. Namun, hingga berita ini diterbitkan, Tampaty belum memberikan tanggapannya.