Oleh: Nadiah Azri Br Simbolon
Terhitung pada hari kedua puluh di bulan sepuluh
Tampak dua pria pasak kunci negeri dengan kitab suci di kepalanya
Terlihat gagah ketika sumpah-sumpahnya terlontar
Membahana hingga ke seluruh pelosok negeri
Seremoni juga digelar untuk mereka-mereka yang akan menjajaki istana
Suasana begitu sakral
Gema kalimatullah menyesaki ruangan
Terlebih janji melindungi bumi surga ini berulang kali didengungkan di setiap periodenya
Perlindungan pada bumi Ibu Pertiwi pastinya pemanis saja
Untuk menarik simpatisan para marhaen negeri
Nantinya nafsu liar mereka juga akan memperkosa sang ibu
Para tokoh utama negeri ini akan menggarap keindahannya
Tubuh sang Ibu dijajakan pada orang-orang asing
Melalui germo-germo para istana negeri
Kemolekannya dipamerkan untuk menggaet pesanan-pesanan kaum bangsawan luar negeri
Ibu bak primadona yang terus menerus dijamah tubuhnya
Bulu hijau tubuhnya yang indah akan dicukur habis
Hingga menimbulkan iritasi kemerahan
Tubuh sang Ibu gundul
Siap untuk dijejali benda-benda asing
Tikus-tikus gorong yang menjanjikan perubahan akan menyekap sang Ibu
Dengan kabut-kabut asap yang begitu sesak
Hingga ia lelah dan menyerahkan dirinya dengan ikhlas untuk dililit para ular yang dahulu telah dirawatnya
Tentu ia rela mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan anak-anaknya
Bila tubuh Ibu lelah, anak-anaknya terpaksa menggantikannya
Jaka akan menjadi bidak catur yang dimainkan sembari ibunya beristirahat
Sedang dara menjadi budak pelampiasan hawa nafsu
Ibu dan anak yang tak beruntung berjuang untuk anak yang tak tahu diuntung