Oleh: Aulia Adam
Suketi nangis lagi. Bukan karena coro malam ini.
Habis nangis dia ambil belati.Untuk sayat-sayat nadi sendiri.
Suketi masih nangis.Bibirnya melengkung macam bulan sabit malam ini.
Darah ditangannya muncrat-muncrat bikin ngeri.
Dia saja nangis karena ngeri.Bukan lagi karena sakit tak terperi, karena ingat ibu tiri yang di negeri tetangga, mati.
Diam. Suketi tiba-tiba diam.
Tapi darahnya belum habis.Dia belum koit.
Napasnya belum lepas, satu-satu.
Masih utuh, masih bisa menghela.
Tapi Suketi memang sudah tak disini.
Dia pergi bersama memori-memori…
Tentang cintanya pada ibu tiri, yang dulu selamatkan dirinya dari ayah yang suka dia untuk ditiduri
Ayah yang itu… ayah, yang dari maninya, lahir Suketi
Tapi takdir memang bukan kawan Suketi,
Malam Kamis Wage ini ia dibuat nangis lagi oleh Takdir.
Kali ini, ibu tirinya dibuat mati majikannya yang kasih ia gaji
Frustrasi, Suketi akhirnya pilih mati.