
WARTAWACANA – Tim ECOREST Universitas Sumatera Utara (USU) menggelar rangkaian kegiatan edukasi dan aksi lingkungan di kawasan Hutan Batang Toru, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara. Kegiatan berlangsung di dua tempat, yaitu di Desa Tapian Nauli Saur Manggita pada tanggal 11–19 Agustus 2025 dan di Desa Sialogo pada 20–25 Agustus 2025.
Natasya Martiana Priyani Sipayung selaku Ketua Tim ECOREST, pada Rabu (17/9/2025), berujar bahwa menjaga hutan tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah. Untuk itu, ia dan timnya mengajak masyarakat adat, pemerintah desa, akademisi, hingga anak-anak sekolah dasar untuk turut serta.
“ECOREST lahir dari keyakinan bahwa menjaga hutan tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, melainkan dengan kolaborasi antara masyarakat adat, pemerintah, dan generasi muda. Kami percaya, perubahan kecil di desa bisa menjadi langkah besar untuk keberlanjutan di masa depan,” ujarnya.

ECOREST merupakan tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Sosial Humaniora (RSH) USU yang beranggotakan lima orang, termasuk Natasya (Ilmu Hukum) sebagai Ketua. Anggota tim lainnya yaitu, Dea Cathrine (Teknik Lingkungan) Nahdhal Khair (Teknik Sipil), Alisia Adriana Pasaribu (Ilmu Hukum), dan Mohammad Iqbal Aisar Ghana (Kehutanan), yang didampingi oleh Dosen Fakultas Hukum USU, Dr. Rosmalinda, S.H., L. LM.
Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan meliputi “Eco-Learn”, sebuah kegiatan edukasi lingkungan bagi anak-anak sekolah dasar yang menggabungkan ilmu pengetahuan dengan kearifan lokal. Kemudian, dilakukan Responsible Action dalam bentuk aksi nyata seperti penanaman pohon, menjaga sumber air, dan membersihkan lingkungan.
Program selanjutnya yaitu Sustainable Solution, berupa penggalian informasi melalui wawancara dengan narasumber kunci untuk mencari solusi dari isu pendidikan yang ada. Terakhir Transformation, pada tahap ini masyarakat diarahkan agar hasil gerakan di lapangan dapat berlanjut menjadi rekomendasi yang diakui di tingkat kebijakan.
Natasya juga menambahkan dalam pelaksanaan, timnya bermitra dengan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) sebagai mitra NGO, yang menghubungkan tim pada kedua desa. Di setiap desa, YEL sudah memiliki beberapa program kerja terkait observasi, salah satunya di Tapian Nauli Saur Manggita.
“YEL sendiri sudah punya program rumah baca yang rutin dilaksanakan satu kali dalam seminggu. Hal ini membuat base pengetahuan lingkungan dan konservasi anak-anak desa Tapian Nauli lebih tinggi daripada Desa Sialogo yang belum memiliki program serupa,” jelasnya.
***
Tulisan ini merupakan publikasi kegiatan tim ECOREST USU dalam program PKM-RSH 2025 yang didampingi oleh Dr. Rosmalinda, S.H., L.LM.