![Ilustrasi | Ade Indah Hutasoit](https://wacana.org/arsip/wp-content/uploads/2023/02/20230208_124432_654-640x480.jpg)
Derai gerimis bak saksi bisu
Mataku, matamu enggan tuk melepas
Dalam, dialog tengah malam kita kala itu
Tak ingin usai, ingin ku dekap hangat tubuhmu
Tuhan, beri aku kekuatan hentikan waktu
Lugu dan polosnya doaku malam itu
Tak ada yang sempurna bagiku
Sampai pada akhirnya aku jatuh cinta
Sial, apa ini tuan?
Tertampar tanpa aba-aba
Rupanya kau telah bersama bunga hatimu
Mesra, suci dan lembut seperti ucapanmu
Aku tercengang tuan, hancur!
Tolong , jangan tuan
Jangan nyalakan lampu hijau
Aku bak tanah kemarau
Menyerap tetesan air dengan cepat
Gundah berselimut atas keliru
Sial, apa ini tuan?
Bawalah bidadarimu nan adindya berlayar tuan
Berikanlah bunga dan kupu-kupu
Rawat parasnya yang jelita bak rembulan
Menarilah tuan, peluk kekasih mu dengan hangat
Aku akan belajar untuk berbohong
Aku bahagia ketika kau bersama pujaan hatimu
Tolong, jangan tuan
Jangan sebut rasa sayangmu padaku tuan
Tak sanggung aku mengacau
Aku menginginkanmu bak purnama
Penuh, bulat dan utuh, aku otoriter
Bagaimana mungkin tuan, bidadarimu pemiliknya
Biarkanlah aku dan jiwaku menepi