Oleh: Friska Tambunan
Medan, wacana.org – Dalam tajuk diskusi publik ‘Politik Entertainment: Bagaimana Media mengobjetifikasi Gen Z’, relawan remotivi mengelaborasikan tentang campur tangan media menjadikan isu politik sebagai bagian entertainment. Hal ini dipaparkan oleh Gray Sembiring sebagai Relawan Remotivi pada Rabu (07/02).
Dalam diskusi tersebut, Gray selaku Relawan Remotivi yang menjadi salah satu pemateri menjelaskan bahwa media menjadikan politik sebagai jenis berita entertainment, padahal politik bukanlah sebuah berita entertainment.
Seharusnya media memberitakan berita substansial yang menjadadi prioritas utama, bukan bertukar menjadi media yang mengejar rating, “Padahal sama sekali saya sebagai anak muda tidak butuh berita non substansial, saya hanya butuh rekam jejak, latar belakang, visi-misi untuk memastikan masa depan Indonesia lebih baik,” tambah Gray.
Ia juga mengatakan bahwa banyak media yang sudah dikendalikan oleh kekuasaan (oligarki) untuk mendapatkan suara generasi anak muda yang membutuhkan berita-berita non substansial seperti personalisasi dan game frame.
Haris Wijaya selaku Akademisi mengatakan bahwa hubungan media dan politik bukanlah lembaga yang netral tetapi sebagai ladang bisnis untuk mendapatkan keuntungan besar dan inilah yang dilakukan para politikus untuk mendapatkan kepentingan yang sama.
Dana, salah-satu Pemilih Pemula turut memberikan tanggapannya mengenai media yang memberitakan berita non-substansial para calon. Ia mengatakan banyak teman-temannya tertarik ikut-ikutan karena fomo melihat orang banyak cenderung ke arah salah-satu paslon tanpa memikirkan visi-misi, rekam jejak, dan lain-lain yg berguna untuk diri mereka ke depan. ”Jujur kadang saya bingung geleng-geleng kok mereka seperti itu seharusnya mereka lebih kritis,” ucap dana.