Oleh : Widiya Hastuti
Mereka tanya apa kata padaku
Tak usah kujawab
Cukup kukerlingkan pada deretan bukumu
Ini kata menurutku
Mencucuk-cucuk tajam bukan ajab untukmu
Berkelana dari mulut mengiang-ngiang kuping bagai nyanyian rindu
Tidak pada ruas, ia berdesakan dalam kalbu
Ini kata menurutku
Berdansa bersama api, hilang, namun timbul kembali
Ia bagai benih
Tidak jernih, tapi mengalir
Ia bergetar bersama gumam bibir
Membuka tengkorak basyar, tak mengajar tapi mengilhami
Ini kata Buana Insan milik kekasihku
Ini kata Putra Segenap Kasta yang Berbekas Tandas pada Pondok Kaca
Ini katamu.