
Oleh: Mila Audia Putri
USU, wacana.org – Perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Sumatera Utara (USU) menghadiri kegiatan bakti sosial (baksos) Polri Presisi, yang berlangsung pada 27 Februari 2025 di Kantor Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara (Sumut). Hal ini dikonfirmasi oleh Ketua BEM USU, Muzammil Ihsan, Jumat (07/03/2025).
Ihsan mengatakan kehadiran anggota BEM USU dalam kegiatan tersebut sebagai bentuk menghargai undangan yang telah diberikan oleh kepolisian. “Ketika BEM USU diundang oleh seseorang, lembaga, ataupun instansi, kita berhak untuk menghadiri undangan tersebut. Walaupun saya berhalangan hadir, karena di kampus sedang dilaksanakannya pelantikan kabinet BEM USU,” ujarnya.
Berdasarkan unggahan di akun Instagram @polressamosir, perwakilan BEM USU mengatakan bahwa kegiatan baksos ini diikuti oleh elemen mahasiswa, serta beberapa Organisasi Kepemudaan (OKP). Mereka juga berterima kasih dan mengapresiasi kegiatan baksos Polri Presisi ini. “Di lokasi hanya sebagai simbolis kegiatan baksosnya kepolisian, yang kami rasa hal wajar setiap tahunnya dilakukan dalam menyambut bulan puasa Ramadan,” pungkas Ihsan.
Lebih lanjut, baksos tersebut disalurkan kepada mahasiswa USU dan masyarakat sekitar di depan Gelanggang Mahasiswa USU. “Respon mereka senang dan bahagia. Ternyata ketika kita salurkan, mereka sedang sangat membutuhkan. Ambil positifnya saja,” tambahnya.
Sebelumnya, unggahan dokumentasi penyaluran baksos yang diunggah di akun Instagram @bem.usu telah dihapus. Hal ini memicu spekulasi dan berbagai tanggapan di kalangan mahasiswa. Menyikapi hal ini, Ihsan menegaskan kegiatan baksos tidak berkaitan dengan upaya pembungkaman gerakan mahasiswa. “Sembako berasal dari uang rakyat, untuk rakyat juga. BEM USU akan terus bergerak mengawal kebijakan yang kita anggap tidak pro rakyat atau merugikan rakyat,” tegasnya.
Salah satu mahasiswa Ilmu Sejarah, Kenny Brata Pelawi, mengatakan isu baksos sebagai alat menggembosi pergerakan mahasiswa memang sulit untuk dibuktikan, tapi tentunya dapat dirasakan. Menurutnya, mahasiswa sebagai agen perubahan dapat mengkritisi tujuan baksos yang kebetulan berbarengan dengan aksi mahasiswa.
“Saya menyayangkan BEM USU yang tetap menyalurkan baksos tersebut. Mungkin saja sebuah cara untuk mengalihkan perhatian mahasiswa mengenai banyaknya permasalahan negeri ini. Penyaluran baksos ini menurut saya sebagai alat peredam ketidakpuasan sosial masyarakat. Saya harap ke depannya BEM USU tidak asal dalam mengambil keputusan, serta tetap menjalankan perannya sebagai agen perubahan dan kontrol sosial,” tuturnya.