Oleh: Ika Putri Agustini Saragih
BOPM WACANA — Tren merokok pada remaja saat ini semakin mengkhawatirkan. Sebab dari kurun waktu 1995-2010, jumlah perokok remaja laki-laki naik dua kali lipat dari 14 persen ke 37 persen. Sementara untuk remaja perempuan naik lima kali lipat dari 0,3 persenmenjadi 1,6 persen dalam kurun waktu yang sama. Demikian disampaikan Taufik Ashar, pemateri dalam seminar bertajuk Dare Youth Not To Use Tobacco di Aula Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM),Sabtu, 17 Mei 2014.
Tren yang terjadi ini disebabkan remaja masih dalam fase pencarian identitas diri, kebutuhan sensasi dan pengalaman yang bervariasi. Remaja juga menganggap bisa mengambil resiko negatif serta menganggap lebih penting bila diterima dalam kelompok. ”Juga pengaruh dari iklan yang ada di media massa. Digambarkan lelaki yang merokok kelihatan lebih sukses dan maskulin,” tuturnya.
Taufik bilang beberapa cara bisa dilakukan untuk mengurangi laju ini. Seperti menaikkan pajak, membuat daerah bebas rokok, menyediakan bantuan untuk menghentikan kebiasaan merokok yakni konseling dan farmakoterapi. ”Bisa juga dengan mengganti kemasan rokok menjadi gambar orang yang terkena kanker mulut, jadi orang enggan membelinya,” pungkasnya.
Mahasiswa FKM 2013, Deby Melisa berpendapat senada. Menurutnya peran iklan di media massa sangat besar pengaruhnya. “Naikkan saja pajak rokok itu, agar remaja yang masih minta uang dari orangtua enggak gampang beli rokok,” ujar Deby.
Seminar ini digelar untuk memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada 31 Mei.