
Oleh: Syaufah Sabila
Medan, wacana.org – Yayasan Srikandi Lestari (YSL) menyoroti dampak buruk pembakaran batu bara oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Hal ini diungkap dalam kegiatan seminar “Mendukung Percepatan Transisi Energi dan Promosi Energi Bersih di Provinsi Sumatera Utara”.
Salah satu pembicara, Cindy Sihotang, memaparkan pada Senin (14/04/2025), bahwa sebanyak 89.900 ton batu bara kalori rendah digunakan setiap tahunnya untuk menghasilkan listrik. Ia menyebutkan, batu bara berkalori rendah lebih berbahaya dibandingkan batu bara berkalori tinggi.
“Semakin sedikit kalorinya semakin sedikit listrik yang dihasilkan. Hal ini mengakibatkan pembakaran akan lebih sering dilakukan dan menghasilkan abu bakaran yang sangat berbahaya untuk kesehatan,” ujar Cindy.
Cindy juga menyatakan, abu pembakaran dari PLTU yang berukuran 2,5 mikrometer dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Dampaknya, masyarakat berisiko tinggi mengalami penyakit serius seperti stroke, kanker, gangguan jantung, hingga penyakit paru-paru kronis.
Dampak buruk dari abu batu bara juga dirasakan oleh petani setempat. Seorang petani di Pangkalan Susu, Eti, mengaku mengalami kerugian akibat kualitas hasil tani yang menurun. Ia juga harus mengeluarkan modal untuk membeli pestisida dari awal tanam hingga masa panen, namun hasil panen tetap tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan.
“Dulu kami hanya mengandalkan hujan setelah tanam, sekarang tiap turun hujan banyak hama bermunculan dan sulit diatasi. Air hujan sudah tercampur abu dan menimbulkan hujan asam,” sesalnya.