Oleh: Dinar Fazira Fitri
Medan, wacana.org – Sejumlah masyarakat lakukan aksi mendesak Gubernur Sumatra Utara (Sumut) untuk menutup PT. Toba Pulp Lestari (TPL) yang sejak lama dianggap mengekploitasi lahan masyarakat adat. Massa aksi mulai berkumpul di Lapangan Merdeka sebelum mengajukan protes di depan Kantor Gubernur Sumut, Senin (10/11/2025).
Salah satu orator aksi, Rocky Pasaribu, menyampaikan keluhannya terkait penindasan yang telah lama dilakukan PT. TPL di Kabupaten Toba. “Waktu kalian tidak banyak lagi, kami sudah terlalu sabar disiksa. Gubernur Sumut harus turun menjumpai massa,” protesnya.
Aksi tidak hanya dihadiri oleh masyarakat sekitar Medan, tetapi juga turut hadir masyarakat sekitar Danau Toba dan Tapanuli Selatan, mahasiswa, dan pemuka agama. Massa memulai orasi dengan doa dan hening cipta. Selain orasi, massa menyanyikan lagu khas Batak sambil mengangkat spanduk dan poster bernada protes.
“Tadi disampaikan perwakilan gubernur, bahwa mereka akan berdiskusi untuk menghadirkan pimpinan tertinggi. Yang penting, kami mau gubernur datang menjumpai kami, bukan negosiasi dengan mengajak perwakilan massa masuk ke dalam gedung,” serunya.
Salah satu peserta aksi dari Masyarakat Adat Lamtoras Sipahoras, Nurinda Napitu, merasa kecewa dengan ketidakhadiran Gubernur Sumut untuk menjumpai massa. “Kami berangkat dari Simalungun pukul 1 pagi dan menunggu dari awal aksi, tapi tidak terlihat tanda-tanda gubernur akan menemui kami, jadi kami sangat kecewa,” keluhnya.
Ia juga berharap pemerintah dapat menindaklanjuti desakan mereka untuk menutup PT. TPL. “Mereka duduk di sana karena dipilih kita. Tapi, saat kita ditindas mereka tidak ada. Banyak yang mau disampaikan kalau gubernur mau menjumpai kami,” tutup Nurinda.



